scentivaid mycapturer thelightindonesia

Membongkar Brankas Idul Fitri di Hari Kemenangan

Membongkar Brankas Idul Fitri di Hari Kemenangan

Oleh : Mara Ongku Hsb

Makna Idul Fitri

‘Id berasal dari kata  عاد-يعود yang berarti yang berarti kembali, namun ada juga yang menerjemahkan dar ‘Id sebagai hari raya, atau hari berbuka, pendapat ini disandarkan kepada hadits Nabi Saw sebagai berikut:

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الفطر يوم تُفْطِرُونَ والأضحى يوم تضحون ( رواه ابن ماجه)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:”Idul fitri adalah hari dimana kalian berbuka, dan Idul Adha adalah dimana kalian berkurban (HR. Ibnu Majah)

selanjutya, fitri juga diartikan berbuka karena berasal dari kata iftar secara bahasa artinya berbuka setelah berpuasa, selain itu ada juga yang mengartikan fitri dengan fitrah  yang berarti “suci” dan bersih, pendapat ini disandarkan kepada hadits Nabi Saw :

أن أبا هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من مولودٍ الا يولدُ على الفطرة فأبواه يُهَوِّدانه او ينصِّرَانه او يمجِّسنه ( رواه البخارى).

“Sesungguhnya Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah Saw bersabda:”tidaklah seorang anak dilahirkan, melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih, suci), orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Hadits diatas sejalan juga dengan firman Allah dalam al-Qur’an surah al-Rum [30]: 30. Sebagai berikut :

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (Q.S. al-Rum [30]: 30).

Dapat disimpulkan bahwa makna idul fitri ialah, pertama, kembali kepada fitrah atau kesucian, karena telah ditempa dengan ibadah dibulan Ramadhan dan karenanya ia mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Kedua, hari raya berbuka dimana setelah selama sebulan penuh berpuasa, menjalankan ibadah puasa karena Allah SWT, pada hari idul fitri ia berbuka dan tidak berpuasa sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.  

Perbedaan Idul Fitri dengan yang lainnya

                Idul fitri menjadi berbeda dengan ibadah lainnya karena terkait dengan fitrah manusia, naluri manusia itu sendiri, sejatinya ia ialah suci dan bersih dari dosa-dosa setelah melaksanakan ibadah di Bulan Ramadhan, terutama kesucian secara vertikal kepada Allah dan secara horizontal kepada sesama. Manusia pada dasarnya suci oleh karenanya sikap-sikap manusia pun selayaknya menunjukkan sikap yang suci, apalagi terhadap sesama,

            Idul fitri hari raya kesucian manusia, hari raya yang sakral berbeda dengan hari-hari besar Islam lainnya selain idul adha, lebih merupakan hasil budaya daripada ajaran agama, seperti Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an dan Muharram, dan lain sebagainya, karena itu sewajarnya kita merenungi makna hari raya merupakan hari raya keagamaan.

            Di idulfitri ini juga dua rukun Islam telah selesai kita tunaikan sekaligus yaitu puasa dan zakat fitrah.

Kalau ibadah shalat dimensinya terhubung kepada Sang Pencipta, maka idul fitri ini tersambung kepada Allah dan sekaligus kepada manusia (habl min Allah habl min al-Nas). Dua ibadah yang tersambung (terkoneksi) saling bekerja sama sudah pasti menimbulkan hasil amal yang baik yaitu kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Dalam  al-Qur’an pentingnya memelihara hubungan baik dengan sesama sama pentingnya dengan hubungan baik dengan Allah.

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذَّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ …

“mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian ) dengan manusia. (Q.S. Al-Imran [3]:112) .

Aktivitas di Idul Fitri

             Silaturrahim

        Bersilaturrahim, menyambung tali yang putus, mengurai benang yang kusut karena orang yang menyambung silaturrrahim akan diundur ajalnya, seperti dalam sebuah hadits Nabi Saw sebagai berikut :

عن ابن عمر قال مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ وَوَصَلَ رَحِمَهُ نُسِئَ لَهُ فِى عُمْرِهِ وَثَرَا مَالُهُ وَأَحَبَّهُ اَهْلُهُ

Dari Ibn Umar, ia berkata :” barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dan menyambung silaturrahmi, maka ajalnya akan diundur, hartanya diperbanyak dan akan dicintai oleh keluarganya.”

            Pentingnya menyambung silaturrahim akan menguntungkan banyak bagi kita diantaranya ajal ditunda, harta diperbanyak, dan banyak yang menyukai kita banyak teman, sebaliknya kerugian total kepada orang yang memutus tali silaturrahim diantaranya diancam masuk neraka, seperti dalam hadits Nabi :

عن جبير بن مطعيم خبره انه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول  لا يدخل الجنة قاطع  (رواه البخاري مسلم)

                Dari Jubair bin Muth’im ra, ia mendengar Nabi Saw bersabda :”tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturrahim”(HR. Bukhari Muslim)

            Islam sebenarnya telah membuat aturan bahwa di antara sesama manusia hanya tiga kali saja yang diberikan tidak boleh tegur sapa, selainnya sudah terhitung dosa, apa lagi seminggu, sebulan, setahun, tidak tegur sapa putus kontak maka dosanya pun bisa menahun bahkan bertahun-tahun. Inilah momentum memperbaiki kembali yang sudah rusak tersebut.

            Saling Memaafkan 

            Islam adalah agama yang santun, agama yang ramah, bukan agama sebaliknya yang keras begitu juga ajarannya adalah saling memaafkan antara sesama al-Qur’an memberi pesan agar saling memaafkan.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Q.S. Al-Imran [3]: 159).

            Memaafkan disini, haruslah benar-benar memaafkan bukan hanya sebatas terucap di lidah tapi tidak terucap di dalam hati sanubari maka hal ini sama dengan casingnya saja yang baru isinya stok lama.

            Sebagai seorang muslim yang beriman di hari yang fitri ini kita menabur kasih sayang sebab seorang muslim itu juga adalah tidak disebut ia beriman sebelum ia mencintai saudaranya seperti dirinya sendiri, bukan sebaliknya egoisme masih tinggi saling menjatuhkan, mencari-cari kesalahan saudara kita, dikorek, bahkan berakhir dengan fitnah, seorang muslim itu tidak saling mendengki satu sama lain, Islam telah mengajarkan bahwa kita harus saling maaf memaafkan, selain ajaran Islam kita sebagai masyarakat adat Padang Lawas Utara Desa Huta Pasir,  juga mempunyai tunjuk ajar seperti dibungkus dalam dalihan natolu,  kahanggi, mora, anakboru sebagai simbol persatuan seperti  tungku dalihan natolu,  sejalan dengan itu adat kita juga mengajarkan “tappar marsipagodangan udut marsipaginjangan” artinya saling menghormati saling menghargai bukan sebaliknya merendahkan, menzalimi orang lain. Membongkar aib saudaranya.

            Apabila ada orang yang tidak bertegur sapa dengan kita, bahkan sudah menahun dari tahun lalu sampai sekarang ini jugalah momennya idul fitri membuka seluas-luasnya memfasilitasi kita untuk saling memaafkan, kembali kepada semula suci tidak ada dosa diantara kita, bahasa kita sekarang yang lazim kita dengar dengan istilah kosong-kosong, sudah selesai di idul fitri ini yang tidak saling tegur sapa, sudah bertegur sapa setiap kali jumpa, inilah salah satu sesampainya kita di idul fitri kita sampai pada kebahagiaan.

            Sebagai manusia biasa sudah lumrah, pasti ada baik sengaja maupun tidak sengaja yang dapat menyinggung perasaan sesama kita, hari ini kita maafkan juga hal seperti ini Sudah menjadi sunnatullah, kita sebagai seorang manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, Rasulullah SAW sendiri  menegaskan :

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Artinya : “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).

(  الْفَضْلُ فِيْ أَنْ تَصِلَ مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ وَتَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَكَ (رواه هناد

“Keutamaan adalah bahwa engkau menghubungi orang yang memutusimu, dan engkau memberi orang yang tidak memberimu, dan engkau memaafkan orang yang menganiaya kamu.” (HR Hanaad, Kitab Al-Jami’us Shaghir).

Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita yang telah melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia.    Bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka. Ziarahilah makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya. Namun untaian doa dan kebaikan para penerusnyalah yang mereka nanti-nantikan di alam kuburnya.

Selain kepada kedua orang tua, antara suami dan istri, juga tidak lupa sesama jiran tetangga, seorang muslim yang saling meminta dan memberi maaf tidak akan berkurang derajatnya malah akan mencintai dan mengangkat derajat orang yang memaafkan sesama manusia, wal-‘afi aninnas ( memaafkan sesama manusia).

Hakikat Idul Fitri

            Hakikat idul fitri adalah kembalinya kita kepada naluriah kita pada awalnya bersih dan suci dari dosa-dosa baik dosa kepada Allah maupun kepada sesama manusia, kita lahir dalam fitrah, berarti kita hidup dalam kesucian, pada dasarnya manusia adalah makhluk bahagia, ini bisa kita lihat bagaimana agama kita mengajarkan bahwa kalau anak meninggal sebelum akil baligh maka dia masuk surga, karena masih dalam kesucian, oleh sebab itu pada dasarnya manusia itu adalah baik sebelum jahat, maka dalam pergaulan manusia harus mendahulukan husnudzon (prasangka baik) tidak boleh mendahulukan su’uzhan (prasangka buruk). Akan tetapi karena kelemahan kita mudah tergoda sehingga sedikit demi sedikit diri kita menumpuk debu-debu dosa, membuat hati kita menjadi gelap, padahal semula terang.

            Jangan sampai kita lengang, dari awalnya terang menjadi gelap hakikat dari idul fitri memberikan cahaya kepada kita membawa kita dari kegelapan, harus semakin menumpuk ketakwaan kita di idul fitri ini, jangan sampai terjebak seperti dahulu, dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri,  disebutkan  :

ليس العيد لمن لبس الجديد انما العيد لمن طاعته تزيد وليس العيد لمن تجمل باللباس والمركوب إنما العيد لمن غفرت له الذنوب

Idul Fitri bukanlah bagi orang yang menggunakan pakaian baru. Namun, bagi orang yang ketaatannya bertambah. Idul Fitri bukanlah bagi orang yang berpenampilan dengan pakaian dan kendaraan. Namun, Idul Fitri hanyalah bagi orang yang dosa-dosanya diampuni.

Walaupun pakai pakain baru, sah-sah saja menggunakan pakaian baru untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Karena, pakaian baru bagaikan simbol dari bersihnya hati, dan sebagai syiar Islam ketika hari raya Fitri. Namun, semua itu akan lebih baik jika diimbangi dengan melaksanakan dan mengutamakan ibadah di bulan Ramadhan.

  Selain melihat arti yang sesungguhnya dari idul fitri selanjutnya kita juga harus merenungi makna gema takbir yang kumandang diseluruh dunia mengingat kebesaran Allah  sehingga dipenuhi kebahagiaan dan kesediha,  misalnya suasana takbiran membangkitkan daya ingat akan keutuhan keluarga, momen berkumpul keluarga, ayah, ibu, dan anak berkumpul namun sayang kadang-kadang momen berkumpul itu tidak lagi seperti tahun tahun sebelumnya dimana biasanya keluarga kita lengkap dan utuh,  tanpa disadari satu persatu telah tiada dan kita akan mengalami hal tersebut.

       Rasa syukur yang tinggi kita ucapkan hari ini keluarga kita masih lengkap dan utuh tanpa ada kekurangan suatu apa pun.  Tempat kita berbakti dan melepaskan rindu dan problematika dalam hidup kita. Pernahkah kita memabayangkan anak yatim hari ini apalagi yatim piatu tidak ada ibu dan ayah bagaimana sedihnya seharusnya ada disampingnya yang selalau memperhatikan,  menyayangi,  menjadi pelipur lara. Suasana seperti ini juga akan mengingatkan kita bahwa kelak juga kita akan kembali kepada-Nya.  Sehingga setiap orang menjadi teringat akan keterbatasan yang ada pada dirinya yaitu terbatas masa keemasan, terbatas masa keperkasaan,  lalu akan datang masa akhir waktunya mendatangi Ilahi Rabbi.

     Kepergian Ramadhan menyebakan rasa sedih pada kita saat takbir dimalam idul fitri karena ia akan kemas-kemas siap siap akan pergi  sementara ia tidak berjanji akan berjumpa lagi ditahun selanjutnya pada kita boleh jadi ia datang pada ahli waris kita. Sementara kita gagal memaksimalkan Ramadhan tahun ini inilah hakikat idul fitri kita menangis saat takbir karena beribadah belum optimal.

  Hakikat idul fitri selanjutnya menangisi kehilafan dan dosa dosa yang kita perbuat dahulu entah dosa pada diri kira,  pada Allah,  pada orangtua kita,  pada istri, suami,  kita dan kepada semuanya harus menjadi pendorong bagi kita untuk menghindari kekhilafan serupa dimasa yang akan datang. Semoga.[]

Mara Ongku Hsb
Alumni Pekanbaru-UIN Suska Riau