Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang
Sebelumnya Baca: Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 2)
Madrasah
Bertitik pangkal dari pengajian atau wirid di Surau Chaniago sebagai salah satu metode pengajaran agama, Engku Lakung mulai merintis madrasah yang sama polanya dengan tempat beliau belajar, yaitu Madrasah Tarbiyah Islamiyah.
Bermula dari ruangan belajar yang diusahakan secara swadaya oleh masyarakat, Madrasah Tarbiyah Islamiyah Kotopanjang bertumbuh dan berkembang, sehingga saat ini sudah berusia 86 tahun.
Banyak kesulitan yang dialami dalam menumbuhkembangkan madrasah ini. Apalagi ketika itu, penjajah Belanda cukup berhati-hati dengan pengembangan pendidikan agama oleh orang-orang pribumi. Namun demikian, dengan berbagai cara, izin pendirian madrasah, akhirnya diperoleh juga dari Asistent Residen. Izin resmi itu oleh Asistent Demang sempat ditahan karena alasan tertentu. Unjuk rasa segera terjadi.
Dengan dukungan moril dari Kepala Negeri Lampasi, Djamin Dt Kondo, atas anjuran H Abdul Latif, seorang ulama progresif di kala itu, maka diadakanlah Tabligh Akbar untuk menyongsong pendirian madrasah. Tabligh Akbar itu dihadiri oleh ulama-ulama besar Minangkabau, seperti Syekh H. Abdul Wahid as-Shalihy Tabek Gadang, Syekh H. Sulaiman Arrasuli Candung, Syekh H. Abdullah Wali Jaho, Syekh H. Abdul Qadim Balubus, H. Rusli Abdul Wahid Tabek Gadang, serta ulama-ulama lainnya.
Semua ulama-ulama yang diundang telah hadir, kecuali Syekh H. Abdullah Wali Jaho yang dicegat oleh Asistent Demang di Payakumbuh dan dilarang menghadiri Tabligh Akbar tsb. Kehadiran ulama-ulama terkemuka dalam Tabligh Akbar tersebut, mengawali pendirian Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Kotopanjang Lampasi.
Bangunan pertama seluas 14 x 6 meter, atau 3 lokal belajar beratapkan daun kelapa dan berdinding bambu merupakan bentuk awal dari perwujudan cita-cita masyarakat setempat.
Tercatat, 60 orang murid pertama yang bukan saja berasal dari sekitar Payakumbuh, tetapi ada juga yang berasal dari Bukittinggi, Tanjung Alai Solok dan Muko-muko Bengkulu Utara. Guru awal pada madrasah tsb disamping Engku Lakung, adalah Engku Ahmad Khatib, Damanhuri Engku Luma dan Engku Djaludin dari Solok. Barulah pada tahun 1938, atap diganti dengan seng dan dinding dengan papan. Tahun 1941, murid mencapai 175 orang, diantaranya ada yang datang dari Kedah (Malaysia), Bengkalis dan Krui Lampung. Selain pendidikan formal melalui madrasah, dalam waktu-waktu tertentu dilakukan suluk menurut ajaran thareqat Naqsyabandiyah dengan 40 hari satu putaran berkhalwat.
(Bersambung) Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 4)
Leave a Review