scentivaid mycapturer thelightindonesia

Abuya Haji Aidarus Abdul Ghani Kampari Riau; Ulama Kharismatik dan Murid Syekh Muda Waly al-Khalidy

Abuya Haji Aidarus Abdul Ghani Kampari Riau; Ulama Kharismatik dan Murid Syekh Muda Waly al-Khalidy
Ilustrasi/Dok. Penulis

Abuya Syekh Aidarus Abdul Ghani Kampari adalah murid Abuya Syekh Muda Waly leting awal, generasinya Tgk Syekh Adnan Mahmud Bakongan dan Syekh Marhaban Kruengkalee. Abuya Aidarus anak Syekh Abdul Ghani Kampari yang merupakan ulama yang dikenal ahli dalam bidang tasawuf dan tarekat dan guru dari Abuya Syekh Muhammad Waly al-Khalidy dalam bidang Tarekat Naqsyabandiyah. Syekh Abdul Ghani belajar di berbagai surau dan memperdalam kajian keilmuannya di Makkah, beliau berguru kepada Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan Ijazah/irsyad beliau peroleh dari Syekh Sulaiman Zuhdi Jabal Abu Qubais Makkah.

Abuya Aidarus lahir di Koto Tengah pada tahun 1926 dari ayah dan ibu yang taat dan saleh. Semenjak kecil beliau telah dipersiapkan oleh orang tuanya untuk menjadi seorang ulama dan panutan umat. Mengawali masa belajarnya Abuya Aidarus belajar langsung kepada orang tuanya yang juga seorang ulama terpandang di wilayahnya, beliau dibekali berbagai macam ilmu-ilmu dasar keislaman oleh ayahnya. Selain kepada Syekh Abdul Ghani Kampari, Abuya Aidarus juga belajar kepada abangnya yang juga ulama lulusan luar Timur Tengah dan kepada ulama Padang Syekh Ibrahim Tiakar.

Setelah memiliki perbekalan ilmu yang memadai, pada tahun 1945 dalam usianya 19 tahun, Abuya Aidarus muda merantau ke Aceh untuk memperdalam kajian keilmuannya di Darussalam Labuhan Haji untuk belajar langsung kepada ulama besar Aceh Abuya Syekh Muda Waly. Beliau termasuk murid Abuya Muda Waly generasi pertama yang datang dibawah tahun lima puluhan.

Baca Juga: Syekh Muda Waly: Syekhul Masyayikh Ulama Dayah Aceh Kontemporer

Murid-murid Abuya Syekh Muda Waly bisa digolongkan dalam tiga klasifikasi melihat kepada rentang waktu kedatangan mereka di Dayah Darussalam Labuhan Haji. Abuya Aidarus termasuk murid Abuya Syekh Muda Waly yang datang dibawah tahun lima puluhan, ada pula yang datang sekitar tahun 1952 dan 1953, serta mereka yang datang sekitar tahun 1958. Dari tiga klasifikasi tersebut, Abuya Aidarus seangkatan dengan beberapa ulama lainnya seperti Tgk Syekh Adnan Mahmud Bakongan, Tgk Syekh Jailani Musa Kota Fajar, Syekh Marhaban Kruengkalee, Syekh Qamaruddin Teunom dan Syekh Imam Syamsuddin Sangkalan, Syekh Bahauddin Tawar, Syekh Baihaqi Batu Korong, Syekh Zamzami Syam Singkil dan para ulama kharismatik lainnya.

Abuya Aidarus Abdul Ghani menetap di Dayah Darussalam lebih kurang 11 tahun, beliau berguru kepada Abuya Syekh Muda Waly. Dalam rentang waktu yang lama itu beliau memperoleh dua ijazah keilmuan dari Abuya Syekh Muda Waly, ijazah ilmu dan Ijazah kemursyidan. Syekh Aidarus juga termasuk santri kelas Bustanul Muhaqqiqin Darussalam Labuhan Haji ‘kelas doktoral’ yang mengaji kitab-kitab besar dalam Mazhab Syafi’i seperti Kitab Tuhfah yang dibahas secara tahqiq dan tadqiq.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Dayah Darussalam Labuhan Haji, pada tahun 1956 beliau pulang kampung dan mulai merintis pembangunan lembaga pendidikan dari mulai Sekolah Tarbiyah Islamiyah, Madrasah Tarbiyah Islamiyah sampai bernama Darussalam di Kampar Riau. Dalam berbagai pasang surut keadaan, Abuya Syekh Aidarus Kampari telah melewati semuanya dengan penuh kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT. Dalam menjalankan dakwahnya, beliau banyak dibantu dan didoakan oleh ayahnya yang dikenal sebagai ulama yang saleh dan wara’. Selain itu, istri beliau Ummi Hajjah Rusyda binti Syekh Maksum Padang juga berperan aktif membantu beliau dalam berdakwah.

Pelan namun pasti dakwah yang disampaikan oleh Syekh Aidarus disambut dengan baik oleh masyarakat Kampar dan sekitarnya. Beliau dengan lembaga pendidikannya Pesantren Darussalam telah mampu memberi pengaruh positif kepada masyarakat untuk mempelajari ilmu dan menambah semangat ketaqwaan. Sehingga dari lembaga pendidikan yang beliau dirikan kemudian tumbuh lembaga-lembaga lainnya yang bertebaran di wilayah Riau. Syekh Aidarus telah mampu melanjutkan estafet keilmuan dan keulamaan ayahnya Syekh Abdul Ghani Kampari dan gurunya Syekh Muhammad Waly al-Khalidy.

Baca Juga: Syekh Abdul Ghani Batu Basurek-Kampar, Pemuka Ulama Naqsyabandiyah yang Terbilang di Riau dan Ranah Minangkabau

Setelah beliau melaksanakan ibadah haji pada tahun 1970, di tahun 1974, Syekh Aidarus berziarah ke Darussalam Labuhan Haji untuk berkunjung ke kuburan guru besarnya yang telah wafat di tahun 1961. Beliau berziarah ke Maqam Syekh Muda Waly al-Khalidy dan menyempatkan diri bersilaturahmi dengan beberapa ulama lainnya yang juga lulusan Darussalam Labuhan Haji yang telah mendirikan lembaga pendidikan masing-masing, seperti: Abu Abdullah Hanafi Tanoh Mirah, Abu Keumala, Abu Abubakar Sabil Meulaboh, Abon Samalanga, dan para ulama lainnya.

Pada tahun 1984 beliau melaksanakan ibadah haji kali yang kedua. Bila kali yang pertama beliau belum bisa membawa Istrinya untuk haji bersama, maka pada kali yang kedua beliau bisa membawa istri beliau Ummi Rusyda Maksum. Dan pada waktu yang sama anak beliau Haji Alaiddin Al Athory sedang menyelesaikan pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Abuya Alaiddin adalah anak pertama dari Abuya Syekh Aidarus Abdul Ghani dan seluruh anak Syekh Aidarus adalah orang-orang yang taat dan baik.

Syekh Aidarus dikenal oleh masyarakat Kampar Riau sebagai ulama yang mengayomi, tulus dalam berbuat. Sehingga para peserta didiknya merasakan limpahan kasih sayang dari beliau dan ilmu yang diajarkan lebih lama melekat. Abuya Syekh Haji Aidarus Abdul Ghani secara tekun dan penuh kesabaran mendidik masyarakatnya hinggalah pada tahun 1989. Karena pada tahun 1989 beliau wafat dalam usia 63 tahun. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah.

Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary
Ketua STAI al Washliyah Banda Aceh; Pengampu Pengajian Rutin TAFITAS Aceh; dan Penulis Buku Membumikan Fatwa Ulama