scentivaid mycapturer thelightindonesia

Kilas Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Jaho di Luhak nan Tuo

http://mtijaho.blogspot.com/2011/10/alumnioh-alumni.html

Sejarah berdiri Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho

Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho ini didirikan oleh Syekh Muhammad Djamil (Angku Jaho) di desa Jaho Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pondok pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho ini merupakan salah satu pemersatu Madrasah-madrasah yang didirikan oleh ulama tradisional (kaum tua) di Minangkabau.

Pada awal perintisan berdirinya Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho, berhubung belum adanya bangku dan meja untuk murid-murid belajar, maka cara belajar masih bersifat halaqah. Murid-murid duduk bersila menghadap guru yang duduk di kursi. Guru membaca kalimat demi kalimat surat kuning yang berbahas Arab. Murid-murid menyimak dan kemudian mengulang membaca berganti-ganti. Untuk lebih memantapkan pelajaran guru sudah mulai memakai alat peraga, kapur dan papan tulis. Murid-murid disuruh membeli buku tulis untuk menyalin pelajaran dengan pensil.

Baca Juga: Profil Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tarusan Kamang

Di saat murid-murid beliau sudah mencapai derajat VI (kelas VII), maka pada tahun 1924 Syekh Muhammad Djamil Jaho kembali ke Mekah buat satu kali haji. Pada tahun 1925 Syekh Muhammad Djamil Jaho telah berada di kampung halamannya. Beliau sangat sedih melihat suraunya yang sudah porak poranda dan tidak bermurid lagi. Hal itu disebabkan Syekh Muhammad Adam sudah lanjut usia dan tidak fokus lagi menghadapi pengajian.

Setelah surau dibersihkan, beliau mengumpulkan kembali murid-murid yang sudah berserakan. Menjelang gempa bumi 1926 murid Madrasah Islamiyah sudah mencapai 50 orang. Gempa bumi yang dahsyat menghantam kota Padang Panjang dan sekitarnya banyak menimbulkan kerusakan, termasuk surau sendiri hancur diguncang gempa. Peristiwa itu menyebabkan Syekh Muhammad Djamil Jaho terpanggil untuk membantu para korban. Beliau mengadakan perjalanan keliling berdakwah sambil mengumpulkan dana untuk diserahkan kepada para korban bencana alam.

Kemudian bersama S.Y. Sutan Mangkuto, pemimpin Muhammadiyah Ranting Pitalah, Syekh Muhammad Zen Simabur, Dt. Sati dan Tuanku Tapakih, beliau aktif mempelopori pembentukan Muhammadiyah di kota Padang Panjang. Pada pembentukan pengurus itu beliau terpilih menjadi ketuanya. Pada tahun 1927 Syekh Muhammad Djamil Jaho mengundurkan diri dari Muhammadiyah. Setelah pamitan dengan pengurus Muhammadiyah Cabang Padang Panjang, Syekh Muhammad Djamil pulang ke kampungnya di Jaho. Perasaan beliau sangat teriris melihat halaqahnya sudah menjadi surau tinggal. Dengan perasaan penuh haru Muhammad Djamil menghuni surau buruknya kembali. Paginya di akhir tahun 1927 suara azan sudah menggema lagi di surau tinggal. Sudah terdengar orang berwudhuk di tepi kolam, sudah ada orang mandi ke pancuran.

Dokumen Nuzul Iskandar

Baru seminggu beliau di rumah, suraunya sudah ramai di kunjungi orang. Anak-anak dari luar berdatangan pula untuk belajar, sehingga tidak tertampung lagi. Melihat keadaan tersebut, ninik mamak nagari Jaho meminta beliau pindah mengajar ke “surau kongsi”, surau pengajian dan anak dikia rabano yang lebih besar dari suraunya sendiri. Oleh karena surau itu bertingkat, Syekh Muhammad Djamil mulai menyusun halaqah dalam bentuk madrasah. Sudah ada pembagian tingkat atau kelas. Syekh Muhammad Djamil membentuk pengkaderan. Murid-murid yang dianggap pandai diangkat menjadi guru, sehingga terbentuklah tiga kelompok kelas yang mempunyai guru masing-masing. Di samping itu ada pula pengangkatan guru-guru yang diberi tugas memberikan mata pelajaran tertentu pada setiap kelas. Madrasah baru itu beliau beri nama “Madrasah Islamiyah”.

Baca Juga: Pesantren Muda Ponpes Darul Makmur

Pada tanggal 5 Mei 1928 Madrasah Islamiyah resmi menjadi Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho. Kehadiran Madrasah Tarbiyah Islamiyah di nagari Jaho ini membawa perubahan baru. Sistem halaqah telah dominan secara turun-temurun, berubah menjadi madrasah dengan sistem kelas. Ide ini didukung oleh ninik-mamak dan alim ulama serta masyarakat umum. Lalu atas kesepakatan nagari, “surau kongsi” yang dipakai selama ini tidak memadai dipugar bertingkat dua, cukup mempunyai ruang kantor dan lokal belajar. Di awal tahun 1930 gedung “surau kongsi” tidak mampu lagi menampung murid-murid yang semakin meledak yang berdatangan dari seluruh pelosok Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Malaysia. Syekh Muhammad Djamil kembali mengadakan musyawarah nagari untuk dapat membuat bangunan baru.

Ajakan itu mendapat sambutan baik dari masyarakat lalu disusunlah organisasi kepengurusan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho yang terdiri dari :

1. Majelis Pengajar

2. Pimpinan         : Syekh Muhammad Djamil

3. Para pembantu: Muhammad Rusyin, Muhammad Dalil Syarif, Muhammad Durin

4. Bidang Administrasi dan Organisasi

5. Sekretaris : Naali St. Majodirajo

6. Bendahara : Wahid St. Rky. Marajo

7. Organisasi : Muhammad Iya Chabri, Syaiunurrauf

8. Pembangunan Gedung Sekolah

9. Ketua : M. Dt. Rky. Mulia Nan Kuning

10. Sekretaris : Ajisan St. Pamenan

11. Bendahara : Pk. Malano

13. Komisaris : Para ninik-mamak dan Alim ulama.

Atas kebijaksanaan pengurus dapatlah dibeli sebidang tanah sawah kepunyaan H. Yusuf dari suku Pisang, tempatnya di Pincuran Sonsang untuk dijadikan lokasi pembangunan Madrasah Tarbiyah Islamiyah. Dengan kerja keras dalam tempo satu tahun selesailah satu gedung induk yang terdiri dari lima ruang belajar dan satu buat kantor, satu gedung anak yang terdiri dari dua ruang belajar yang satu lebih besar dari pada yang satu lagi. Lokal yang besar itu oleh Syekh Muhammad Djamil disediakan sebagai kelas takhasus atau kelas VII yang harus dicapai setelah melalui kelas VI A dan VI B. biasanya tidak semua murid-murid yang dapat menyelesaikan kelas takhasus ini. Mereka yang telah menyelesaikan tingkat takhasus inilah yang lahir sebagai ulama.

Baca Juga: Profil Madrasah Tarbiyah Islamiyah Bayur

Sesuai dengan perkembangannya, saat ini pondok pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho menerapkan dua sistem pendidikan, yaitu madrasah dan halaqah. Sistem madrasah dilakukan pada jam 07.30 sampai 13.10, dibagi menjadi VI kelas. Kelas I (VII) sampai kelas III (IX) tingkat Tsanawiyah dan kelas IV (X) sampai kelas VI  (XII) tingkat Aliyah. Kelas takhasus tidak lagi diterapakan di MTI Jaho semenjak tahun 80-an. Namun, melalui wawancara penulis dengan pimpinan, kedepannya akan ada langkah-langkah untuk mendirikan kembali kelas takhasus tersebut dengan memulai mencari bibit-bibit yang berpotensi dari kelas I (VII).

Sedangkan sistem halaqah dilakukan pada malam hari setelah melaksanakan shalat isya.

Kemudian terkait asrama santri, pondok pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho masih menjadikan gedung lama sebagai asrama pelajar putra, gedung ini telah direnovasi menjadi gedung asrama baru semenjak tahun 2003. Sedangkan surau gadang tidak difungsikan lagi sebagai asrama pelajar putri, pelajar putri dipindahkan ke surau panjang tempat tinggal Umi Hj. Rabi’ah Djamili.

Baca Jua: Profil PPMTI Sabilul Jannah

Letak Geografis Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho

Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini terdapat di nagari Jaho. Nagari Jaho adalah desa kecil yang terletak 3,5 Km sebelah Selatan Kota Serambi Mekah, termasuk dalam wilayah Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, disebuah lembah kaki gunung Merapi sebelah Barat dan kaki Bukit Gadang sebelah Timur. Topografinya berlembah dan berbukit. Relief lembah dan bukit ke arah Timur dan Utara melebar, sedang arah ke Barat dan Selatan nampak menyempit, didinding oleh kaki oleh bukit dan lembah yang terjal.

Daerah Utara dan Timur dibuka menjadi daerah persawahan yang luas. Di hamparan sawah yang luas itu nampak guguk-guguk kecil bagai pulau-pulau di tengah samudra. Daerah bagian Barat yang berbukit dijadikan daerah perkebunan rakyat yang menyebabkan permukaan tanah terdiri dari micro relief yang memanjang dari Utara ke Timur Laut.

Pada hamparan alam yang indah permai itu berdiri sebuah Perguruan Islam tertua di Minangkabau bernama Pondok Pesantren Syekh Muhammad Djamil Madrasah Tarbiyah Islamiyah, yang ikut melukis sejarah bersama perguruan Islam lainnya dalam perkembangan dan pembaharuan sistem pendidikan agama (Islam) di Tanah Air atau di Alam Minangkabau, yang bermula dari sistem halaqah sampai ke sistem Madrasah (sekolah).

Semenjak berdirinya Kota Madya Padang Panjang berdasarkan UU No. 8/1956 dengan mengait nagari Gunung dan Bukit Surungan ke dalam daerah Kodya Padang Panjang, maka nagari Jaho secara geografi menjadi terisolir dari Kecamatan X Koto, karena sudah dibatasi oleh daerah Tingkat II Kota Madya Padang Panjang.

Peristiwa itu menyebabkan perubahan pula  pada batas-batas nagari Jaho sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan pemerintah Republik Indonesia.

a. Utara berbatas dengan Kelurahan Koto Katik Kecamatan Padang Panjang Timur Kodya Padang Panjang;

b. Selatan dengan Desa Ladang Laweh Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar;

c. Timur dengan Kelurahan Ekor Lubuk Kecamatan Padang Panjang Kodya Padang Panjang;

d. Barat dengan desa Guguak Kenagarian Kayu Tanam Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.

Baca Juga: Tarekat sebagai Tradisi Madrasah Tarbiyah Islamiyah

Sistem Kepengurusan

Pondok Pesantren Madarasah Tarbiyah Islamiyah Jaho memiliki struktur organisasi untuk memperjelas hubungan antar pimpinan dan anggota yang dimpimpinnya. Adapun struktur organisasi pimpinan Pondok Pesantren MTI Jaho adalah:

Dokumen Nuzul Iskandar

Struktur Kepemimpinan MTI Jaho

No Nama Periode Keterangan
1 Syekh Muhammad Djamil Jaho 1928 – 1945
2 Syekh Muhammad Dalil Sy. Dt. Maninjun 1945 – 1958
3 Umi Hj. Rabi’ah Djamil 1938 – 1958 Khusus putri
4 Umi Hj. Rabi’ah Djamil 1962 – 1971 Putra/putri
5 Syekh Muhammad Dalil Sy. Dt. Maninjun 1971 – 1979 Khusus putra
6 Umi Hj. Rabi’ah Djamil 1971 – 1979 Khusus putri
7 H. Mawardi Wali, MA 1979 – 1982 Putra/putri
8 H. Ahmad Wali, BA 1982 – 2002 Putra/putri
9 H. Mawardi Wali, MA 2002 – 2012 Putra/putri
10 H. Asmudji Rais Djamili 2012 – Putra/putri

Berdasarkan keterangan tabel di atas, dapat dipahami bahwa -sejak berdirinya Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho sampai saat sekarang- struktur pergantian kepengurusan Pimpinan Pondok masih berjalan dengan baik.

https://web.facebook.com/MTI-Syekh-Muhammad-Djamil-Jaho-198150910589371/

Visi dan Misi

Visi : Menjadi Pusat Pendidikan Islam yang melahirkan Insan Spirtual,Intelektual dan Bermoral Menuju Generasi Ulul Albab yang Berkomitmen Tinggi Terhadap Kemaslahatan Umat dengan Berlandaskan Pengabdian Kepada Allah SWT Berdasarkan AL Qur,an dan Sunah.

Misi :

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berbasis Syariah Yang Mahir dalam Berdakwah, Berkepribadian Islami, Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Tekhnolgi, Memiliki Keterampilan & Kemandirian serta Jiwa Kepeimpinan.

2. Mengkader Calon Ulama dan Umara, Masa Depan yang Kreatif, Inovatif Dan Reformis Guna Menunjang Program Pembangunan Bangsa.

3. Mencetak Generasi Muda yang Berdaya Saing Tinggi Untuk Melanjutkan Melanjutkan ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi serta Berorientasi kepada Pengembangan Ilmu yang Telah didapat.

Visi dan Misi Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho di atas menggambarakan bahwa Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho berkomitmen tinggi menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, profesional dan berkarakter berdasarkan al-Quran dan Sunnah, demi terwujudnya calon-calon ulama yang mumpuni di bidangnya. Kemampuan membaca kitab, berbahasa Arab dengan fasih, hafiz al-Quran, berakhlakul karimah dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca Juga: Syekh Ahmad Taherdan M-MUS yang Didirikannya Bag-i

Mata Pelajaran di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho

Adapun bidang studi yang diajarkan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Syekh Muhammad Djamil Jaho terdiri dari 14 kitab kuning yang dinamakan sebagai mata pelajaran wajib. Untuk lebih jelasnya akan dicantumkan pada tabel di bawah ini:

No Bidang studi Nama kitab Pengarang
1 Tafsir   Jalalaini Jalaluddin Almahali, Jalaluddin Sayuti
2 Fiqih I’aanatut Thalibin jilid I-IV Abu Bakar Syata
3 Tauhid a.       Kifayat al-‘Awam b.       Al-Dasuki Syekh M. Fadhal M. Dasuki
4 Tasawuf a.       Muraq al‘Ubudiyah b.       Sarh al-Hikam Nuri Jawari M. bin  Ibrahim Ib
5 Hadist a.       Mukhtar al-Hadist b.       Subul al-salam Ahmad Hasimi Imam M. Bin   Ismail Alkailani
6 Nahwu a.       Kawakib b.       Khudri M. Bin Ahmad Bin             ‘Abdul Bariyul Amal M. Khudri
7 Sharaf a.       Al-Kailani  b.       Mathlub Ibn Hasan ‘Ali bin    Syam Kailani Nu’man
8 Mantiq a.       Idhah al-Mubham b.       Sulam al-malwi Ahmad Damuri M. bin Ali Assuban
9 Ma’ani Jawahir al-Maknuni Abdurrahman Alkhadari
10 Bayan Jawahir al-Maknuni Abdurrahman Alkhadari
11 Badi’ Jawahir al-Maknuni Abdurrahman Alkhadari
12 Tarekh Nur al-Yaqin M. Khudri Bekc
13 Musthalah hadist a.  Minhat al-Mu’is b.  Baikuni Hafizh Hasan Mas’ud M. Azzarkani
14 Ushul fiqh Warqat Ahmad bin M. Damyati

Di samping mata pelajaran wajib ada juga mata pelajaran penunjang yang terdiri dari lima bidang studi di antaranya: imlak, tahfiz, terjemah, tajwid, seni al-Quran (irama). Selain menpelajari kitab Kuning di Madrasah Tarbiyah Islmiyah Pondok Pesantren Syekh Muhammad Djamil Jaho juga menpelajari mata pelajaran umum, yaitu: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Matematika, Kewarganegaraan, dan Fiqih Kurikulum Departemen Agama. Hal ini dilakukakan guna menpersiapkan peserta didik untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional (UN).[]