Ada dua jenis takbir yang pasti dilakukan dalam salat fardu dan sunah, yaitu takbiratul ihram dan takbir intiqal. Takbiratul ihram adalah takbir rukun salat, hukumnya wajib dilakukan, letaknya adalah permulaan salat yang menandakan dimulainya salat seseorang. Sementara takbir intiqal (takbir perpindahan gerakan) adalah takbir yang hukumnya sunah, letaknya adalah ketika terjadi perpindahan atau peralihan gerakan dalam salat seperti dari berdiri ke rukuk, dari i’tidal ke sujud, dan lain-lain. Imam Nawawi menjelaskan:
(اعْلَمْ)
أَنَّ الصَّلَاةَ الرُّبَاعِيَّةَ يُشْرَعُ فِيهَا اثْنَتَانِ وَعِشْرُونَ تَكْبِيرَةً مِنْهَا خَمْس تَكْبِيرَاتٍ فِي كُلِّ ركعة أربع للسجدتين والرفعتين مِنْهَا وَالْخَامِسَةُ لِلرُّكُوعِ فَهَذِهِ عِشْرُونَ وَتَكْبِيرَةُ الْإِحْرَامِ وَتَكْبِيرَةُ الْقِيَامِ مِنْ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ وَأَمَّا الثُّلَاثِيَّةُ فَيُشْرَعُ فِيهَا سَبْعَ عَشْرَةَ سَقَطَ مِنْهَا تَكْبِيرَاتُ رَكْعَةٍ وَهُنَّ خَمْسٌ وَأَمَّا الثُّنَائِيَّةُ فَيُشْرَعُ فِيهَا أحد عشر لِلرَّكْعَتَيْنِ وَتَكْبِيرَةُ الْإِحْرَامِ وَهَذِهِ كُلُّهَا عِنْدَنَا سُنَّةٌ الا تكبيرة الحرام فَهِيَ فَرْضٌ هَذَا مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدهمْ قَالَ ابْنُ المنذر وبهذا قال أبو بكر الصديق وعمرو ابن مَسْعُودٍ وَابْنُ عُمَرَ وَابْنُ جَابِرٍ وَقَيْسُ بْنُ عَبَّادٍ وَشُعَيْبٌ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَعَوَامُّ أَهْلِ الْعِلْمِ
Sesungguhnya untuk setiap salat yang empat rakaat disyariatkan di dalamnya 22 takbir, terdapat 5 takbir dalam setiap rakaat, 2 takbir untuk sujud, 2 takbir untuk bangun dari sujud, 1 takbir untuk rukuk, ditambah 1 takbiratul ihram, dan 1 takbir setelah bangkit dari duduk tasyahud awal. Untuk salat yang tiga rakaat terdapat di dalamnya 17 takbir. Untuk salat yang dua rakaat terdapat 11 takbir. Seluruh takbir itu hukumnya adalah sunah, kecuali takbiratul ihram. Takbiratul Ihram hukumnya fardhu (wajib). Ini adalah pendapat kita mazhab Syafi’i, juga pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama setelahnya. Ibn Mundzir berkata bahwa ini adalah pendapat Abu Bakar al-Shiddiq, Umar, Ibn Mas’ud, Ibn Umar, Ibn Jabir, Qays bin Ubad, Syu’aib, al-Awza’i, Sa’id bin Abdul Aziz, dan mayoritas ahli ilmu.
Baca Juga: Hukum Mengangkat Tangan Ketika Takbir saat Salat
Dalil kesunahan takbir intiqal adalah hadis Rasulullah SAW:
عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ ثُمَّ يَقُولُ: سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرُّكُوعِ ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ؛ ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الصَّلاَةِ كُلِّهَا حَتَّى يَقْضِيَهَا؛ وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنَ الثِّنْتَيْنِ بَعْدَ الْجُلُوسِ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW. ketika melaksanakan salat, beliau takbir ketika berdiri, kemudian takbir ketika ruku, lalu mengucapkan “sami’allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memujiNya), ketika beliau mengangkat tulang punggungnya dari rukuk, kemudian beliau mengucapkan “Rabbana walakal hamdu (Tuhan kami, dan hanya kepadamu segala puji) ketika dalam keadaan berdiri (i’tidal), lalu beliau mengucapkan takbir ketika turun ( hendak melaksanakan sujud), takbir ketika mengangkat kepala (dari sujud), kemudian takbir ketika akan sujud (kedua), lalu takbir ketika mengangkat kepala (dari sujud kedua). Beliau melakukan itu semua di dalam salat sampai selesai, dan beliau (juga) takbir ketika berdiri dari dua rakaat setelah duduk (tasyahud awal). (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Khusus bagi imam, disunahkan untuk mengeraskan seluruh takbir dalam salat, baik salatnya yang di-jahr–kan (keraskan bacaannya) atau di-sirr-kan (pelankan bacaannya). Kalau imamnya ternyata bersuara pelan atau lemah, maka disunahkan bagi muazzin atau makmum yang lain untuk mengeraskan bacaan takbirnya. Imam Nawawi menjelaskan:
يسن للامام الجهر بتكبيرات الصلاة كلها وبقوله سمع الله لمن حمده ليعلم المأمومون انتقاله فإن كان ضعيف الصوت لمرض وغيره فالسنة أن يجهر المؤذن أو غيره من المأمومين جهرا يسمع الناس وهذا لا خلاف فيه
Disunahkan bagi imam untuk mengeraskan suaranya dalam semua takbir salat, dan ketika mengucapkan ‘Sami’allahu lima hamidah’, agar semua makmum mengetahui perpindahan imam. Apabila imam suaranya lemah karena sakit atau lainnya, maka disunahkan bagi muazzin atau makmum yang lain untuk mengeraskan suaranya agar didengar oleh semua makmum. Ini tidak ada perbedaan di kalangan ulama.”
Dalil imam mengeraskan bacaan takbir dalam salat dan apabila imam suaranya lemah, maka disunahkan bagi makmum yang lain untuk mengeraskan suaranya di antaranya adalah sebagai berikut:
صلي لنا أبو سعيد فجهر بالتكبير حين رفع رأسه من السجود وحين سجد وحين رفع وحين قام من الركعتين حتى قضى صلاته على ذلك وقال إني رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم هكذا يصلى
Abu Sa’id melakukan salat (mengimami salat) untuk kami, kemudian dia mengeraskan takbirnya ketika mengangkat kepalanya dari sujud, ketika sujud, ketika bangun dari sujud, ketika bangun dari rakaat kedua hingga beliau menyelesaikan salatnya. Lalu beliau berkata, ‘Saya melihat Rasulullah saw melakukan salat seperti ini. (H.R. al-Bukhari)
وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ” اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فصيلنا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ تعالى عَنْهُ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي رواية ولمسلم أَيْضًا ” صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ وَأَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ تعالي عَنْهُ خَلْفَهُ فَإِذَا كَبَّرَ كَبَّرَ أَبُو بَكْرٍ يسمعنا “
Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata: Rasulullah SAW dalam keadaan sakit, kami pun salat di belakang beliau yang salat dalam kondisi duduk. Sementara Abu Bakar RA memperdengarkan takbirnya kepada para manusia. (H.R. Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah SAW salat zuhur bersama kami, dan Abu Bakar berdiri di belakang beliau. Ketika Rasulullah SAW takbir, Abu Bakar pun juga bertakbir (dengan suara keras) untuk memperdengarkannya kepada para kami. (H.R. Muslim)
وعن عائشة رضى الله عنهما في قصة مَرِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ ” فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أجلس إلَى جَنْبِهِ – يَعْنِي أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بالنَّاسَ وأبو بكر يسمعهم التكبير “
Dari Aisyah RA tentang kisah sakitnya Rasulullah SAW, Aisyah berkata: Rasulullah SAW datang ke masjid lalu didudukkan di sebelah Abu Bakar RA. Rasulullah SAW kemudian salat bersama manusia, sementara Abu Bakar memperdengarkan takbir kepada mereka. (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Kapan Mengangkat Tangan Ketika Mengucapkan Takbir
Kesimpulannya, bagi orang yang salat disunnahkan untuk mengucapkan takbir intiqal ketika berpindah dari satu gerakan ke gerakan lain, kecuali ketika pindah dari rukuk ke i’tidal maka membaca sami’allahu liman hamidah. Khusus bagi Imam, maka disunahkan baginya untuk mengeraskan seluruh bacaan takbirnya dan juga bacaan sami’allahu liman hamidah. Apabila suara imam lemah, maka muazzin atau makmum yang berada di dekatnya dianjurkan untuk mengeraskan bacaan takbirnya agar dapat didengar oleh jamaah yang lain.
Wallahu A’lam
Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com
terimakasih ilmunya