Hadiah Mengaji
Sebuah keunikan di lembaga pendidikan tradisional seperti Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan adalah tentang segala sesuatunya yang sarat makna dan filosofis.
Hadiah bagi juara kelas misalnya, Alm. Syekh H. Ali Imran Hasan di masa hidupnya sudah mewiridkan untuk selalu memberi hadiah kepada Santri-Santriwati yang berhasil jadi terbaik dalam belajar (mengaji).
Baca Juga: Saya dan Buya Kita, Syekh H. Ali Imran bin Hasan
Namun hadiah yang diberikan tidak semata-mata reward atas keberhasilan saja, tapi juga mengandung makna yang jauh lebih besar daripada hadiah itu sendiri.
Hampir dalam setiap kesempatan yang meniscayakan hadiah, Alm. Buya selalu menyediakan hadiah berupa kain sarung untuk terbaik pertama, handuk untuk terbaik kedua, dan baju kaos untuk terbaik ketiga. Berikut makna filosofis masing-masingnya.
Menurut Buya, kain sarung itu multifungsi, jadi diharapkan dengan dipatikan melalui kain sarung, kaji yang didapat itu bisa multifungsi. Di samping itu, kain sarung itu melingkar dan tidak berujung, pun diharapkan nantinya kaji yang didapat itu juga tak berujung, selalu berkesinambungan dari awal-akhir-awal lagi.
Sedangkan handuk berfungsi sebagai pengering badan yang basah dan mampu mendatangkan kenyamanan, untuk itu diharapkan kaji yang didapat juga mampu mengeringkan segala yang basah di fikiran, serta mampu memberi kenyamanan bagi pemakainya.
Baju Kaos bisa dan biasa digunakan oleh siapa saja; Laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dlsb. Artinya, melalui baju kaos diharapkan kaji yang didapat juga bisa bermanfaat bagi siapa saja sehingga jadi lebih bermanfaat bagi khalayak.
Jika dilihat secara seksama, maka dapat disimpulkan bahwa melalui filosofi hadiah tersebut, Buya ingin menekankan nilai kebermanfaatan ilmu buat diri sendiri si Santri-Santriwati, dan buat masyarakat luas. Karena ilmu yang paling utama adalah ilmu yang bermanfaat.
Atas bimbingan para Buya dan Guru-guru senior, wirid-wirid Alm. Buya Pendiri ini masih selalu dieksiskan sembari berharap keberkahannya. Semoga tak lekang, seperti mantan yang selalu terkenang.
Leave a Review