Dua hari yang lalu dapatlah saya berziarah ke makam alm. Syekh Mahmud Abdullah Tarontang (Baliau Tarontang). Ini adalah tradisi yang biasa saya lakukan sebelum Ramadhan datang, yaitu berziarah ke makam ulama-ulama besar, terutama mereka yang mempunyai hubungan sanad/keilmuan dengan kita.
Bagaimana hubungan saya dengan Syekh Tarontang ini. Pada tahun 2014 saya dikukuhkan dalam sebuah acara yang cukup besar bertempat di Masjid Jami’atul Muslimin Batulabi, yang dihadiri oleh jama’ah Thariqat Mu’tabarah dari berbagai daerah di Kabupaten Limapuluh Kota. Pengukuhan ini adalah bentuk kearifan guru saya, Syekh Haji Angku Mudo Nahrawi, yang menduduki maqam gurunya Syekh Sa’in bin Yusuf Dt. Kondo nan Bajolai. Adalah saya, kecil kecil, dibawah didikan guru tersebut. Mulai dari membaca kitab-kitab dasar seperti Ajurumiyah, Matan Bina wal Asas, Jawahir Kalamiyah, serta juga kitab-kitab syarah seperti Mukhtashar Jiddan dan Syarah Kaelani. Kemudian, juga diasuh dalam segi rohani. Setelah menjalani riyadhah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, saya diputuskan oleh beliau sebagai salah seorang pemangku thariqat ini. Maka inilah Ijazah Irsyad kedua, yang saya terima, dalam Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah.
Rentetan sanad/silsilahnya ialah, saya menerima dari guru tersebut, Syekh Haji Angku Mudo Nahrawi di Batulabi Mungo, kemudian beliau menerima dari alm. Syekh Sa’in bin Yusuf Dt. Kondo nan Bajolai (wafdat 1997), beliau menerima dari Syekh Haji Mahmud Abdullah Tarontang (yang kita bicarakan saat ini), beliau menerima dari Syekh Yahya al-Khalidi Magek, Agam (wafat 1940), beliau menerima dari Syaikhul Masyaikh Ulama Minangkabau Syekh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka Tuo (wafat 1920). Sanad ini muttasil kepada Imam Maulana Khalid Naqsyabandi di Jabal Abi Qubaisy, melalui jalur Maulana Syekh Isma’il al-Khalidi al-Minangkabawi (min kibar al-ulama al-Jawi).
Baca Juga: Syekh Yunus Yahya al-Khalidi Magek (1910-2001)
Sedikit riwayat tentang Syekh Tarontang. Beliau lahir sekitar tahun 1901 M dan wafat pada 1987 M. Ketika beliau remaja beliau pernah mengikuti halaqah Syekh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka, mempelajari berbagai macam ilmu syari’at. Kemudian beliau bermulazamah kepada Syekh Yahya al-Khalidi Magek, di Agam. Syekh Yahya sendiri ialah guru dari Maulana Syekh Sulaiman Arrasuli Candung dan Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh (ayah dari Abuya Sirajuddin Abbas, pimpinan PERTI yang masyhur). Dari Syekh Yahya, Syekh Tarontang menerima talqin Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah dan memperoleh Ijazah Irsyad. Selain itu beliau secara langsung mempelajari Silek Kumango di Kumango, (disinyalir) di sana beliau mengambil talqin dan ijazah Thariqat Sammaniyah Khalwatiyah.
Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah dibawah sanad Syekh Mahmud Abdullah Tarontang mempunyai jama’ah yang cukup solid. Terbukti dalam setahun sekali murid-muridnya berkumpul, dari berbagai Surau Suluk dari silsilah ini. Semua surau tersebut dibawah koordinasi “Halaqah Syekh Mahmud Abdullah Tarontang”. Dua tahun yang lalu, saya ditahbis menjadi salah satu ra’is dari tiga ra’is halaqah ini.
Baca Juga: Syekh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka Syaikhul Masyaikh Ulama Minangkabau
Belum sempurna kalau ada orang membicarakan perkembangan surau di Limapuluh Kota kalau belum menyebut sosok Syekh Tarontang. Belum juga kamil orang yang mengi’tiraf bagaimana perkembangan PERTI di Limapuluh Kota kalau tanpa menyebut perjuangan Syekh Tarontang. Begitu pula, belum lagi akmal menguraikan perkembangan Silek Kumango, terkhusus di Limapuluh Kota, kalau tidak memasukkan Syekh Tarontang dalam daftar pendekar-pendekar utamanya.
*Foto: Saya, tahun 2016, di Surau Tarontang. Dua hari yang lampau tidak sempat mengambil gambar di sini.
26 Aprial 2019
Leave a Review