Masjid Jamik Curup
Oleh : D.M.S. Harby*
Adalah basis sosial utama bagi tumbuh dan berkembangnya perjuangan Tarbiyah Islamiyah di tanah Rejang dan Lembak. Dengan kontak utamanya keluarga Burhany yang diwakili oleh Abuya Ki Zaidin Burhany dan Abuya KH. Ramli Burhany. Bermula dari kepulangan Ki Zaidin usai menamatkan kajinya di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang di bawah asuhan Beliau Inyiak Canduang Maulana Syaikh Sulaiman Arrasuly pada kisaran tahun 1934.
Ki Zaidin kala itu langsung aktif di Masjid Jamik Curup dengan menyampaikan amanat Inyiak Canduang, gurunya, kepada para tokoh di Kota Curup yang aktif di Masjid Jamik Curup. Perihal pentingnya mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah sekaligus organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah selaku penopangnya. Ibarat gayung bersambut, ajakan Ki Zaidin direspon amat positif oleh para tokoh termasuk Muhammad Saleh yang kesehariannya adalah menteri hewan yang bertugas di kantor pemerintah Belanda di Kelobak, Kepahiang kala itu. Mufakat pun tercapai hingga dari warga Pasar Baru ada yang mewakafkan tanahnya untuk Madrasah itu dengan lokasi yang tidak jauh dari Masjid Jamik Curup.
Lalu berdirilah Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Curup pada tahun 1938 di lokasi itu. Dengan berdirinya MTI Curup ini, maka dibentuk pula kepengurusan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah Cabang Curup guna membantu perjuangan MTI Curup sekaligus penguatan dakwah Islam yang Sunni secara i’tiqad dan Syafi’i secara mazhab. Muhammad Saleh sebagai ketua cabangnya yang belakangan akrab dipanggil dengan sebutan Datuk Cabang.
Adapun MTI Curup semula dipimpin langsung oleh Buya Zaidin. Namun, kapasitas Beliau sebagai satu dari trio pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Provinsi Bengkulu membuat aktivitasnya begitu padat. Termasuk di dalamnya aktivitas perjuangan baik kemerdekaan Republik Indonesia maupun pembentukan dan pembangunan Provinsi Bengkulu. Maka tugas pengelolaan MTI Curup lalu diserahkan kepada adiknya yaitu Abuya KH. Ramli Burhany. Sebelumnya, Buya Ramli sudah bertugas mengurus Masjid Jamik Curup. Kemunculan duo keluarga Burhany ini merupakan salah satu kunci sukses perjuangan Persatuan Tarbiyah Islamiyah pada masanya.
Baca Juga: MTI dan Masjid Jamik Curup
Sang kakak mengurus organisasi dengan membangun jaringan kerja lokal maupun nasional. Sementara Sang adik mengurus organisasi dengan fokus pada pengelolaan pendidikan, kaderisasi plus pembinaan jamaah. Buya Ramli juga menjadi lebih kuat gerakannya karena juga faktor istrinya yang tak lain merupakan keponakan kandung Datuk Cabang. Ummi Kaltsum, istrinya, adalah anak dari Abi, adik perempuan dari Muhammad Saleh. Sang Datuk Cabang.
Dengan melihat relasi sejarah ini, jelas sekali posisi Masjid Jamik Curup dengan jamaahnya merupakan komunitas basis pendiri MTI Curup dan organisasi pendukungnya yaitu Persatuan Tarbiyah Islamiyah di tanah Rejang dan Lembak.Tak salah jika dikatakan bahwa keberadaan MTI Curup dan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah di tanah Rejang dan Lembak tak terlepas dari peran pokok Masjid Jamik Curup dan jamaahnya. Atau, secara lebih tegasnya, perintis dan pendiri perguruan MTI dan organisasi pendukungnya (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Rejang Lebong secara sosial kultural adalah Masjid Jamik Curup.
Seperti di Minangkabau, tempat asalnya, fakta sejarah peradabannya adalah bahwa suraulah pendiri madrasah dan organisasinya. Suraulah induk sejarah dan peradaban perguruan dan organisasi modern umat Islam di Nusantara. Suraulah yang merupakan ikon atau pusat gerakan tradisional menjadi pencetus berdirinya madrasah dan organisasi pendukungnya sebagai kontak modernisasi umat Islam di Indonesia.
Secara letterleijk, penyebutan surau ini juga merupakan salah satu kearifan lokal Nusantara. Warisan yang hidup terutama di Sumatera dan Jawa sebagai tinggalan tradisi luhur Sriwijaya yang dapat diakses di bagian barat Sumatera maupun selatannya. Bahkan di umumnya Jawa dengan jaringan sejarah peradaban Wali Songo sebagai kontaknya. Dengan komunitas utamanya jaringan Palembang dan Demak Bintara. Yang Melayu Sumatera menyebutnya Surau. Yang Melayu Jawa menyebutnya Suro.
Data sejarah menyebutkan Masjid Jamik Curup sebagai masjid tertua di Kabupaten Rejang Lebong, khususnya di Kota Curup. Didirikan pada tahun 1885 dengan mengikuti pola umum pengembangan syiar Islam model salafi sufi sunni Syafi’i. Pendekatan ini baik dari jalur Palembang dengan Masjid Agung Palembang sebagai pusatnya. Maupun dari jalur Minangkabau dengan kontaknya yaitu Masjid Al Ikhlas yang terletak di Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah. Secara historis, masjid ini merupakan masjid tertua yang didirikan pada tahun 1800 Masehi oleh Tuangku Haji Mansyur.
Tokoh asal Minangkabau ini mendirikan masjid dengan rangka bangunan berkonstruksi bahan kayu memakai pengait serba kayu dengan tembok atau dinding semen beralaskan non batu atau bata melainkan anyaman bilah bambu. Konstruksi tembok bangunan yang berbasis anyaman bambu lalu sisi luar dan dalamnya dioleskan semen ini disebut konstruksi “Bidai”. Konstruksi Bidai seperti di Masjid Tertua di Provinsi Bengkulu ini merupakan konstruksi yang mum sekali bagi masyarakat di Provinsi Bengkulu. Ini bagian dari kearifan lokal yang teruji sebagai konstruksi tahan gempa. Seperti diketahui, Provinsi Bengkulu merupakan kawasan rawan gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik.
Konstruksi di Masjid Padang Betuah ini terbukti teruji tahan gempa sejak tahun 1800 hingga tahun 2021 ini. Dan konstruksi itulah yang kemudian tercitra pula menjadi inspirasi konstruktif bagi bangunan Masjid Jamik Curup sebagaimana terlihat pada photo di atas. Ini tak heran mengingat komunitas inti jamaah Masjid Jamik Curup adalah di antaranya pendatang dari Padang Betuah dan sekitarnya.
Di antara mereka inilah keluarga Burhany yang merupakan putera dan puteri pasangan Burhanuddin dan Encik Hajjah Mazenah. Burhanuddin kesehariannya merupakan sais delman yang juga merupakan pengurus Masjid Jamik Curup dengan panggilan akrabnya Garim Bangkak. Ia berasal dari Pasar Bembah yang tak jauh dari Padang Betuah. Sementara istrinya adalah keturunan Pagaruyung Minangkabau yang rumahnya persis berada di seberang lokasi Masjid Jamik Curup.
Menggali kembali akar sejarah Masjid Jamik Curup sebagai pendiri MTI Curup berikut Persatuan Tarbiyah Islamiyah Cabang Curup sebagai organisasi pendukungnya dalam momentum peringatan 93 Tahun Persatuan Tarbiyah Islamiyah pada 05 Mei 2021 ini dan momentum Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah ini tak lain adalah langkah nyata kegiatan mudik. Yaitu langkah kembali ke asal kejadian, kelahiran, kebangunan.
Baca Juga: Profil SD Tarbiyah Islamiyah Curup
Semangatnya, tak lain merawat kesadaran akan keluhuran perjuangan para pendahulu berikut amanat nilai-nilai perjuangan mereka. Sekaligus menguatkan langkah menyongsong masa depan dengan memperbaiki langkah-langkah implementasi perjuangan di masa kini. Sebab, kita ini bukanlah sesiapa melainkan wujud dari doa para pendahulu dan penyambung cerita bagi generasi masa depan.
Selamat Milad 93 Tahun organisasi Persatuan Perguruan Islam (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dan selamat Idul Fitri 1442 H. Semoga kita benar-benar tergolong ke dalam barisan para pejuang yang benar-benar ikhlas, yang benar-benar bertakwa. Meski tidak mudik secara lahir, dengan menziarahi sejarah para pendahulu seperti ini, mudah-mudahan kita sudah melakukan mudik batin. Aamiin. Allahumma barkah..
Caption:
Photo Masjid Jamik Curup. Dokumen Pribadi Abuya KH. Ramli Burhany yang disimpan oleh Buya H. Muhammad Rasuli Harby. Lahumul Fatihah…
Leave a Review