Syekh Mustafa Sungai Pagu
Mungkin tak banyak lagi generasi muda mengenal ulama yang satu ini. Memang beliau sudah wafat sekitar 100 tahun yang lalu, sudah sangat lama untuk diingat dan dikenang. Tak salah kita mengingat-ngingat beliau, mudah-mudahan dengan itu dapat menghela rahmat karunia Rabbul Izzah.
Saya berkunjung ke Sungai Pagu, tepat enam tahun yang lalu (2010). Dengan berbekal informasi dari beberapa orang masyarakat di kawasan Seribu Rumah Gadang, saya kemudian menuju Surau Menara, sebuah surau dengan arsitektur lama namun dipastikan sudah dipugar dari aslinya. Di sekitar surau terdapat beberapa mejan berupa batu granit tinggi. Salah satu dari mejan itu ialah petanda makam Maulana Syekh Mustafa. Di situ saya bertafakkur sejenak.
Maulana Syekh Mustafa Sungai Pagu (wafat 1903) ialah salah satu ulama terkemuka di Minangkabau pada abad 19. Dalam salah satu naskah kuno yang saya temui (asalnya dari Pasaman Barat) tercatat bahwa Syekh Mustafa ialah ikutan umat di masa itu; tempat bertanya, tempat meminta fatwa. Nama beliau digandengkan dengan ulama-ulama tersohor lainnya, seperti Syekh Muhammad Saleh Silungkang dan Syekh Abdurrahman Batuhampar. Syekh Mustafa berguru kepada Maulana Syekh Isma’il al-Khalidi Simabur (Ulama Minang di Makkah) dan memperoleh ijazah Thariqat Naqsyabandiyah.
Salah seorang muridnya, yaitu Syekh Muhammad Khatib ‘Ali (Ulama Besar Padang asal Sungai Pagu, pengarang Soeloeh Melajoe), menulis biografi Syekh Mustafa, dengan judul Manaqib Maulana Syekh Mustafa al-Khalidi Sungai Pagu. Kitab ini diterbitkan di Mesir.
Baca Juga: Tarekat Syadziliyyah di Minangkabau
Salah seorang nenek tua yang saya temui di sana berujar, bahwa kedatangan saya telah ia ketahui jauh-jauh hari. Yang memberi tahu ialah ayahnya. Ayahnya ini telah wafat sejak tahun 1989. Bagaimana mungkin? Allah Maha Kuasa dan Maha Berkehendak.
Alfatihah.
Saya yang berkisah: Apria Putra Tuanku Mudo Khalis
Leave a Review