Cinta Hanya Setipis Kulit
Karya : Putri Khoerul Nisa
Sore ini langit sedang menyerupa senja. Begitulah kami menikmati langit senja di ujung Pantai. Senja yang selalu setia berharap bahwa suatu hari dia akan bertatap wajah dengan bintang. Pantai dan senja menjadi saksi setiap detik kebersamaan antara aku dan dia. Senja yang kian terlukis di antara semilir angin yang menyergap, mengagumi setiap senja bersamanya, jauh dari dasar Sukma aku sangat mencintainya.
Fatra namamu, lelaki sabar yang dapat menggetarkan hatiku saat bertemu. Annisa, orang-orang sering memanggilku Annisa, perempuan yang mencintai lelaki lebih tua dua tahun darinya. Aku pertama kali mengenalnya secara kebetulan di acara pergelaran pameran sekitar tujuh tahun yang lalu. Pada saat itu aku masih dibangku SMP. Sejak, pertemuanku yang tidak sengaja, telah memberikan momen yang mengesankan dan membuat aku lebih bahagia menjalani kehidupan menjadi lebih bewarna. Tentu saja hari-hariku berwarna, karena setiap harinya selalu bersama dengan orang yang membahagiakan. Singkat cerita, setelah Fatra lulus sekolah SMA, dia melanjutkan kuliah di Universitas ternama di Kota Banjarmasin. Tiga tahun kemudian, aku lulus sekolah dan melanjutkan di tempat kuliah yang sama dengan Fatra. Selama kuliah, hubungan cinta ini selalu baik-baik saja, aku berusaha menemani dan selalu ada di saat kapanpun dia membutuhkan begitupun sebaliknya dengan dia yang selalu ada. Sampai pada titik menyerahnya dia melalui semester akhir, Fatra sangat pusing mengahadapi skripsi. Tentu saja aku sebagai kekasihnya, akan selalu berusaha membantu sampai dia kembali semangat untuk melanjutkan kuliahnya.
Aku selalu mengatakan dengan dia, tentang kehidupan yang akan kita lalui nantinya.
"Kehidupan kita masih panjang untuk mengukir masa depan yang indah”. Ucapku
“Aku akan selalu berusaha membuat kamu bangga dan bahagia bersamaku”. Balasanya
Sampai pada akhirnya Fatra kembali semangat, dia bisa menyelesaikan skripsinya. Aku sangat bahagia dengan target akhir dan usaha yang selama ini dia lakukan. Beberapa bulan kemudian, Fatra wisuda tentu saja aku datang dimomen bahagia dia. Aku berencana untuk memberikannya hadiah sebagai apresiasiku padanya telah menyelesaikan kuliahnya. Yah, aku memberikan dia sebuah foto yang sudah aku cetak dan terdapat tulisan di bawah fotonya.
“Congratulations On Your Gradution. Di hari bahagia ini, aku ingin mengatakan selamat!
Selamat menjadi sarjana, selamat menjadi tua. Selamat mengemban tanggung jawab yang lebih besar”. Tulisku
Setelah acara wisuda selesai aku pulang bersamnya. Beberapa hari kemudian Fatra datang kerumah bersama kedua orang tuanya untuk melamarku dan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Aku sangat bahagia dengan keberanian dan ketulusan dia melamarku. Aku meminta Fatra menungguku setelah selesai kuliah. Fatra setuju dan bersedia menungguku.
“Aku berniat untuk mempersunting kamu menjadi istriku”. Ucap Fatra
“Aku akan menyelesaikan kuliahku, apakah kamu bersedia menungguku?”. Ucapku
“Iya, aku akan sabar menunggu kamu”.Ucapnya sekali lagi
Aku berpikir kehidupan yang aku jalani sangat sempurna. Aku sangat bahagia dengan hubungan cinta ini, suka duka sudah kita lalui dalam hubungan ini, saling menguatkan, mendukung,bercanda dan saling memimpikan masa depan bersama. Semula hubunganku berjalan baik-baik saja, dan aku berharap akan terus baik-baik saja seperti beberapa tahun sebelumnya. Semua terjadi begitu cepat dan secara tiba-tiba, aku merasakan betapa hancurnya hati ini. Yah,ada orang ketiga yang mencoba mengusik hubungan cintaku dan pada akhirnya dia memang berhasil menggoyahkan hati kekasihku. Entah bagaimana caranya dia membujuk rayu kekasihku sampai tergoda perempuan murahan seperti dia. Bagaimana bisa seseorang yang selama ini aku kenal merupakan orang yang setia dengan kekasihnya bisa menjadi pengkhianat dalam hitungan waktu. Perempuan murahan itu, sahabatku sendiri yang aku percaya dan dia begitu tega menghancurkan persahabatan yang sudah bertahun-tahun lamanya. Aku tidak habis pikir dengan apa yang dia lakukan terhadapku. Dia sungguh menjijikkan halnya seperti hewan yang tidak mempunyai akal sehat. Aku benar-benar marah, aku mencoba sabar dan memohan agar perempuan murahan itu tidak mengganggu hubungan kami. Yah benar dia perempuan yang begitu murahan.
“ Aku akan berusaha untuk mendapatkan cinta dan hati kekasihmu Annisa”. Ucap dia
"Sungguh, kamu sahabat pengkhianat yang sangat menjijikkan”. Ucapku
Namun apa yang kudapatkan, harapannya semakin kuat untuk merusak kembali hubunganku, perempuan murah itu semakin gila untuk mendapatkan kekasihku. perempuan itu semakin bermulut manis di hadapan kekasihku, dia mengarang cerita tentangku. Hingga kekasihku melihatku begitu buruk, padahal aku tidak berbuat apa-apa dan tidak ada menyentuh sedikitpun anggota tubuh perempuan itu. Sungguh manis mulut perempuan itu seolah dirinya yang paling tersakiti. Munafik sekali perempuan itu. Sungguh aku benci dia !!!!
Pada akhirnya aku memilih menyerah untuk hubungan cintaku ini, tidak ada lagi harapanku untuk memperjuangkan hubungan yang sudah tidak sehat ini. Rasanya hatiku sangat sakit dan hancur, dua orang yang aku percaya mengkhianatiku secara terang-terangan. Jalan bersama dan bermesraan dihadapanku.
Aku menyandarkan tubuhku di sofa. Mengatur napasku yang tiba-tiba saja menderu. Entah mengapa mataku mulai berlinang meneteskan tangis. Berat rasanya, sangat sakit dan tidak pernah terbayangkan dalam pikiranku. Sungguh aku sangat terpuruk dan hancur kehilangan orang yang aku cinta. Rasanya aku tidak ingin melepaskan dia. Aku tidak merelakan dia pergi. Jalan hidup yang sangat berat, namun aku sadar mungkin aku bukan yang terbaik untuknya dan hanya membuat kita tersakiti mencintai seseorang tanpa dia mengerti seperti apa usaha kita untuk tetap bersamanya.
Aku tercengang, menghela napas sembari menahan air mata. Tidak ada yang namanya kesetian di dunia ini. Selalu ada orang ketiga di dalam kehidupan. Anganku yang terlalu tinggi, sungguh bodohnya aku memberikan maaf pada kekasih dan sahabatku. Aku merasa menjadi perempuan terbodoh sepanjang abad yang selalu memaafkan kesalahan yang seharusnya tidak untuk dimaafkan.
Aku memejamkan mataku sejenak, mengatur napasku dan meyakinkan diriku. Aku mencoba untuk meninggalkan semua beban dan kegelisahan yang selama ini kurasakan. Setelah aku berpikir untuk apa aku memikirkan dia yang tidak pernah peduli dengan perasaanku. Setelah mencoba ikhlas merelakan dia, aku memulai untuk menceritakan tentang hubunganku dengan orang tuaku. Setelah aku menceritakan semua keluh kesah dengan orang tua, aku merasakan ketenangan dan keikhlasan yang memang harus terjadi. Aku menyadarinya bahwa sejatinya hidup tidak akan selalu sesuai dengan keinginan kita. Aku percaya, tuhan itu adil dalam menentukan kebahagian seseorang. Tuhan selalu memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-nya. Aku tidak mendapatkan kebahagiaan dengan orang yang aku impikan, namun tuhan memberikan kebahagian yang lebih dari itu. Tuhan mengirimkan aku seseorang lelaki yang sangat mencintaiku. Karena, pada dasarnya cinta itu saling memahami dan menerima, tidak perlu mencari yang sempurna. Tapi kesederhanaan yang mampu membuat bahagia menjadi lebih istimewa, dan teruntuk kamu orang ketiga, terima kasih telah menggoyahkan hatinya, membuat dia jatuh cinta dan berpaling dariku. Berkat mu aku mengerti bahwa dia bukan lelaki yang terbaik.
Leave a Review