Pada tahun 2020 ini, manusia sudah sangat akrab dengan kehidupan modern. Baik kemodernan yang berbentuk fisik ataupun tidak. Kemodernan berbentuk fisik dapat diwakili oleh kehadiran teknologi modern, semisal hand phone, laptop, pesawat, kipas angin, dan lain sebagainya. Kemodernan yang berbentuk abstrak dapat diwakili oleh hadirnya pola pikir yang bersifat modern, semisal cara berfikir masyarakat kota ataupun desa.
Tentu saja, unsur-unsur yang modern tersebut dibangun di atas fondasi ilmu pengetahuan yang juga modern, semisal ilmu arsitek yang berguna sebagai pedoman untuk membuat bangunan, ilmu tata ruang yang berguna sebagai pedoman dalam menata posisi benda-benda fisik (semisal, perumahan, jalan, dan taman yang ada di kota-kota besar), ilmu elektronik sebagai acuan untuk mengembangkan alat-alat elektronik, ilmu perbankan sebagai rujukan untuk mengembangkan cara tata kelola uang, dan lain sebagainya.
Kajian mengenai ilmu modern, termasuk kategori pelajaran yang diminati dan diformalkan oleh pemerintah dalam institusi-institusi pendidikan, semisal SD, SMP, perguruan tinggi; sebut saja, ekonomi, biologi, politik, sains, teknologi dan hubungan International (dan saudara-saudaranya). Kepopuleran ilmu-ilmu ini terjadi karena berbagai alasan, semisal karena memang suka, atau demi kemapanan ekonomi, dan lain sebagainya.
Di antara banyak kategori-kategori Ilmu pengetahuan modern yang disebutkan sebelumnya, salah satu diantaranya adalah ilmu filsafat. Mungkin akan timbul di benak pembaca sekalian, kenapa filsafat dimasukkan kedalam kategori ilmu modern sedangkan filsafat hanya berputar-putar di dalam pikiran? Kalau memang berkorelasi, maka di bagian mana korelasi antara filsafat dan dunia modern? Bukankah filsafat adalah ilmu kuno yang popular di masa Yunani dan ulama-ulama tempo dulu (yang tidak hidup di zaman modern)?
Filsafat dapat dikatakan sebagai Ibu dari ilmu pengetahuan (Jujun S. Sumantri dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu). Lebih jauh, Jujun ingin menyampaikan bahwa filsafat adalah fondasi dari ilmu yang berkembang saat ini, artinya, kalau tanpa filsafat maka ilmu-ilmu modern tidak akan pernah ditemukan apalagi akan tumbuh seperti sekarang ini.
Baca Juga: Kepercayaan bagi Tan Malaka
Setidaknya, pendapat ini dapat dicerna dengan mudah ketika dilihat dari beberapa segi, di antaranya, dari perspektif “ketertarikan masyarakat modern terhadap filsafat dan dampaknya terhadap kehidupan mereka masing-masing”.
Sekarang ini, masih banyak ditemukan tokoh-tokoh yang meminati kajian filsafat, mereka memang termasuk salah satu bagian dari masyarakat modern namun di sisi lain mereka juga dikagumi oleh masyarakat modern itu sendiri, semisal beberapa tokoh kontemporer di Indonesia yaitu Muhammad Hatta dengan karyanya berjudul Alam Filsafat Yunani, Tan Malaka dengan Madilog-nya, Harun Nasution dengan bukunya berjudul Filsafat Agama. Banyak pula ditemukan forum-forum diskusi (yang bercorak falsafi) baik di media sosial seperti You Tube (semisal Salihara) ataupun tidak (semisal Formaci, Rusa Besi dll).
Pertanyaan selanjutnya adalah apa pentingnya mempelajari filsafat bagi individu-individu tersebut? Apakah kepentingan tersebut berkaitan dengan kehidupan mereka?
Secara lebih spesifik, pertanyaan ini akan coba dijawab dengan struktur berfikir sebagai berikut; ilmu filsafat sangat erat kaitannya dengan zaman (modern ataupun tidak modern), lebih tepatnya adalah untuk membenahi cara berfikir seseorang agar sesuai dengan zaman-nya dan agar dapat mengembangkan zaman itu sendiri; semisal, perkembangan ilmu-ilmu kontemporer yang telah disebutkan sebelumnya tidak akan terlepas dari perkembangan struktur berfikir ilmiah yang tersusun secara sistematis untuk memaksimalkan potensi hasil.
Jostein Gaarder dengan bukunya Sofies Verden (Dunia Sophie) mencoba menggambarkan tahap pertumbuhan filsafat (mulai dari masa yang tidak modern sampai kepada masa modern). Melalui penyampaiannya, akan dirasakan dengan jelas bahwa terdapat antara filsafat dan zaman punya relasi yang kuat, filsafat itu mengaji apa yang ada dalam bentuk fisik dan apa yang ada dalam bentuk abstrak, dan proses pengkajian ini akan selalu terkait dengan konteks kehidupan-nya masing-masing. Kebanyakan kasus adalah proses berfikir itulah yang merangsang pertumbuhan ataupun perubahan zaman saat itu, semisal yang terjadi pada Jerman dengan ke-nazi-an-nya, Uni Soviet dengan ke-komunis-an-nya.
Tan Malaka dalam Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika) menyampaikan bahwa ketika dia kembali dari pengasingan dengan cara berpindah-pindah negara (di masa penjajahan), dia tersentak dan merasa iba hati karena di Indonesia dia tidak menemukan buku terkait filsafat. Tan Malaka akhirnya mencari informasi terkait hal ini, dan menemukan bahwa buku dengan tema filsafat dilarang beredar di Indonesia oleh penjajah.
Hemat kami, ada dua hal yang ditawarkan oleh filsafat dan relevan dengan zaman modern, pertama adalah menjaga kandungan filosofis dari setiap ilmu dan tindakan manusia, kedua adalah struktur berfikir yang logis.
Baca Juga: Pemikiran al-Ghazali Tentang al-Qur’an Tafsir dan Takwil
Kandungan filosofis dari setiap ilmu bisa terlacak dalam perkembangan ilmu belakangan ini. Kandungan filosofis dari tindakan akan mendorong pemahaman seseorang dalam bertindak secara benar dan jelas, semisal ketika seseorang mengetahui tujuan (hakikat) dikembangkannya ilmu elektronik, yaitu untuk memaksimalkan peluang keberhasilan dan kemudahan hidup manusia maka orang tersebut tidak akan menjadikan alat elektronik sebagai alat untuk mencapai kegagalan-nya sendiri.
Peradaban modern dengan segala polemiknya sangat akrab dengan kelogisan. Maka dari itu, struktur berfikir yang logis yang ditawarkan oleh filsafat dapat digunakan sebagai pendukung perkembangan peradaban modern. Peradaban modern yang sangat lekat dengan hukum sebab akibat, yang identik dengan rencana matang dan terperinci, perumusan aturan dan kurikulum lembaga pendidikan, proses terselenggaranya politik, kerja sama perdagangan dan pengembangan bisnis yang bersifat elektronik ataupun non elektronik, dan lain sebagainya akan sangat terbantu dengan filsafat.[]
*Hasil Diskusi AMR (Asosiasi Mahasiswa Arrasuli) Ciputat Jakarta
Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com
Leave a Review