Hadis Palsu Seputar Ramadhan Hadis Palsu Seputar Ramadhan
Sebelumnya Baca: Hadis-Hadis Dianggap Palsu Seputar Ramadhan (Bagian 1)
3. Lima Perbuatan Pembatal Puasa:
خمس خصال يفطرن الصائم وينقض الوضوء : الكذب والغيبة والنميمة والنظر بشهوة واليمين الكاذبة
“Lima hal yang membatalkan orang berpuasa, dan membatalkan wudhu’ yaitu berbohong, mengumpat, mengadu domba, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan sumpah palsu”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu al-Fath al-Azdi dalam kitabnya al-Dhu’afa wa al-Matrukin, dan al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus.
Kepalsuan hadis ini cukup parah dikarenakan terdapat perawi-perawi pendusta di dalamnya, seperti; Sa’id bin Anbasah, Muhammad bin al-Hajjaj al-Himshi dan Jaban.
Kalau kita cermati kembali matan atau isi hadisnya, tentu akan didapati penyataan yang agak keliru yaitu batalnya puasa dan wudhu’ seseorang hanya karena mengadu domba, berbohong, mengumpat, sumpah palsu, dan melihat (bukan menyentuh) lawan jenis dengan syahwat. Bukankah ini terkait persoalan maksiat batin? Kalau bisa “menghilangkan/mengurangi” pahala puasa, memang benar. Tapi kalau dapat “membatalkan” puasa dan wudhu ya belum tentu, (sebab ada ketentuan-ketentuan khusus fikih yang mengatur soal hal-hal yang dapat membatalkan puasa dan wudhu’).
4. Tidurnya Orang Berpuasa itu Ibadah:
نوم الصائم عبادة وصمته تسبيح وعمله مضاعف ودعائه مستجاب وذنبه مغفور.
“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Iman, kemudian dinukil oleh Imam al-Suyuthi dalam kitabnya al-Jami’ al-Shaghir. Dalam sanad hadis ini terdapat perawi yang dinilai bermasalah bernama Sulaiman bin Umar al-Nakha’i yang dinilai sebagai “pendusta” oleh para kritikus hadis.
Harus kita akui bahwa hadis ini sering dijadikan orang sebagai alasan untuk bermalas-malasan di siang hari bulan puasa. Banyak yang tidak bekerja memenuhi kebutuhan nafkah keluarga dengan alasan, “lebih baik tidur berlarut-larut di siang hari puasa karena termasuk ibadah” katanya.
Baca Juga: Hadis “Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah”
5. Makan Sebelum Lapar dan Berhenti Sebelum Kenyang:
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا لا نشبع
“Kami adalah orang-orang yang tidak makan sehingga kami lapar, dan apabila kami makan, kami tidak sampai kenyang”.
Imam al-Suyuthi dalam kitabnya al-Rahmah fi al-Thib wa al-Hikmah mengungkapkan bahwasanya kalimat diatas bukanlah hadis Nabi, melainkan hanyalah jawaban/perkataan seorang dokter asal Sudan atas pertanyaan Raja Persia tentang obat yang paling mujarab bagi kesehatan tanpa menimbulkan efek samping. Ketika itu diskusi juga diikuti oleh tiga orang dokter lainnya asal Iraq, Romawi dan India. Kisah ini juga dikutip oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya Madarij al-Shu’ud.
6. Ramadhan Setahun Penuh:
……لو يعلم العباد مافي رمضان لتمنت أمتي أن يكون السنة كلها……
“….Seandainya hamba-hamba Allah mengetahui pahala yang terdapat pada bulan Ramadhan, tentu umatku akan menginginkan setahun penuh itu Ramadhan….”.
Hadis ini merupakan penggalan dari kalimat yang sangat panjang yang diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam kitabnya Shahih ibn Khuzaimah, Abu Ya’la, Al-Bayhaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Iman, dan Ibnu al-Najjar. Hadis ini juga terdapat dalam kitab Durratun Nasihin.
Alasan maudhu’nya adalah karena terdapat seorang perawi yang bernama Jarir bin Ayyub al-Bajali yang dinilai sebagai “pemalsu hadis” oleh para kritikus hadis.
7. Ramadhan Tergantung oleh Zakat Fitrah:
شهر رمضان معلق بين السمآء والأرض ولا يرفع إلى الله إلا بزكاة الفطر.
“Ibadah bulan Ramadhan itu tergantung (terkatung-katung) antara langit dan bumi, dan tidak akan diangkat kepada Allah kecuali dengan mengeluarkan zakat fitrah”.
Terjadi perdebatan soal sumber hadis ini. Dari segi sanad dan matannya, hadis ini dianggap sudah bermasalah.
#Selesai#
Leave a Review