Kiai Maimun Zubair meriwayatkan dari gurunya KH. Abdul Karim (atau Mbah Manab) Lirboyo yang berpesan kepada para santri, demikian dawuh beliau;
“Sak makendut-makendute santri ojo nganti ora ngurip-urip malem riyoyo loro, paling gak sholat sunnah bakdiyah isya’ rong roka’at, ditambah sholat witir sak roka’at, supoyo atine ora mati ing dalem dino akeh ati podo mati”.
“Senakal-nakalnya santri jangan sampai tidak menghidupkan dua malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dengan melaksanakan sholat sunnah minimal dua rakaat setelah Isya’ dan satu rakaat witir, agar hati tidak mati disaat banyak hati yang mati”.
Dawuh tersebut sering kita lihat di banyak platform sosial media sejak beberapa hari sebelum malam hari raya tiba. Maqalah di atas dapat kita temui dalam hadis nabi saw yang berbunyi;
من قامَ ليلتي العيدين محتسبا لله لم يمت قلبه يوم تموت القلوب
Artinya; Barang siapa yang menghidupkan malam idulfitri karena Allah, maka hatinya tidak akan mati di saat hati-hati yang lainnya telah mati. (HR. Ibnu Majah) (Sunan Ibn Majah/1/765)
Dalam kitab syarahnya, Nuruddin As-Sanadi menambahkan, menghidupkan malam-malam hari raya dengan beribadah, walaupun dengan tahajud saja. Dijelaskan banyak hati yang mati karena manusia banyak berbuat dosa. Jika hati sudah mati, maka apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan oleh tubuh selalu jauh dari kebenaran dan petunjuk, berat melakukan ketaatan bahkan sangat santai ketika melakukan kemaksiatan. Naudzubillah min dzalik.
Juga di dalam Mausuah Fiqhiyah Kuwaitiyah, mazhab Hanafiyah mengikuti pendapat Ibnu Abbas bahwa menghidupkan malam hari raya minimal dengan salat Isya berjamaah dan berniat akan melakukan salat Subuh berjamaah.
Kebanyakan manusia sekarang serba modern dan perlu fakta fakta sebagai pijakan atau landasan dalam melaksanakan suatu amalan. Ada beberapa fakta yang tersimpul dalam ritual tahunan umat Islam, termasuk juga dua hari raya sebagai simbol ritual umat Islam. Berikut diantara fakta dua hari raya umat Islam:
- Malam penghormatan bagi yang menjalankannya
Abdullah ibn Abbas menyebutkan malam lailatulqadar adalah malam pengagungan, malam nishfu syakban adalah malam pensucian, dan dua malam hari raya adalah malam penghormatan. (Sirajuddin, At-Taudlih lisyarh Al-Jami As-Sahih/13/572)
- Salat sunnah di rumah
Disarankan melakukan salat sunnah di rumah saja, tidak di tempat-tempat yang ramai. Baik dengan cara munfarid (salat sendirian) atau berjamaah dengan sebagian keluarga. Kenapa harus di rumah? Karena dalam hadis lain dikatakan bahwa rumah adalah surga bagi penghuninya, apabila rumah tidak dilestarikan dengan melakukan kebaikan, maka diibaratkan rumah tersebut bagai kuburan, dianggap rumah yang sepi, mangkrak dan mati tak berpenghuni.
- Berpeluang besar menjadi penghuni surga
Dalam hadis dijelaskan:
وفي حديث: ﴿من أحيا الليالي الأربع وجبت له الجنة﴾ وهي: ليلة الجمعة وليلة عرفة وليلة الفطر وليلة النحر
Artinya: Barangsiapa menghidupkan empat malam, maka surga wajib baginya. Malam-malam tersebut yaitu malam jumat, malam arafah, malam idulfitri dan malam iduladha. (Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah/2/659)
- Doa yang ijabah
Barangsiapa berdoa di malam hari raya, maka doanya tidak akan tertolak. Bersandar pada hadis nabi saw;
خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة أول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الجمعة وليلة الفطر وليلة النحر
Artinya: Lima malam yang menjadikan doa tidak akan tertolak; awal malam bulan rajab, malam nishfu syakban, malam jumat, malam idulfitri, dan malam iduladha. (HR. Ibnu Asakir) (Jalaluddin Suyuthi, Al-Jami As-Shaghir/6596)
- Hati tidak mati dan tidak tergoda dengan hal duniawi
Keterangan menurut Zainuddin Muhammad Al-Munawi Al-Qahiri dalam Faidlul Qadir bahwa siapa yang merayakan malam hari raya dengan jamaah isya dan subuh maka dijauhkan dari suulkhatimah. Bahkan di malam hari raya, Allah memberi hidayah kepada orang Kafir kemudian masuk islam (Allah menghidupkan orang yang telah mati sehingga ia menjadi fitrah).
Selain itu, fakta-fakta di atas juga bisa kita temui dalam kitab fiqhul ibadat ‘ala mazhab as-syafii, syarhu musykil al-wasith, al-majmu’ syarhil muhadzzab, al-minhaj al-qawim, dan lain-lain.
Selain salat sunnah ada banyak kesunnahan lain yang juga termasuk menghidupkan malam hari raya, bersedekah, membaca takbir dengan lantang, baik dalam keadaan rebahan di rumah, duduk-duduk di masjid atau sambil berjalan kaki di jalan secara berkerumun, menjauhi perkara-perkara yang tidak berfaidah, tidak menghambur-hamburkan harta, dan sebagainya. Hakikatnya, ibadah yang kita lakukan pada dua malam hari raya adalah bentuk merayakan hari kemenangan, malam puncak menuju kebahagiaan dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah. Wallahu a’lam.
Leave a Review