Perut Rasulullah
Oleh: Dedik Priyanto
Rasulullah jadi imam salat dan para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi gemeretak; seolah-olah sendi-sendi Rasulullah saling bergesekan menimbulkan bunyi-bunyi.
Para sahabat pun saling bertanya usai salat. Sayyidina Umar pun memberanikan diri.
”Ya Rasulullah, apakah baginda sakit?”
Rasulullah menjawab cepat, ”Alhamdulillah, Sahabatku. Tubuhku bugar dan aku baik-baik saja.”
Sayyidina Umar terdiam, melihat wajah baginda Nabi, seolah tidak percaya apa yang barusan ia ucapkan. Ia pun penasaran.
Baca Juga: Jangan Berlebihan Memuji Nabi?
”Tapi kami dengar suara-suara, Bagindaku. Ketika tubuhmu digerakkan, kami kami dengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Apa betul tidak sedang sakit?” Tanya Umar, sekali lagi.
Rasulullah pun melihat wajah-wajah cemas dari para sahabat, Rasulullah pun mengangkat jubahnya.
Sontak, para sahabat pun dibuat terkejut oleh apa yang dilihat. Ternyata perut Rasulullah yang kempi dan ada batu-batu kerikil. Batu-batu itu kelihatan dan dililitkan sehelai kain di perutnya. Batu-batu kecil itulah yang ternyata menimbulkan bunyi-bunyi gemeretak setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.
Para sahabat pun menangis, ”Ya Rasulullah! Kenapa engkau tidak berkata ‘saya lapar’ dan memberi tahu bahwa engkau tidak punya makanan. Ini dosa buat kami, lalu kami hanya akan tinggal diam?”
Rasulullah pun tersenyum, menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku mengerti, kalian akan melakukan apa pun demi Rasulmu ini. Tetapi, bagaimana aku nanti menghadapkan diri ini kepada Allah. Aku pemimpin malah jadi beban bagi umat?”
Baca Juga: Israk Mi’raj dan Sisi Metafisik Nabi Muhammad Saw
Para sahabat pun kian terisak, betapa mulia hati Rasulullah.
”Sahabatku, biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar tidak ada kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak,” tutur Rasulullah.
*Selengkapnya tulisan ini bisa dibaca di islami.co dengan judul Batu yang Disimpan Rasulullah di Perutnya Ketika Lapar
Penuli: Editor dan Jurnalis. Menulis buku-buku keislaman seperti Kisah 25 Masjid (2017), Inspirasi Guru Kehidupan II (2016) Cara Mengunjungi Surga (2013) dan lain-lain. Blog pribadi www.dedik-priyanto.com. Pesantren Attanwir, Bojonegoro, Jawa Timur.
Leave a Review