Masjid Gadang Koto Nan Ampek
Seingat saya, terakhir saya memasuki Masjid Gadang ini, tahun 2006, sekitar 15 tahun yang lampau. Masjid Gadang ini terletak di Balai nan Duo, Koto nan Ampek, Payakumbuh. Dulu saya sangat sering di sini, karena ada karib yang menjadi garin Masjid. Waktu itu saya masih sekolah ‘Aliyah. Beberapa kali saya tidur di ruang garin, yang terletak di samping masjid.
Siang kemarin, setelah masa 15 tahun itu, saya kembali memasuki masjid bersejarah yang usianya lebih dari 100 tahun ini. Jika dulu saya memasuki, selain salat, juga ikut menggulung tikar. Hari kemarin saya memasukinya, diundang untuk membacakan khutbah pada Sidang Jum’at, sekaligus Imam Jum’at. Banyak hal yang telah dilalui dalam masa 15 tahun lalu. Idealisme-idealisme masa muda dulu banyak yang berubah. Banyak juga negeri yang sudah dijejaki. Kehadiran saya siang tadi, tentu sangat banyak berubah dari saya yang 15 tahun silam.
Baca Juga: Silaturahmi ke Kediaman Buya Safril Angku Malin Mangkuto
Karena hadir dalam sidang Jum’at siang kemarin, saya teringat tentang bagaimana Koto nan Ampek sebagai gudang ulama dan negeri sufi. Ada beberapa ulama tersohor di daerah ini, antara lain Syekh Muhammad Zahid “Ongku Soid” dan Syekh Ayas Sulthani. Dua ulama yang kita sebut ialah tokoh Sufi utama di daerah ini.
Syekh Muhammad Zahid, wafat pertengahan abad 20, merupakan sufi dari jalur Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Ia memperoleh talqin dan ijazah irsyad dari Syekh Ilyasin Sungai Dareh Situjuah (makamnya di depan mihrab Surau Usang Situjuang Banda Dalam).
Sedangkan yang kedua, Syekh Ayas Sulthani, seorang alim allamah, dan juga tokoh utama Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Saya pernah memeriksa sekitar tiga karung kitab peninggalannya, dan luar biasa, bacaan-bacaan beliau ialah kelas berat berbagai macam hasyiyah–hasyiyah berjilid-jilid dalam Fikih Syafi’iyah, Ushul Fiqih, Syarah Hadits, Tafsir, dan lain-lain. Beliau pernah mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tolang Koto nan Ampek.
Karena dua tokoh ulama sufi ini, maka jangan heran, bila datang ke Koto nan Ampek, meskipun masuk wilayah perkotaan, surau-suraunya masih kokoh berdiri, suluk masih menjadi amal pakaian diri, teguh dalam prinsip Syafi’iyah Asy’ariyah, istimewa pengamal Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Seperti kokohnya rumah-rumah gadang dan menjulangnya gonjong-gonjong rumah tersebut ke angkasa, yang anggun berdiri tidak hirau putaran zaman dan waktu.
Baca Juga: Surau Datuak Kapuak
Melalui jalur Syekh Ayas Sulthani inilah, Maulana Dr. Arrazy Hasyim, Lc., MA, ulama muda masyhur saat ini, mengambil ijazah dan sanad dalam Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah.
Mungka, 6 Maret 2021
Apria Putra “Angku Mudo Khalis”
Afwan akhi mau nanya yg Sayyid Abdullah bin shodaqoh itu yg tengah?dan yg Sayyid Hasan bin shodaqoh yg pake jubah hitam/putih, tolong perkenananya MENJAWAB, barakaallah Fik 🤲😇