scentivaid mycapturer

KH. Ahmad Idris bin Usman, Sungai Ulak Bangko (w. 1991 M)

KH. Ahmad Idris bin Usman, Sungai Ulak Bangko (w. 1991 M)
Foto dok. Penulis

KH. Ahmad Idris bin Usman lahir pada 21 Mei 1907 M di Sungai Ulak Bangko, Jambi. Pendidikan dasar ditempuh di kampung halamannya. Pada tahun 1918 M melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Sa’adatuddaren Jambi s/d tahun 1924 M. Dibawah asuhan KH. Ahmad Syakur bin Syukur, pesantren ini berdiri sekitar tahun 1915 M, jadi KH. Ahmad Idris bin Usman masuk setelah tiga tahun lembaga pendidikan tersebut berdiri.

Sementara Sayyid Muhsin al-Musawa (w. 1354 H), pendiri Madrasah Darul Ulum Makkah yang juga pernah mengenyam ilmu di Sa’adatuddaren, menamatkan pendidikannya di pesantren tersebut pada tahun 1919 M, pastinya tidak menutup kemungkinan KH. Ahmad Idris masih menjumpai Sayyid Muhsin al-Musawa selama satu tahun. Begitu pula dengan Syekh Anwar bin Kumpul (w. 1379 H), pendiri Pondok Pesantren Nurul Islam Seribandung, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, masuk pesantren Sa’adatuddaren pada tahun 1923 M, sementara KH. Ahmad Idris menyelesaikan studinya di Sa’adatuddaren pada tahun 1924 M, kemungkinan juga beliau masih menjumpai Syekh Anwar bin Kumpul selama satu tahun.

Lalu pada tahun 1928 M, beliau menuntut ilmu di Makkah. Adapun teman satu angkatannya saat di Makkah adalah KH. Zakariya bin Muhammad Zen (w. 1996 M), perintis Pondok Pesantren Azzakariyah Merangin, Jambi. Sementara KH. Zakariya bin Muhammad Zen sendiri saat di Makkah berkawan dekat dengan KH. Noer Alie (w. 1992 M) seorang Pahlawan Nasional dan KH. Mukhtar Ambai Kerinci (w.1977 M ), pendiri Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah Ambai, Kerinci, tidak menutup kemungkinan KH. Ahmad Idris bin Usman bersahabat pula dengan kedua ulama tersebut.

Kemudian KH. Ahmad Idris bin Usman diangkat menjadi pengajar di Masjidil Haram. Seperti yang sudah pernah saya tuliskan sebelumnya, memang diera itu penuntut ilmu dari Jambi maupun Nusantara tak lepas dari belajar dan mengajar di Masjidil Haram, Madrasah Saulatiyah yang didirikan oleh Syekh Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi, Madrasah Al-Falah oleh Syekh Muhammad Ali Ridho Zainal , Madrasah Darul Ulum oleh Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa, Madrasah al-Fakhriyyah oleh Syekh Abd al-Haq Qori dan lembaga pendidikan lainnya.

Baca Juga: Syekh Abdul Wahid Jambi

Adapun diantara murid KH. Ahmad Idris bin Usman saat di Makkah yakni, Syekh Abdurrahman Ya’qub Riau (Tuan Guru Reteh) (w. 1390 H), pendiri Pondok Pesantren Nurul Wathan. Di Riau terdapat tiga ulama yang masyhur dengan nama “Abdurrahman” atau sering disebut ‘Trio Abdurrahman’ yakni:

1. Syekh Abdurrahman Sidiq (Tuan Guru Sapat) (w. 1357 H), seorang Mufti Kerajaan Indragiri. Adapun muridnya di Jambi yakni, Tuan Guru Rasyidi bin Anang Semau.

2. Syekh Abdurrahman bin Bakri (Pak Uan) (w. 1975 M) pernah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Sa’adatuddaren Jambi dan pernah juga berguru kepada Syekh Abdurrahman Sidiq (Tuan Guru Sapat).

3. Syekh Abdurrahman Ya’qub Riau (Tuan Guru Reteh) (w. 1390 H). Saat di Mekah Tuan Guru Reteh menikah dengan Hj. Ruqayah, seorang perempuan dari Merlung, Jambi. Selain berguru kepada KH. Ahmad Idris bin Usman, Syekh Abdurrahman Ya’qub juga berguru dengan ulama Jambi lainnya saat di Mekah kepada Syekh Muhammad Sa’id Tungkal dan Syekh Usman bin Muhammad Sa’id Tungkal. Jadi ketiganya (Trio Abdurrahman) mempunyai jejaringan yang kuat dengan ulama-ulama Jambi.

Sekembalinya dari Makkah, KH. Ahmad Idris pulang ke kampung halamannya dan mendirikan Madrasah Tahzibiyyah, pada tahun 1937 M.

Baca Juga: Rihlah Habaib Yaman ke Jambi: Habib Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi, Habib Alwi bin Abdullah al-Habsyi dan Habib Ahmad bin Muhammad al-Habsyi

Dalam autobiografinya yang saya dapatkan dari keponakan beliau yakni, M. Yogi Sandra (Yogi Abu Addauli) pada tahun 1949 M, KH. Ahmad Idris diangkat menjadi Hoofd Penghulu Jambi oleh Keresidenan Jambi yang kemungkinan saat itu dijabat oleh R. Inu Kertapati yang masih keturunan sultan Jambi. Seorang Hoofd Penghulu pada masa itu selain menjadi pemuka agama, juga bertugas ikut memberikan keputusan dalam permasalahan hukum. Kadang kala mereka biasa disebut Kadi. Selain itu beliau juga, pernah mendapat penghargaan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI angkatan 45. KH. Ahmad Idris wafat pada tahun 1991 M dan dimakamkan di area Madrasah Tahzibiyyah, Sungai Ulak, Bangko, Jambi.

Waallahu ‘Alam

Jambi, 25 Mei 2021
Al-Haqir Muhammad Azro’i

Muhammad Al-Adzro'iy
Seorang santri yang ernah belajar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jatim