Sebelumnya Baca: Pengantar Redaksi untuk Kitab Pedoman Puasa Inyiak Canduang
Sebagai seorang santri yang pernah menimba ilmu di pesantren yang didirikan Syekh Sulaiman Arrasuli (Inyiak Canduang), kerinduan saya akan sosok beliau sungguh terasa terobati dengan kehadiran kembali Kitab Pedoman Puasa ini. Kerinduan saya bukan sebatas sebagai santri pada guru, melainkan sebagai seorang cicit kepada buyut. Betapa tidak, sosok yang tidak pernah saya temui langsung dapat saya jumpai dalam bentuk lain, yakni dalam bentuk warisan ilmu terkait amalan puasa yang tiap tahun akan dijalankan setiap mukmin. Kitab Pedoman Puasa ini ditulis sendiri oleh Inyiak Canduang. Pada masanya banyak digunakan masyarakat pada pengajian-pengajian dan halaqah-halaqah anak siak Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Canduang, Kab. Agam, Sumatera Barat.
Kitab Pedoman Puasa ditulis dengan metode yang khas Inyiak Canduang. Beliau memadukan kaidah-kaidah hukum Islam dengan keindahan sastra bahasa Minangkabau. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu-Minangkabau dengan huruf Arab-Melayu (ada juga yang mengistilahkan dengan Arab-Jawi atau Arab Pegon). Kitab tipis dan kecil yang terdiri dari 25 halaman ini selesai ditulis pada 11 Rajab 1355 H bertepatan dengan 27 September 1936 M.
Dalam versi cetak di atas kertas, kitab ini sebelumnya diterbitkan Penerbit Tsamaratul Ikhwan, Bukittinggi. Namun karena keterbatasan moda distribusi dan transportasi di masa itu, besar kemungkinan kitab ini beredar di kalangan terbatas, tidak begitu masif. Selain itu kitab ini juga dicetak tidak terlalu banyak karena Inyiak Canduang sama sekali tidak menjadikan karya tulisnya sebagai sumber penghasilan. Inyiak Canduang hanya memaksudkan karyanya semata-mata hanya untuk kemanfaatan santrinya dan umat Islam pada umumnya. Kalaupun ada keuntungan sedikit dari penjualan kitab ini versi cetaknya, itupun beliau peruntukkan untuk biaya studi anak kandung beliau di Makkah saat itu, yakni Syeikh Baharuddin Rusli (Pak Adang dari ayah saya, kakak dari kakek saya, Syeikh Syahrudin Rusli). Hal ini dicantumkan dengan terus terang di sampul kitab versi cetak.
Kitab Pedoman Puasa berisi uraian singkat, padat, sederhana dan menyeluruh terkait ibadah puasa. Uraian ini disampaikan dengan bahasa yang gampang dimengerti pada masanya. Pembahasan dalam kitab ini antara lain adalah: hikmah diwajibkan puasa; keutamaan amalan puasa; keutamaan Bulan Puasa; hikmah menentukan Ramadhan sebagai puasa fardu; tingkatan puasa; hukum puasa (wajib, haram, makruh, sunat); sebab diwajibkan puasa Ramadan; syarat wajib puasa; syarat sah puasa; rukun puasa; hal yang membatalkan puasa; yang diharamkan dalam berpuasa; hal yang makruh dalam berpuasa; sunat-sunat dalam berpuasa; uzur berpuasa; kewajiban mengqadha puasa; kifarat meninggalkan puasa; dan lain sebagainya.
Sekarang kitab ini dihadirkan kembali dalam format digital oleh pewaris (santri) ilmu beliau dan dimuat dalam website silaturahim pemikiran keagamaan Tarbiyah Islamiyah. Tarbiyah Islamiyah adalah wadah (organisasi) yang beliau gagas bersama ulama-ulama lain di awal abad lalu. Tidak hanya sekadar memuat ulang aksara Arab-Melayu, format digital ini juga memuat transliterasi ke aksara Latin. Tujuannya tak lain adalah untuk membantu pembaca masa sekarang yang belum terbiasa atau barangkali sudah lupa dengan tulisan Arab-Melayu. Di edisi digital ini Tim Redaksi juga membubuhkan sedikit penjelasan tentang istilah-istilah bahasa Minangkabau yang dipakai Inyiak Canduang yang barangkali sudah tidak akrab lagi dengan pembaca masa sekarang. Penjelasan itu juga dilengkapi dengan uraiang singkat tentang inti setiap pembahasan dalam kitab ini.
Kita semua berdoa semoga dengan inisiatif baru ini ilmu dan pesan-pesan Syeikh Sulaiman Arrasuli terkait ibadah puasa maupun terkait masalah keagamaan Islam lainnya dapat dibaca khalayak ramai. Bagaimanapun juga ilmu dan pesan tentang ibadah-ibadah dasar dalam Islam tidak akan lekang oleh panas, tidak akan lapuk oleh hujan: setiap saat pasti selalu relevan dan patut dipelajari dan diamalkan.
Dengan kehadiran versi digital Kitab Pedoman Puasa menjelang bulan Ramadhan 1443H/2022M ini, kita mendoakan semoga ilmu yang berkekalan yang dimaktubkan Inyiak Canduang di kitab tersebut mendapat pahala yang terus mengalir kepada arwah beliau dan kedua orang tua beliau. Kita juga berdoa semoga para pewaris (santri) dari ilmu-ilmu beliau dapat terus menghadirkan kembali karya dan pemikiran lain yang pernah beliau tulis ke tengah umat Islam Minangkabau khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Sebab kondisi umat saat ini sangat memerlukan buah pemikiran dari sosok ulama yang kharismatik dan otoritatif. Sosok ulama yang ibarat kata orang-orang tua dulu: kok ameh, tahan sapuah; kok basi tahan tapo; kok bana, tahan bandiang (jika emas, dia tahan sepuh; jika besi, dia tahan tempa; jika benar, dia tahan banding).
Wallahu a’lamu bisshawab.
Padang, 25 Maret 2022.
Selanjunya Baca: Mangaji Pangka Alim
Leave a Review