Pemilihan Kitab
Banyak yang bertanya dalam masalah pemilihan kitab yang berbeda-beda. Sulit menjawab satu per satu. Jadi mending ditulis jadi tulisan saja. Manhaj tadaruj dalam ilmu atau kurikulum itu bukan untuk mempelajari kitab tertentu, tapi agar seorang murid memiliki malakah di level tertentu. Penguasaan kitab hanya wasilah untuk mencapai itu, jadi kitab apa yang dipelajari pada level 1, 2, 3 atau 4 itu beneran nisbi, tapi para ulama sepakat bahwa tujuan dari mempelajari kitab-kitab di level tersebut adalah untuk membuat seorang thalib mencapai target malakah ilmu yang harus dicapai di level tertentu.
Iya memang ada beberapa kitab yang populer untuk masing-masing level karena terbukti efektif selama ratusan bahkan ribuan tahun membuat para thalib mencapai malakah yang ditargetkan pada level tertentu. Sebabnya banyak macam syarah dan hasyiah yang membuat kitab-kitab ini mudah diajarkan, tartibnya bagus, ringkas tapi membahas semua permasalahan yang perlu dikuasai thalib sesuai levelnya, mudah dihafalkan, bahasanya jelas, bahasanya rumit tapi padat, keberkahan kitab, dll.
Kadang-kadang faktor tempat juga berpengaruh, seperti kitab tertentu populer di satu daerah dan banyak yang menguasai kitab tersebut. Akhirnya, jika ada yang kesulitan memahami sebuah permasalahan di level itu, seorang murid dengan mudah mendapatkan guru yang bisa dirujuk untuk memahami permasalahan tersebut. Faktor ini juga yang membuat kitab yang sebenarnya lebih detail dan daqiq pembahasannya malah kurang populer di daerah tertentu yang populer malah kitab lainnya, yang dari segi tahqiq dan daqiqnya berada sedikit di bawahnya. Hanya saja banyaknya yang menguasai kitab itu bahkan mengunyahnya (ada perbedaan antara menguasai kitab dan menguasai ilmu), membuatnya lebih cocok untuk dijadikan kurikulum.
Kadang faktor keadaan thalib juga mempengaruhi, seperti perbedaan Ajam dan Arab dalam belajar. Arab misalnya karena perubahan kalimat sudah jadi malakah dalam berbahasa Arab maka ngaji nahwu didahulukan. Adapun Ajam untuk memahami kalimat minimal harus tahu secara ringkas lebih dahulu tentang perubahan kalimat baru dalam ilmu baru kemudian belajar nahwu, makanya sharaf didahulukan. Atau jika tabiat thalib menyukai matan berbentuk nasr karena menurutnya lebih logis bisa dipahami dan diajarkan langsung, maka matan yang diajarkan lebih baik nasr. Sebagian menyukai syiir karena mudah dihafalkan dengan dinyanyikan maka diajarkan matan berbentuk syair. Dan banyak faktor lain seperti masalah yang dihadapi, tantangan di masing-masing daerah, masalah populer di sekitar thalib, dll.
Baca Juga: Kearifan Lokal Pengajaran Bahasa Arab di Surau Minangkabau
Ini di antara sebab kenapa berbicara minhaj tadaruj dalam belajar sebuah fan ilmu dan pemilihan kitab yang cocok tidak pernah habisnya. Jadi jika ada perbedaan dalam pemilihan kitab antara satu madrasah dan madrasah lain itu bukanlah hal yang perlu diributkan. Karena inti dari pemilihannya itu yang penting bisa membuat thalib mencapai target yang harus dicapai di masing-masing level, itu sudah cukup. Tidak perlu ngotot harus a atau b, karena masing-masing madrasah punya keadaan sendiri-sendiri yang berbeda satu dan lainnya. Jadi di level satu mau Jurumiyah, Imrity, Durus Nahwiyah, Nahwu Wadhih, dll. ya, tidak apa-apa. Yang penting, thalib bisa mengenal nahwu secara ringkas dan cepat kemudian mulai tahu bagaimana mengi’rab dan tujuannya, kemudian naik level dengan target lain dalam ilmu tersebut, dan begitu seterushya.[] Wallahualam
Leave a Review