scentivaid mycapturer thelightindonesia

Jahil Murakab Ketidakmampuan Melihat Kebenaran walau Berada di Tengah Dalil, Bukti dan Argumen

Jahil murakab  Ketidakmampuan Melihat Kebenaran walau Berada di Tengah Dalil, Bukti dan Argumen

Jahil murakab (seorang tidak tahu tapi tidak sadar kalau dia tidak tahu) itu kebanyakan terjadi bukan pada orang yang tidak berilmu, bukan juga pada orang bodoh. Kebanyakan yang kena penyakit jahil murakab ini adalah orang pintar dan berilmu. Salah satu sebabnya adalah karena dia mempunyai dan mampu menjawab yang benar di beberapa permasalahan lain, lalu dia mencoba mengqiyaskan pada semua masalah lainnya sehingga ia merasa bahwa dia punya kemampuan untuk menjawab masalah lain juga.

Itu terjadi karena dia merasa bahwa dia bisa benar pada suatu masalah karena kepintarannya, atau ilmunya serta luasnya pengetahuannya. Kemudian dialah merasa yang melakukan semuanya dan dia menganggap semua itu karena usahanya. Semua dia nisbahkan pada diri sendiri, sampai dia lupa bahwa dia tidak mampu melakukan apa-apa dan itu semua berasal dari Allah. Permasalahan yang telah dia jawab dengan benar itu dengan taufik Allah, permasalahan lain juga karena taufik Allah.

Baca Juga: Para Sejarawan di Era Pascakebenaran

Jika dia mengerti dan memahami bahwa semua itu bisa terjadi karena taufik rabbani, maka dia akan malu untuk merasa bisa menjawab segalanya. Rasa malu itu menekan egonya. Hal itu membuatnya melihat lagi pendapatnya sendiri, dan mau mendengar nasihat orang lain, karena dia merasa bodoh, pada akhirnya kebenaran mudah masuk ke hatinya. Orang seperti ini mustahil jatuh dalam penyakit jahl murakab, karena dia selalu merasa dia jahil.

Beda dengan orang yang selalu mengandalkan usahanya, mulai dari bacaannya, ngajinya, kampusnya, ilmunya, kecerdasannya, wawasannya, dll, di mana dia selalu menganggap dialah yang paling memahami segala hal, kemudian ego dibangun, kesombongan dipupuk, sampai dia lupa bahwa itu semua dari Allah, dan dia sebenarnya jahil. Kelupaannya itu membuat dia merasa seolah dia memiliki sifat ketuhanan. Itulah jahil ditambah jahil, dan itu tidak bisa dinasihati secara ilmiah, karena ini masalahnya bukan dipermasalahkan ilmiah tapi nafsi dan psikologi. Dialog ilmiah tidak terlalu berguna bagi mereka, mereka akan mencari sejuta pembenaran untuk pendapat mereka.

Orang yang mempunyai sifat ini akan terjebak dan susah keluar, karena ego menerima kebenaran dari orang lain sudah begitu mendarah daging. Ini sebenarnya hukuman Allah bagi dia, karena dia telah lancang memakai sifat tuhan “sombong”, makanya Allah berfirman menceritakan manusia yang memiliki sifat ini “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku”. Ia bahkan dengan bukti yang jelas di depan mata sekalipun dia tidak akan bisa melihatnya.

Itu juga sebab kejatuhan iblis, Firaun, dan orang lain yang diceritakan dalam al-Qur’an, dan jika diperhatikan ayat al-Qur’an orang seperti ini yang paling jauh dari hidayah. Hampir semua ayat azab bukan ditujukan pada orang yang penuh maksiat, tapi pada orang yang sombong, apalagi kalau sombong pada kemaksiatannya, dobel. Kenapa hampir semua ayat hukuman dan azab isinya tentang orang yang sombong dengan dirinya sendiri? Sifat yang paling tidak pantas ada pada seorang “hamba”.

Jadi ada baiknya kita mulai mengecek sifat ke “pedean” dengan ilmu kita, sifat mengandalkan kecerdasan kita, bahkan sifat yang membuat kita merasa bahwa kebenaran yang kita dapatkan itu atas hasil usaha kita, adakah sifat-sifat itu ada dalam diri kita? Jika ada, sebaiknya berhati-hati, karena tanpa kita sadari, kemungkinan besar kita pasti telah jatuh pada suatu permasalahan penting dalam hidup kita dalam jahl murakab, terutama pada masalah kebahagian, baik didunia atau akhirat.

Baca Juga: Tidak Ada Kebenaran Tunggal dalam Ijtihad Fikih

Dan itu terjadi walau kadang kita melihat sejuta dalil kebenaran di hadapan kita, karena tuhan berfirman “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya” dan itu mengerikan, dimana kita tidur di atas dalil, hujjah, argumen, bukti dan ayat, tapi mata kita tidak dapat melihat. Jadi jahil murakab bukan hanya tentang kesalahan ilmiah tapi kesombongan manusia.

Wahai manusia, sebenarnya kamu mengucapkan lahawla wala quwwata illa billah “tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah semata” ketika keluar rumah untuk apa? Untuk pamer kecerdasan? Untuk pamer ilmi? Pamer usaha? Nasalullah alafiyah.

Fauzan Inzaghi
Mahasiswa Indonesia di Suriah