Meneguhkan Ahlussunnah wal Jamaah Meneguhkan Ahlussunnah wal Jamaah
Suatu fakta yang tidak terbantahkan bahwa Islam hadir di Nusantara, khususnya Minangkabau, ialah beri’tikad Ahlussunnah wal Jama’ah, yaitu Asy’ariyah-Maturidiyah, bukan Syi’ah ataupun Mu’tazilah. Ini merupakan fakta yang tidak bisa terusik. Di Minangkabau, jika kita telisik sumber-sumber sejarah, seperti manuskrip yang usia ratusan tahun, akan kita jumpai teks-teks akidah seperti karya Imam Sanusi, salah satu tiang Asy’ariyah dari kalangan muta’akhirin. Di samping kitab-kitab karya ulama Asy’ariyah lainnya seperti karya Imam Nawawi (Minhaj), Imam Suyuthi, Imam Mahalli, dan lain-lainnya.
Dinamika pemikiran merupakan hal yang tidak terelakkan, tentunya, di belahan dunia manapun. Begitu juga keadaan Minangkabau. Berbagai dinamika keilmuan pernah terjadi, namun sekali-kali tidak masuk ranah akidah. Jika disebut Paderi, dimana “kaum sebelah” sering menjadikannya dalih, dari bukti-bukti yang ada ia tetap berfaham sebagai sedia kala, bukan Wahhabi. Begitu juga jika dibahas Kaum Muda di awal abad 20, yang pionirnya ialah Haji Rasul (ayah dari Prof. Hamka), maka semua ulama itu ialah Asy’ariyah belaka. Kita lihat buktinya dari kitab-kitab Syekh Thaib Umar Sungayang, Dr. Abdullah Ahmad, maupun kitab Haji Rasul sendiri.
Lalu kapan pergeseran itu mulai muncul? Menurut hemat saya, sekitar satu atau dua dawarsa belakangan. Maka ilmu dan amal ulama Minangkabau perlu dipegang secara teguh, agar tidak digeser dengan pemahaman berseberangan lainnya. Dan istilah “surau” mesti ditegaskan, bahwa disebut ilmu dan amal surau itu ialah Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah dan Maturidiyah), bermazhab Syafi’i, dan bertasawuf- bertarikat Mu’tabarah.
Halakah ini adalah diskusi kesekian dari “Kaji Surau”, menghadirkan tokoh yang tidak asing lagi dilevel Nasional, yaitu Gus Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban (Peneliti karya ulama Nusantara) dan Gus Dr. M. Najih Arramadhani (Founder CRIS Foundation). Kegiatan ini ialah diskusi lanjutan dari safari Dakwah KH. Idrus Ramli dan KH. Ma’ruf Khozin beberapa waktu yang lampau dalam rangka meneguhkan Aswaja.
Gus Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban, insyaallah akan menyampaikan judul: “Sentuhan dengan Tradisi Turast Ulama di Minangkabau.”
Dan Gus Dr. Najih akan menyampaikan: “Sentuhan dengan akar rumput aswaja di Minangkabau dan strategi menghadapi gerakan kontra-aswaja.”
Diskusi ini sangat penting, terkait dengan Aswaja dan surau, dan peneguhannya di tengah dinamika yang kian berkembang. Silahkan catat hari dan tanggalnya, yaitu Jum’at malam (besok malam) jam 20.00, jam 8 malam.
Leave a Review