Dawa’ul Qulub merupakan salah satu karya Syekh Sulaiman Arrasuli Candung (1871- 1970) yang ditulis sebagai sebuah apologetik terhadap tarekat naqsyabandiyah. Keunikan dalam karya ini, penjelasan yang beliau kemukakan dalam bingkai cerita dalam bentuk “nazham” atau “sya’ir”.
Sebagaimana tertera pada judulnya, risalah ini berisi tentang cerita nabi Yusuf dan ayahnya nabi Ya’qub. Bukan hanya sekedar cerita, Syekh Sulaiman lewat risalah ini memberikan hujjah mengenai rabithah yang terpakai di sisi tarekat naqsyabandiyah. Jadi, risalah ini dapat dilihat dari dua segi, pertama risalah yang bernilai sastra, yaitu penceritaannya nabi Yusuf dengan bentuk nazhm. Kedua, merupakan apologetis terhadap rabithah yang dipakai pada murid naqsyabandiyah sebelum berzikir.
Sebagai diketahui, perkara rabithah menjadi satu polemik yang hangat pada awal abad XX tersebut. Persoalan ini telah menyeret ulama-ulama muda yang mengingkarinya dan ulama-ulama tua yang mempertahankannya dalam perdebatan yang panjang. Dalam perkara tarekat sendiri, maka rabithah inilah yang menjadi sasaran besar kaum muda untuk dipertanyakannya. Dengan lahirnya karya Syekh Sulaiman ini, yang bertajuk cerita sastra yang sarat dengan pembelaan itu menambah perbendaharaan kepustakaan apologetis tarekat di Minangkabau.
Risalah ini, seperti kebanyakan karya-karya Syekh Sulaiman lainnya, karya ini ditulis dengan gaya sya’ir. Di awalnya, Syekh Sulaiman mengingatkan pentingnya kisah Yusuf dan Ya’qub untuk dijadikan cermin, di antara ungkapan beliau:
………
Dawa’ul Qulub nama risalah
Peubat hati dari dhalalat
Kisah Yusuf terang berkilat
Perkara rabithah ada terselat
………
Penulis menyeru berulang-ulang
Dawa’ul Qulub wajah cermerlang
Bacalah sungguh jangan kepalang
Supaya terbujuk hati yang dalang
Dawa’ul Qulub umpama fajar
Dalamnya ada sedikit pengajar
Bacalah tuan ganji belajar
Berebut rebut kejar mengejar
………
Kisah ini dimulai dari kelahiran nabi Yusuf, penderitaan-penderitaan ketika dijebak, masuk penjara, hingga menjadi raja di Mesir. Adapun penjelasan rabithah diperoleh ketika Syekh Sulaiman menceritakan kejadian antara Zulaikha dengan nabi Yusuf. Alasan mengapa Nabi Yusuf dapat lepas dari keadaan gawat yang diperbuat Zulaikha tersebut ialah karena Nabi Yusuf ketika itu teringat dengan wajah ayahnya. Peristiwa ini menjadi hujjah betapa wajah nabi Ya’qub dapat menghilangkan was-was dalam hati nabi Yusuf, sehingga beliau terlepas dari maksiat. Hal ini dijelaskan oleh Syekh Sulaiman dalam untaian baitnya:
Di sini boleh kita layangkan
Pandangan insaf kita gunakan
Rupa ya’qub Tuhan hadirkan
Apa gunanya hendak pahamkan
Jikalau tidak ada gunanya
Tuhan tak mau mehadirkannya
Menjadi la’ab itu namanya
Mustahil Tuhan la’ab sifatnya
Gunanya sudah kita khabarkan
Pehilang was-was khawatir samakan
Kejadi sebab Tuhan izinkan
Rupa menghilangkan tentulah bukan
Tatkala khusushiyah ada di rupa
Dijadikan Allah sudah berjumpa
Menghilangkan was-was lalai dan lupa
Kita rabithahkan salahnya apa
………
Risalah ini dicetak pada percetakan Islamiyah, Fort de Kock, pada tahun 1924. Di belakang risalah ini terdapat himbauan beliau untuk membaca karya beliau yang lain, al-Aqwalul Washithah, untuk mendalami masalah rabithah ini.[]
Leave a Review