Warisan Intelektual Ulama Sunda, “Manzhumah fi ‘Ilm al-Maqulat”: Kitab Filsafat Ontologis Karya Syaikh Syathibi Cianjur (Ajengan Gentur, w. 1947)
Setakat ini adalah ulasan terkait kitab “Manzhumah fi ‘Ilm al-Maqulat” karya Syaikh Muhammad Syathibi b. Sa’id (w. 1947), seorang ulama besar Tatar Sunda dari Pesantren Gentur, Cianjur, Jawa Barat yang hidup pada peralihan abad ke-19 dan 20 M. Beliau dikenal juga dengan nama “Ajengan Syathibi Gentur” atau “Mama Gentur”.
Ading Kusdiana dalam karyanya yang berjudul “Sejarah Pesantren; Jejak, Penyebaran dan Jaringannya di Wilayah Priangan 1800-1945” (2014: 185; bagan 4.1) mengambarkan sosok Ajengan Syathibi Gentur sebagai ulama sentral yang menjadi mahaguru ulama Tatar Sunda generasi abad ke-20 M. Ulama-ulama besar Jawa Barat yang hidup di abad ke-20 M rata-rata terhubung dengan jaringan keilmuan Ajengan Syathibi Gentur sebagai murid beliau.
Ajengan Syathibi Gentur juga tercatat menulis sejumlah karya dalam pelbagai bidang disiplin ilmu keislaman, mencakup teologi (ilmu akidah), yurisprudensi (fikih), etika (akhlak), retorika bahasa Arab (balaghah), filsafat Islam dan lain-lain. Karya-karya tersebut ada yang ditulis dalam bahasa Arab, ada juga yang ditulis dalam bahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon).
Kitab “Manzhumah fi ‘Ilm al-Maqulat al-Asyrah” ini sendiri dikarang oleh Ajengan Syathibi Gentur dalam bahasa Arab dalam bentuk puisi (nazham) sekaligus penjelasan (syarah)nya. Kandungan dari karya ini memuat kajian dalam bidang ilmu yang terbilang langka, yaitu ilmu filsafat (‘ilm al-hikmah) ranah ontologi.
* * *
Ontologi sendiri merupakan salah satu pembahasan filsafat yang mengkaji keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Di antara pembahasan ranah ontologi adalah tentang “kategori-kategori” (al-maqûlât/categories) yang berjumlah sepuluh buah pembahasan (al-maqûlât al-‘asyrah/ ten categories). Dalam perkembangan sejarah keilmuan Islam, kajian dan pembahasan atas “kategori-kategori” ini kemudian menjadi sebuah sub-disiplin ilmu tersendiri di bawah ‘ilm al-hikmah (filsafat), yaitu ilmu maqulat (‘ilm al-maqûlât).
“Ilmu Maqulat” bisa didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang kategori-kategori (“al-maqûlât” atau “al-mahmûlât”) yang diberlakukan kepada segala wujud yang ada di alam semesta ini. Kategori tersebut berjumlah sepuluh buah, yaitu (1) “al-jauhar” atau substansi [substance]; (2) “al-kamm” atau kuantitas [quantity]; (3) “al-kaif” atau kualitas [quality]; (4) “al-idhâfah” atau relasi [relation]; (5) “al-‘ain” atau kebertempatan [where]; (6) “matâ” atau keberwaktuan [when]; (7) “al-wadh’” atau posisi [position]; (“al-milkiyyah” atau kepemilikan [having]; (9) “al-fi’l” atau aktivitas [activity]; dan (10) “al-infi’âl” atau pasivitas [passivity].
Kesepuluh kategori di atas dijelaskan secara rinci beserta masing-masing permisalan contohnya dalam kitab “Manzhûmah fî ‘Ilm al-Maqûlât” karya Ajengan Syathibi Gentur yang sedang kita perbincangkan ini.
* * *
Ajengan Syathibi Gentur memulai karyanya ini dengan enam buah bait muqaddimah. Tertulis di sana:
نحمده من قدس عن كيفية # وجوهرية وعن عينية
ثم نصلي ونسلم على # محمد أضيف شأن قد على
والآل والصحب وكل متبع # ما قام مهتد وضل مبتدع
وبعد فالمفتقر القنتوري # محمد الشاطبي الشنجوري
المرتجي من ربه المنان # صبابة الغفران والرضوان
يقول ان هذه المنظومة # تحوي على ما احتيج في المقولة
(Kami memuji Dzat yang tersucikan dari segala kaifiyat # Juga jauhariyat dan ‘ainiyat//
Lalu kami mengucapkan shalawat dan salam kepada # Nabi Muhammad yang jika segala sesuatu disandarkan kepadanya maka akan menjadi luhur//
Juga kepada keluarga, sahabat dan semua orang yang mengikutinya # Setiap orang yang mengikutinya akan mendapatkan petunjuk, dan yang menyimpang atasnya akan tersesat//
Setelah itu berkatalah seorang yang fakir dari Gentur # Muhammad Syathibi orang Cianjur//
Seorang yang mengharapkan dari Rabb-nya yang Maha Memberi Anugerah # atas limpahan ampunan dan ridho-Nya//
Ia berkata bahwa ini adalah sebuah nazhaman # yang berisi hal-hal yang diperlukan dalam bidang ilmu maqulat)
Setelah itu, Ajengan Syathibi Gentur menjelaskan sebuah pasal terkait “kebaruan alam” (hadâtsah al-‘âlam). Dalam pasal ini, beliau memperkenalkan dua terma pembahasan yang penting, yaitu “al-jauhar” atau substansi (substance) dan “al-‘aradh” atau aksiden (accident). Beliau menulis:
وكل شيئ حادث مختصر # في اثنين إما عرض وجوهر
(Segala sesuatu di alam raya ini bersifat baru, dan ia teringkas dalam dua hal, yaitu ‘aradh [aksiden] dan jauhar [substansi])
* * *
Saya sendiri menjumpai kitab “Manzhûmah fî ‘Ilm al-Maqûlât” karya Ajengan Syathibi Gentur ini dalam bentuk manuskrip (makhthûth/ naskah tua tulis tangan) salinan Ajengan Muhammad Shobirin dari Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat.
Dalam kolofon, didapati informasi jika Muhammad Shobirin Kadipaten menyalin kitab karya Ajengan Syathibi Gentur ini pada malam Kamis, 30 Desember tahun 1960 di Pesantren Cilaku, Cianjur.
Tercatat dalam kolofon:
تم هذا الدفتر في ليلة الخميس 30 شهر الديشيمبر 1960 ميلادية // محمد صابرين
(Telah selesai catatan ini pada malam Kamis 30 Desember 1960 Masehi. [Tertanda] Muhammad Shobirin)
Dalam manuskrip salinan Muhammad Shobirin Majalengka ini, terdapat pula terjemah antar baris (interlinear) berbahasa Jawa Pegon atas teks “Manzhumah fi ‘Ilm al-Maqulat“. Hal ini menarik, karena rupanya tradisi “ngalogat” (menerjemahkan atau memaknai kitab) di pesantren-pesantren Priangan di Tatar Sunda pada kurun masa tersebut ternyata menggunakan bahasa Jawa.
Pada bagian halaman manuskrip lainnya, didapati keterangan jika Muhammad Shobirin yang berasal dari Majalengka ini belajar di Pesantren Cilaku, Cianjur di bawah asuhan Ajengan Ahmad Munawwar (w.?). Sosok Ajengan Ahmad Munawwar Cilaku sendiri tercatat sebagai murid langsung dari Ajengan Syathibi Gentur. Tertulis dalam bagian halaman lain manuskrip tersebut dalam bahasa campuran Sunda Pegon dan Arab:
تمت ڠوس اي نظم لابن العباد // نجو دي چيلاكو حيلير دي شيخنا المكرم // أجڠان منوّر أبو الميسار والمنار // لأحقر الطلاب محمد صابرين
(Tamat ngaos ieu nadom Ibn al-‘Ibâd nuju di Cilaku Hilir di Syaikhinâ al-Mukarram Ajengan Munawwar Abû al-Mîsâr wa al-Manâr li ahqar al-thullâb Muhammad Shâbirîn [Selesai mengaji kitab nazham Ibn al-‘Ibâd ini ketika di Cilaku Hilir, di pesantren guru kami yang mulia Ajengan Munawwar Abu Misar dan Manar. Tertanda pemilik kitab ini adalah seorang santri yang paling hina, yaitu Muhammad Shobirin])
Baca Juga: Kiai Syatubi Gentur
* * *
Pada 26 Juni 2020 yang lalu, saya dan adik saya Ustadz Ade Gumilar Irfanulloh b. Saefulloh Ade Gumilar (dosen prodi Sejarah Peradaban Islam di IAIN Cirebon) mengunjungi rumah sahabat kami, Ustadz Abdul Majid Abdul Majid di dukuh Karang Sembung, Kadipaten (Majalengka). Di rumahnya, kami menjumpai sejumlah koleksi manuskrip (makhthuth/naskah tua tulis tangan) dan kitab cetak tua milik almarhum Ajengan Muhammad Shobirin. Sosok Ajengan Shobirin adalah paman dari istri Ustadz Abdul Majid.
Kebanyakan manuskrip adalah salinan (nuskhah mansukhah), berupa “Taqrirat” (semacam rangkuman catatan penjelasan) saat Kiyai Shobirin belajar di Pesantren KH. Achmad Munawar di Cilaku, Cianjur dalam rentang masa waktu 1952-1960. Di antaranya adalah Taqrirat Sullam Munawaraq (logika), Taqrirat Tashrif al-‘Izz (morfologi Arab), Taqrirat al-Samarqandiyyah (retorika), Nazham Natijah al-Adab (dialektika/ilm al-munazharah) karya Abdul Malik b. Abdul Wahhab al-Fatni al-Hindi al-Makki, Nazham Ibn al-Ibad fi al-Najasat (fikih), dan Nazham fi Ilm al-Maqulat al-Asyrah karya Ajengan Syathibi Gentur.
*Catatan mengenai koleksi manuskrip Ajengan Shobirin Majalengka dan juga hubungan keilmuannya dengan sosok Ajengan Syathibi Gentur dapat disimak di tautan Sanad Media
Wallahu A’lam
Bogor, Ramadhan 1442 H/Mei 2021 M
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban
Leave a Review