scentivaid mycapturer thelightindonesia

Kiri Islam: Menggugat Kemapanan Agama dan Politik

Kiri Islam Hasan Hanafi: Menggugat Kemapanan Agama dan Politik
Kiri Islam Hasan Hanafi: Menggugat Kemapanan Agama dan Politik

Islam adalah agama pergerakan yang datang untuk merubah sebuah tatanan yang zalim yang menindas kaum kecil. Islam mengajarkan umatnya untuk terus menegakkan keadilan di muka bumi, dengan menumpas semua ketidakadilan dan ketimpangan. Islam bukanlah suatu agama yang statis, Islam adalah agama yang dinamis yang akan terus berdinamisasi sepanjang zaman. Islam mempunyai semangat juang yang menentang kemapanan kaum borjuis dan menindas kaum proletar.

Kiri Islam mungkin masih asing di telinga kita, namun sejatinya perjuangan Islam adalah perjuangan kiri yang menentang kesewenang-wenangan kaum borjuis, dan kaum elite pemerintah terhadap rakyatnya. Istilah kiri Islam pertama kali digagas oleh mereka para pemikir Islam kontemporer seperti al-Afghani dalam kitab al-manar nya serta Rasyid Ridha dan Abduh.

Umat Islam terlalu lama terlena dengan kejayaannya di masa lampau dan telalu sering membanggakan sejarah kejayaan masa lalu. Realitas Islam di masa modern ini mengalami kemunduran dalam berbagai aspek, peradaban maju kini telah bergeser ke Barat yang menjadi kiblat hampir semua ilmu pengetahuan. Islam kini dikerdilkan dan dianggap sebelah mata oleh dunia. Islam kini hanyalah label-label negative dan cenderung anarkis. Sebenarnya ada apa dengan Islam? Mengapa dulu Islam menjadi pusat peradaban dan pengetahuan dan sekarang hanya sebatas nama tanpa progresifitas.

Baca Juga: Apa Itu Kiri Islam?

Para cendekiawan muslim khususnya para ulama terlalu sibuk bergelut dengan teks-teks yang bersifat ubudiyah dan seringkali fokus dalam masalah perdebatan panjang tentang siapa yang paling benar dan siapa yang paling kuat dalilnya. Tidak jarang saling kafir-mengkafirkan karena hanya berbeda cara pandangan dalam syariat. Para ulama kita terlalu sering memikirkan hal-hal yang abstraksi seperti surga, neraka, pahala, dan dosa. Mereka tidak melihat realitas sosial umat yang kini sedang mengalami keterpurukan, kemiskinan, penindasan, pengeksploitasian, westernisasi yang merajalela di setiap penjuru negeri.

Para ulama kita sibuk dengan urusan perut mereka masing-masing dan kepentingan kelompoknya. Rakyat dan umat terbengkalai dalam rantai kemiskinan dan penindasan yang tiada akhir. Oleh karena itu tidak ada yang akan bisa merubah nasib keterpurukan ini kalau bukan rakyat yamg memulainya untuk menemukan suatu perubahan tatanan sosial dan tidal ada lagi suatu ketimpangan sosial dan berujung dengan pemerataan sosial.

Keterpurukan Islam, dilihat dari segi historisitas, berawal dari runtuhnya dinasti Umayyah dan munculnya aliran-aliran tasawuf, yaitu kalangan yang merasa puas dengan keadaan, menerima, legawa, manut, atas segala hal yang menimpa dirinya. Bukannya tidak boleh seseorang untuk bertasawuf akan tetapi jangan sampai tasawuf dijadikan dalih dan jalan pengalihan atas semua keterpurukan yang menimpa umat Islam. Ketumpulan umat Islam diawali dengan diberangusnya kalangan Mu`tazilah dan kalangan Khawarij sebagai tombak rasionalitas dan sebagai semangat rela berkorban.

Judul  : Kiri Islam Hasan Hanafi Menggugat Kemapanan Agama dan Politik

Penulis : Abad Badruzaman

Penerbit: Tiara Wacana

Terbit  : Yogyakarta 2005 

ISBN   : 9799340691

Jumlah hal : 182

Hassan Hanafi berkata, “kiri Islam tidak berbicara soal Islam dalam tataran ideologis, tetapi berbicara kaum muslimin dalam suatu realitas historis dan struktur-struktur sosial.” Oleh karena itu perlu adanya suatu reaktualisasi terhadap teks-teks keagamaan (turats) terhadap realitas-realitas sosial, sehingga dapat menjawab seluruh tantangan dan kegelisahan umat Islam.”

Baca Juga: Pada Mustadhafin dan Dhuafa Islam Jangan Buta

Kiri Islam mencita-citakan kebangkitan peradaban universal yang muncul dari dimensi kemajuan khazanah klasik kita. Kiri Islam bukanlah sebuah manifesto politik, tetapi suatu agenda peradaban seperti yang terlihat dari kata “Islam”. Kiri Islam bermaksud menguak kembali faktor-faktor pendorong kemajuan khazanah Islam, seperti rasionalisme, naturalisme, kebebasan dan demokrasi yang saat ini amat kita perlukan.

Setidaknya ada empat aspek prinsip pembebasan dari kiri Islam yaitu;

Pembebasan akidah (tauhid)

Syahadat yang diaktualisasikan sebagai persaksian atas segala realitas-realitas yang ada tidak menutup-nutupi ataupun pura-pura tidak tahu atas apa yang terjadi. Syahadat dimulai dengan La Ilaha sebagai bentuk negasi atas kekuatan penindas dan tuhan-tuhan palsu yang ada di sekitar kita; lalu penetapan Illa Allah, hanya Allah yang Maha Perkasa. Selanjutnya shalat, shalat mengajarkan kita agar peka terhadap waktu, melaksanakan pekerjaan dengan segera, bukan bersantai-santai atau menunda-nunda. Zakat mengajarkan kita untuk saling bersekutu dan saling peduli kepada lingkungan dari orang yang berpunya kepada orang yang tidak berpunya. Puasa mengajarkan kita peka atas nasib menderita, lapar dan haus kaum dhuafa. Sedangkan haji mencerminkan semangat persatuan dan persekutuan untuk saling mempelajari masalah-masalah bersama.

Pembebasan akal (rasionalitas)

Akal harus menjadi suatu prioritas utama, dalam memahami sebuah teks-teks agama, sehingga dapat menjawab semua problematika yang ada. Dengan diprioritaskanya akal bukan berarti kita mengesampingkan naql, justru dengan akal kita bisa memahami naql bukan hanya sebatas teks-teks mati tetapi dapat diaktulisasikan dalam realitas sosial.

Baca Juga: Manusia dan Penampakan Kusam Ingatannya

Pembebasan masyarakat (keadilan sosial)

Masyarakat perlu dibebaskan dari belenggu ketahanan dan kepasrahan atas buasnya penindasan, keterbelakangan, ketimpangan, dan segala macam diskriminasi, masyarakat perlu tahu masyarakat perlu sadar atas semua itu. Perlu adanya keterbukaan berpikir masyarakat atas semua relitas yang ada hingga timbulah keinginan untuk merubah. Daya kritis masyarakat akan tebangun yang terwujudkan dalam suatu tindakan sosial yang konkret dan terwujud suatu perubahan sosial.

Pembebasan budaya (indepedensi dan oksidentalisme)

Sejak runtunya peradaban Islam, Islam dijajah oleh Barat dalam berbagai hal, mulai dari ilmu pengetahuan, budaya, sampai gaya hidup semuanya dijejalkan kepada kita umat Islam. Memang kolonialisasi itu tidak secara tampak terlihat akan tetapi mereka telah mempengaruhi kita sadar ataupun tidak. Adanya istilah orientalisme merupakan suatu upaya balas dendam musuh-musuh Islam untuk mengkerdilakan Islam. Orientalisme menjadi kiblat dunia dan menjadi kacamata dunia dalam berbagai aspek kehidupan, dimulai dengan hukum, politik, sosial, ekonomi, budaya, bahkan agama pun tidak terlepas oleh pengaruh Barat.  Oleh karena itu umat Islam mulai detik ini harus berhenti mengekor ke Barat dan mengagung-agungkan Barat sudah saatnya Islam bangkit dari keretepurukan dengan mengaktualisasi sumber-sumber turats dan menjadikannya sebuah ilmu baru yang dapat menandingi Barat dan mengembalikan kejayaan Islam. Sudah saatnya Barat menjadi murid kita Baratlah yang harus berguru pada luasnya ilmu-ilmu yang ada dalam Islam.

Seluruh pemaparan di atas dimaksudkan untuk membangun suatu kerangka baru pemikiran sebagai alternative dari kerangka lama yang sudah tidak dapat merespons tuntutan zaman dan tidak menyentuh persoalan riil umat manusia. Pemikiran ini harus menjadi sebuah dasar yang melatari semua gerak manusia dalam segala aspek kehidupannya.

Buku ini sangat progresif, sangat berguna untuk mengubah pandangan kita terhadap Islam. Ini bermanfaat untuk menimbulkan kesadaran pembaca akan pentingnya suatu reaktualisasi sumber-sumber Islam guna menjawab semua tantangan umat. Terlebih lagi bahasa buku cukup mudah untuk dipahami. Namun kekurangan buku ini terletak pada kurangnya contoh aktualisasi dari sebuah teks-teks agama sebagai teori yang dapat digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan dan menjawab sebuah tantangan sosial yang ada dalam masyarakat.[]


Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com

Moehammad Irfan Hilmi
Lahir di Ciamis 24 Oktober 1994, saat ini mahasiswa Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.