Tidak banyak pesantren-pesantren tua yang masih eksis sampai saat ini. Lebih tidak banyak lagi yang masih mampu mempertahankan berbagai keunggulan yang dimilikinya di masa lalu, bahkan bisa menambahkan dengan keunggulan-keunggulan baru di masa ini.
Tak bisa dipungkiri, sebagian pesantren tua yang masih eksis hari ini lebih banyak bernostalgia dengan masa lalu yang gemilang, membanggakan para pendahulu, tanpa mampu menjadi khairu khalaf li khairi salaf.
***
Di antara pesantren lama yang masih eksis sampai hari ini dan mampu mempertahankan kegemilangan masa lalu, bahkan menambahkan dengan berbagai keunggulan hari ini adalah pesantren pertama untuk puteri di Indonesia ; Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang yang didirikan pada tahun 1923 oleh seorang pejuang dan alimah Minangkabau; Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah atau yang lebih akrab dipanggil Bunda Rahmah.
Baca Juga: Perempuan Ulama dalam Manuskrip Nusantara
***
Setiap pesantren dan lembaga pendidikan tentu memiliki keunggulan dan ciri khas tersendiri. Apakah keunggulan di bidang penguasaan ilmu alat, pendalaman ilmu fikih, keterampilan hidup (life skill) dan sebagainya.
Diniyyah Puteri memilih untuk berfokus pada pembentukan karakter santri. Setidaknya ada 18 karakter yang ingin ditumbuh-kembangkan dalam diri setiap santri; ikhlas, jujur, syukur, sabar, rendah hati, kasih sayang, mutu, hormat, berpikir positif, rajin, bersih, khusyuk, ramah, bertanggungjawab, disiplin, takwa, qana’ah dan istiqamah. Kedelapan-belas karakter ini dilihat dari 6 indikator yang disebut dengan domain, yaitu: estetik, afeksi, kognisi, bahasa, fisik dan sosial.
Santri tidak hanya dididik untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan terbaik, tapi juga memiliki karakter yang kuat. Karena itulah, Diniyyah Puteri tidak lagi menerapkan sistem rangking. Setiap santri memiliki potensi masing-masing. Dan setiap mereka berharga. Perangkingan hanya akan membuat sebagian merasa lebih atau merasa minder dari yang lain.
Penanaman karakter dengan indikator domain itu dipandu dengan al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga lahirlah apa yang disebut dengan QUBA (Quran-Sunnah Brain-Heart Atitude) Kurikulum; Quran dan Sunnah memimpin otak dan hati yang tampak dalam sikap).
Hasilnya?
Diantara hasil yang tampak hari ini adalah santriwati-santriwati Diniyyah Puteri, khususnya di tingkat KMI (Kulliyyatul Mu’allimat el-Islamiyyah) sudah menghasilkan berbagai karya dalam program tahunan: Display Proyek Karya Santri.
Para santriwati menghasilkan berbagai karya yang sangat inovatif dan inspiratif. Tidak hanya dalam bidang media pembelajaran melainkan juga karya-karya berdayaguna tinggi yang luar biasa. Sebut saja misalnya membuat treadmill, lampu otomatis, jemuran otomatis, tong sampah otomatis, bel 3 bahasa, microhidro, alarm anti maling, pendeteksi gempa, sampai sendok yang bisa langsung dimakan (silahkan saksikan di video-video ini).
Beberapa dari karya tersebut adalah sumbangsih ide dan gagasan yang sangat aplikatif dan realistis dari para santri terhadap berbagai problematika yang dihadapi pemerintah dan masyarakat, seperti masalah pasar, tempat-tempat wisata dan sebagainya.
Baca Juga: Bagaimana Ijtihad Ulama-ulama Al-Azhar dan Indonesia di Bidang Kurikulum Pelajaran Agama?
***
Ketika Pemerintah akan mencanangkan Project Based Learning (PBL) pada kurikulum 2022 nanti, Diniyyah Puteri sudah menerapkannya sejak beberapa tahun terakhir. PBL tersebut dikombinasikan dengan pendidikan karakter melalui QUBA Kurikulum yang diterapkan sejak awal kedatangan santri.
Jadi, karya-karya yang dihasilkan santri tidak hanya didasarkan kepada berbagai pelatihan keterampilan di dalam kelas yang mereka terima, melainkan juga buah dari karakter baik dan kuat yang telah ditanamkan sejak awal.
جزى الله المعلمين والمدرسين خيرا وكل من ساهم فى ترقية التربية
Leave a Review