Syekh Mikhlaf al-‘Aliy menceritakan, suatu ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata di depan murid-muridnya, “Hari Jumat besok aku akan menampakkan pada kalian karamah terbesarku.”
Tentu saja berita ini segera menyebar pada seluruh muridnya dan masyarakat luas. Mereka sangat penasaran menyaksikan langsung apa karamah terbesar yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang memang dikenal sebagai seorang wali dan dikaruniai banyak sekali karamah.
Hari Jumat pun tiba. Masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid. Tentu saja niat mereka kali ini bukan lagi sekadar menunaikan kewajiban Jumat, melainkan juga ingin menyaksikan apa karamah terbesar Syekh Abdul Qadir.
Setelah menyelesaikan rangkaian ibadah Jumat, Syekh Abdul Qadir naik mimbar. Ia bertanya pada semua hadirin, “Apakah kalian sudah melihat karamahku?” Mereka menjawab, “Kami tidak melihat apapun.”
Beliau berkata, “Sekarang aku ingin bertanya pada kalian, dan tolong jawab dengan jujur. Apakah kalian pernah melihatku meninggalkan salat fardhu?”
Mereka menjawab, “Tidak pernah.”
“Pernahkah kalian melihatku meninggalkan puasa Ramadhan?”
“Tidak.”
“Pernahkah melihatku berbohong? Pernahkah kalian melihatku mengambil hak orang lain? Pernahkah kalian melihatku bergunjing?”
“Tidak.”
“Apakah salat yang aku kerjakan berbeda dengan salat yang Rasulullah kerjakan?”
“Tidak”.
“Apakah khutbahku berbeda dengan khutbah Rasulullah?”
“Tidak.”
“Itulah sesungguhnya karamah terbesarku; istiqamah.”
الاستقامة أكبر كرامة
“Istiqamah adalah karamah terbesar.”
Baca Juga: Karamah Ilmu Imam al-Ghazali
***
Jangan sibukkan diri untuk mendapatkan berbagai karamah zhahir. Sibukkanlah diri dengan meraih karamah batin; istiqamah.
مَنِ انْشَغَلَ بِالْكَرَامَةِ حُجِبَ عَنْ رَبِّ الْكَرَامَةِ
“Siapa yang sibuk dengan karamah, terhijab dari Rabb yang memberikan karamah.”
احْذَرُوا الشَّهْوَة الْخَفِيَّةَ فىِ الْعِبَادَةِ
“Waspadai syahwat terselubung dalam beribadah.”
والله تعالى أعلم وأحكم
[YJ]
Leave a Review