Adab berpuasa tentu penting sekali untuk dijaga agar kualitas ibadah puasa dapat dijaga dengan baik. Imam Al-Ghazali menuliskan dalam kitab al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 439) menjelaskan ada enam adab puasa yang mesti dijalankan.
آدَابُ الصِّيَامِ: طَيِّبُ اْلغِذاَءِ، وَتَرْكُ اْلمِرَاءِ، وَمُجَانَبَةُ اْلغِيْبَةِ، وَرَفْضُ اْلكَذِبِ، وَتَرْكُ اْلآذَى ، وَصَوْنُ اْلجَوَارِحِ عَنِ اْلقَبَائِحِ
Artinya: “Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik, menghindari perselisihan, menjauhi gibah (menggunjing orang lain), menolak dusta, tidak menyakiti orang lain, dan menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk.”
Pertama, mengonsumsi makanan yang baik.
Selama berpuasa, khususnya di bulan Ramadhan, makanan yang sebaiknya kita konsumsi adalah makanan yang baik atau halal dan thayyiba (baik). Tentu saja makan yang baik itu tidak selalu identik dengan mahal dan mewah tetapi makanan yang secara kesehatan baik untuk dikonsumsi baik menurut syar’i yaitu halal dan baik.
Kedua, menghindari perselisihan.
Perselisihan tentu bisa saja terjadi kapan saja. Tapi untuk menjaga adab puasa, perselisihan dan pertengkaran saat puasa sangat-sangat dianjurkan untuk dihindari. Salah satu langkahnya adalah dengan mengontrol emosi yang berujung pada pertengkaran yang tidak perlu.
Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari berikut ini:
وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ
Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).”
Maksud hadis ini jelas bahwa kita tidak sanggup untuk perselisihan saat puasa apalagi di bulan Ramadan agar menjaga kualitas ibadah puasa yang sedang dijalankan.
Ketiga, menjauhi gibah/menggunjing
Tentu saja gibah ini dilarang baik di dalam dan di luar Ramadan. Namun di dalam bulan Ramadan dapat mengurangi adab berpuasa yang tentu saja berpengaruh pada kualitas puasa itu sendiri.
Kita tentu ingat dengan hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan al-Bukhari sebagai berikut yang menyatakan bahwa keselamatan kita sangat bergantung pada kemampuan kita dalam menjaga lisan kita masing-masing:
سَلَامَةُ اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ
Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”
Keempat, menolak perilaku dusta
Perilaku dusta tidak hanya dilarang di dalam bulan dan di luar saat puasa. Namun jika terjadi perilaku dusta, dilakukan dalam saat puasa tentu sangat berpengaruh pada kualitas ibadah puasa yang sedang dijalankan karena telah melanggar adab puasa itu sendiri.
Seperti diketahui juga perilaku dusta adalah perbuat dosa dan pada bulan Ramadan bukan saja nilai kebaikan yang dilipatgandakan namun juga dosa juga. Seperti hadis berikut:
فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ
Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadan karena pada bulan ini, kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”
Kelima, tidak menyakiti orang lain. Perbuatan menyakiti orang baik verbal maupun nonverbal adalah perbuatan dosa. Akan tetapi kita lebih dituntut untuk tidak menyakiti orang lain terutama pada bulan puasa untuk menjaga adab puasa sendiri. Jika ada puasa ini dilanggar tentu berpengaruh sekali pada kualitas ibadah puasa kita sendiri.
Keenam, menjaga anggota badan dari segala macam perbuatan buruk
Tentu saja ada konsekuensi yang akan diterima saat melakukan perbuatan buruk. Namun perbuatan buruk jika dilakukan dalam kondisi puasa tentu berpengaruh pada kualitas ibadah puasa.
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلاَّ اْلجُوْعُ وَاْلعَطَسُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun selain dari pada lapar dan dahaga.”
Leave a Review