scentivaid mycapturer thelightindonesia

Halal bi Halal Manifestasi dari Idulfitri

Halal bi Halal Manifestasi dari Idul Fitri

Kegiatan setelah Idulfitri ini ialah biasa kita kenal dengan istilah halal bi halal yaitu suatu tradisi masyarakat Indonesia saling bertemu antara satu dengan yang lainnya. Dalam rangka mempererat silaturahmi

Sebenarnya di hari raya Idulfitri kita sudah saling mengingatkan bersilaturahmi antara anak dengan orang tua antara suami dan istri antar tetangga antara warga negara.

Di hari ini kita ingatkan kembali membuktikan pentingnya kita saling memaafkan, mana tahu pada hari ini belum juga bermaafan kita ulangi lagi bermaafan.

Halal bi halal menghalalkan yang sudah halal kalau menghalalkan yang haram bisa kita lihat seperti menikah misalnya,  jangan pula terbalik mengharamkan yang halal,  hal inilah yang sering kita langgar hingga hari ini,  seperti aturan-aturan Allah, banyak sekali hari ini kita perbuat demi kepentingan, aturan Allah kalah dengan nafsu kita.

Termasuk hari ini bermaaf-maafan asalnya adalah halal awalnya kita baik sebelum berjumpa,  bahkan di awal-awal kita jumpa baik sekali tidak ada masalah lama-lama berubah dari senyum menjadi senyap tidak teguran,  itulah salah satu perbedaan kita dengan Nabi Saw, apabila sesama kita semakin lama berteman semakin tampak kedok kita mulai paham orang kelakuan kita tetapi Nabi kita semakin lama kita kenal dengan beliau semakin tumbuh,  cinta kita berkembang kepada Nabi Saw.

Bagaimana sikap Nabi Saw sebagai panutan bagi kita bagaimana pemaafnya tidak ada yang mampu menandinginya,  kita pasti ingat dalam sirah Nabawiyah,  ketika Nabi hijrah ke kota Thaif  alasan Nabi berkunjung ke sana untuk meminta dukungan pada Bani Tsaqif  kalau di Madinah Nabi Saw disambut, ditunggu kedatangannya di Thaif Nabi ditolak sama penduduk kota Thaif dihalang halangi agar tidak berdakwah di kota Thaif,  bahkan dilempari sampai bocor kaki Nabi Saw, sempat Malaikat  penjaga dua gunung menawarkan Ya Nabi! 

Aku himpitkan dua bukit ini kepada penduduk Thaif?  Apa jawaban Nabi,  jangan,  mereka belum mengetahui, Rasulullah tidak dendam atau marah, bahkan menolak tawaran dari Jibril. Nabi justru mendoakan agar di kemudian hari anak keturunan orang Thaif termasuk orang beriman.

Itulah sikap Nabi yang sangat pemaaf, sebagai umatnya patutlah kita mencontoh  beliau dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam hal memaafkan, meluruskan yang bengkok diantara sesama. Saat ini adalah masih momen silaturahmi memperbaiki hati yang rusak inilah waktunya di hari yang lain nanti kita akan kesulitan melakukan bermaaf-maafan.

Pentingnya memaafkan sesama,   karena dengan  Allah sudah selesai dengan taubat   kita puasa dan ibadah di Ramadhan misalnya dengan penuh harapan. Sementara sesama manusia tidak selesai artinya harus saling memaafkan barulah selesai.

Hala bi halal yaitu halal (baik)  bi halal (dengan yang baik), kelahi itu haram,  menggunjing haram,  bermusuhan haram, tikam tikaman haram, tapi berdamai halal,  bermaafan halal,  itulah halal bi halal.

Inti halal bi halal adalah memperbaiki hubungan sesama manusia, sejalan dengan silaturahmi menyambung tali yang putus, mengurai benang kusut,  mencairkan yang beku. 

Di dalam al-Qur’an, Allah SWT menyatakan: Sesungguhnya orang-orang mukmin  adalah bersaudara, karena  damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat di antara (Q.S. al-Hujurat, 49:10).

halal bi halal terkait erat dengan misi Idul Fitri, yakni kembali kepada fitrah atau kembalinya manusia pada keadaan sucinya atau keterbebasannya dari segala dosa dan noda, sehingga dengan demikian, ia berada dalam kesucian. Kembali kepada fitrah berarti kembali kepada Allah, dekat kepada Allah, dan kembali atau dekat dengan manusia.

Untuk bisa dekat dengan Allah dan dekat dengan manusia ini, manusia perlu meminta ampun kepada Allah dan meminta maaf dengan sesama manusia melalui silaturahmi, mushafahah, saling mema’afkan, dan halal bi halal.

Seperti disebutkan oleh Abuddin Nata,  Kesucian diri dari dosa sesama manusia itu bukan hanya diperlukan untuk kesuksesan hidup di akhirat, tetapi untuk di dunia ini,  karena berbagai karunia Tuhan berupa rezeki  yang berlimpah, harta benda, pangkat, kedudukan, pendidikan,  kesehatan, keamanan dan lain sebagainya terjadi melalui proses interaksi, komunikasi, dan kerja sama yang harmonis dan baik dengan sesama manusia.

Semua orang saling membutuhkan, dan jika hal ini terlambat, tidak lancar,  atau terputus maka yang rugi adalah manusia itu sendiri, pedagang butuh pada pembeli dan sebaliknya ,pemilik pabrik butuh karyawan dan sebaliknya,  guru butuh murid dan sebaliknya, pemimpin butuh rakyat dan sebaliknya,  dokter butuh pasien dan sebaliknya khatib butuh jamaah dan sebaliknya laki-laki butuh perempuan dan sebaliknya, anak butuh ayah dan sebaliknya, sopir angkutan umum butuh sopir dan sebaliknya.

Dinamika siklus kehidupan di atas dapat berjalan dengan baik bila hubungan antara sesama manusia berlangsung sehat, wajar,  dan harmonis.

Dapat dilihat halal bi halal tujuannya untuk rekonsiliasi perbaikan sesama manusia agar tetap utuh, rukun,  dan damai dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan begitu aktivitas manusia dapat berjalan lancar dan akan bercucur rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.[]

Mara Ongku Hsb
Alumni Pekanbaru-UIN Suska Riau