Munculnya semangat keagamaan di kalangan umat Islam akhir-akhir ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan perlu ditingkatkan. Lahirnya berbagai lembaga dan program tahfiz al-Qur’an di kalangan masyarakat menjadi salah satu contohnya.
Sekolah, masjid, musala bahkan rumah masyarakat banyak dijadikan sebagai tempat untuk menghafal al-Qur’an. Masjid dan musala diimami oleh anak-anak muda yang bagus bacaan dan hafalannya. Perlombaan di berbagai tingkat dan tempat galak dilaksanakan untuk mencari yang bagus dan banyak hafalannya. Sekali lagi, itu wajib disyukuri.
Namun ada sebagian kecil masyarakat atau anak muda yang membuat klasifikasi salat umat berdasarkan bacaan ayat imam dalam salat. Umpamanya, imam yang masih membaca surat-surat pendek seperti surat al-Ikhlas termasuk dalam klasifikasi masyarakat jaman dulu (jadul), ketinggalan zaman, beragama hanya berdasarkan amal yang dilakukan oleh nenek moyang dan sebagainya. Sementara imam yang membaca surat-surat panjang meskipun hanya membaca sebagiannya saja dianggap sebagai umat yang maju, modern dan bagus pendidikannya.
Munculnya semangat keagamaan dalam menghafal al-Qur’an dan adanya sikap “meremeh” pada sisi lain menjadi dua hal yang paradoks dalam beragama. Ini menandakan bahwa keluasan dalam memahami agama tidak cukup hanya dengan menghafal al-Qur’an tanpa memahami isi kandungannya, baik berdasarkan riwayat maupun dirayah. Program tahfiz al-Qur’an mesti diiringi dengan program tafhim al-Qur’an.
Baca Juga: Ketentuan Membaca Surat al-Fatihah dalam Salat
Membaca Surat al-Ikhlas dalam Salat
عن عاءشة رضي الله عنها ان النبي ص.م بعث رجلا في سرية وكان يقرأ لاصحابه في صلاتهم فيختم بقل هو الله احد فلما رجعوا ذكروا ذلك للنبي ص.م قال: سلوه لاي شيء يصنع ذلك فسألوه فقال لانها صفة الرحمن وانا احب ان اقرأ بها فقال النبي ص.م : اخبروه ان الله تعالي يحبه (رواه البخاري)
Artinya: Dari Aisyah r.a bahwa Nabi Saw mengutus seorang laki-laki pada suatu peperangan dan dia menjadi imam salat bagi yang lain dan selalu menutup bacaan suratnya dengan qulhuwallahu ahad. Ketika mereka kembali kepada Nabi, mereka menyebutkan hal itu kepada beliau. Nabi bersabda: tanyalah kepadanya mengapa dia membaca surat itu. Lalu sahabat bertanya kepadanya. Laki-laki itu menjawab: karena dalam (surat al-Ikhlas) terdapat sifat al-Rahman dan aku suka membacanya. Lalu nabi bersabda: sampaikan kepadanya, bahwa Allah Swt juga mencintainya. (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain disebutkan seorang laki-laki Anshar menjadi imam di Masjid Quba dan selalu membaca surat al-Ikhlas dalam salatnya.
عن انس رضي الله عنه قال: كان رجل من الانصار يؤمهم في مسجد قباء فكان كلما افتتح سورة يقرأ بها لهم في الصلاة مما يقرأ به افتتح بقل هو الله احد حتي يفرغ منها ثم كان يقرأ سورة اخري معها وكان يصنع ذلك في كل ركعة فكلمه اصحابه فقالوا انك تفتتح بهذه السورة ثم لا ترى انها تجزءك حتي تقرأ بالاخرى فاما ان تقرأ واما ان تدعها وتقرأ باخرى فقال ما انا بتاركها ان احببتم ان أؤمكم بذلك فعلت وان كرهتم تركتكم وكانوا يرون انه من افضلهم وكرهوا ان يؤمهم غيره فلما اتاهم النبي ص.م اخبروه الخبر فقال يافلان ما يمنعك ان تفعل ما يأمرك به اصحابك وما حملك على لزوم هذه السورة فى كل ركعة قال اني احبها قال حبك اياها ادخلك الجنة (رواه البخارى)
Artinya: dari Anas r.a ia berkata bahwa seorang laki-laki Anshar menjadi imam di masjid Quba dan setiap memulai membaca surat, ia selalu mengawali dengan membaca “qulhuwallahu ahad” sampai selesai dan membaca surat lain setelahnya. Hal itu dibacanya setiap rakaat. Lalu sahabat lain berkata kepadanya: engkau selalu membaca surat ini (qulhuwallah) bahkan tidak cukup itu tapi membaca surat lainnya, kadang engkau membacanya kadang tidak. Ia menjawab: aku tidak pernah meninggalkannya (membaca surat qulhu), jika kamu suka aku menjadi imam maka aku akan lakukan tapi jika kamu tidak suka niscaya aku tidak menjadi imam. Namun sahabat lain melihat bahwa ia adalah orang yang paling utama dari yang lain sehingga tidak suka berimam kepada selain laki-laki tersebut. Ketika mereka mendatangi Nabi Saw lalu menyampaikan hal itu kepada beliau. Nabi bertanya: apa yang menyebabkan engkau enggan melakukan apa yang diinginkan oleh sahabat (makmum)mu sehingga melazimi untuk membaca surat itu (qulhuwallahu ahad) setiap rakaat? Ia menjawab: aku menyukainya ya Rasul. Nabi bersabda: kecintaanmu kepadanya akan memasukkanmu ke dalam surga. (HR. Bukhari).
Berdasarkan dua riwayat di atas dapat disimpulkan pada beberapa hal:
1. Bahwa membaca surat al-Ikhlas pada rakaat pertama atau kedua dalam salat adalah amaliah yang diamalkan oleh sahabat dan tidak dilarang oleh Nabi
2. Mengkhususkan membaca surat al-Ikhlas pada rakaat pertama atau rakaat kedua seperti pada salat tarawih 20 rakaat yang membaca surat tersebut dari malam pertama sampai pertengahan ramadan sebab perbuatan itu dilakukan oleh sahabat dan Nabi tidak melarangnya (taqririy).
3. Membaca surat dalam salat hendaknya dibarengi dengan memahami isi kandungannya sehingga tidak sekadar membaca tetapi kedalaman makna yang dikandungnya yang akan melahirkan rasa cinta akan surat tersebut.
4. Boleh saja mengkhususkan atau mengistimewakan surat tertentu dalam al-Qur’an karena dilandasi oleh pemahaman yang melahirkan rasa cinta seperti riwayat di atas.
5. Sahabat Nabi selalu membaca surat al-Ikhlas dalam salatnya bukan karena tidak hafal surat lainnya tetapi yang menjadi imam justru yang paling utama dari yang lain, bisa jadi keutamaannya tersebut paling banyak hafalannya, luas pengetahuan agamanya, wara’ sikap dan perilakunya serta baik akhlaknya. Oleh karena itu akan lebih utama lagi bagi yang memang sedikit hafalannya untuk membaca surat tersebut.
6. Keistimewaan surat al-Ikhlas karena di dalamnya terdapat sifat Allah Yang Maha Pengasih yang dalam kajian akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah Asyariyah disebut sebagai sifat salbiyah yaitu sifat yang membedakan antara khalik dengan makhluk. Sifat tersebut adalah wahdaniyah pada “Allahu Ahad”, sifat qiyamuhu binafsihi pada ayat “Allahu Shamad”, dan sifat qidam, baqa dan mukhalafatuhu lil hawadis pada ayat “lam yalid wa lam yulad”.
7. Membaca ayat dalam salat yang dilandasi karena pemahaman yang melahirkan rasa cinta pada surat tersebut akan menyebabkan diperolehnya cinta dari Allah Swt dan menjadi amal yang akan memasukkannya dalam surga.
Baca Juga: Nama-nama Lain Surat al-Fatihah
Membaca Surat al-Ikhlas di Luar Salat
Keutamaan membaca surat al-Ikhlas tidak semata dalam pelaksanaan salat tetapi berdasarkan beberapa riwayat, Imam Ibn Katsir menyimpulkan bahwa membacanya juga memiliki keistimewaan untuk dibaca di luar salat.
عن ابى سعيد ان رجلا سمع رجلا يقرأ قل هو الله احد يرددها فلما اصبح جاء الى النبي ص.م فذكر ذلك له وكأن الرجل يتقالها فقال النبى ص.م والذى نفسى بيده انها تعدل ثلث القرآن (رواه البخارى)
Artinya: dari Abi Said bahwa seorang laki-laki mendengar laki-laki lain membaca “qulhuwallahu ahad” berulang kali. Ketika pagi datang, laki-laki itu mendatangi Nabi Saw dan ia menyebutkan hal itu dalam tergesa-gesa. Nabi Saw bersadba: demi Allah yang menggenggam jiwaku dalam kuasaNya, sesungguhnya surat al-Ikhlas itu sepertiga al-Qur’an. (HR. Bukhari).
Membaca surat al-Ikhlas di luar salat mencakup banyak hal, baik kondisi, waktu dan jumlah bacaannya. Ada banyak riwayat yang menjelaskan tentang hal itu. Ada yang menyebutkan bahwa dibaca sebanyak tiga kali, lima kali, sepuluh kali, lima puluh kali bahkan sampai ratusan dan ribuan kali.
Umpamanya membaca surat al-Ikhlas sebanyak sepuluh kali setelah selesai salat lima waktu dari Hadis al-Hafiz Abu Ya’la dari Jabir bin Abdillah:
قال رسول ص.م ثلاث من جاء بهن مع الايمان دخل من اي ابواب الجنة شاء وزوج من الحور العين حيث شاء من عفا عن قاتله وادى دينا خفيا وقرأ فى دبر كل صلاة مكتوبة عشر مرات قل هو الله احد.
Artinya: dari Jabir bin Abdillah bahwa Nabi Saw bersabda: ada tiga macam amal apabila dilakukan dengan iman, maka ia akan masuk surga dari pintu mana pun yang dikehendakinya dan pasangan bidadari yang diinginkannya yaitu orang yang memaafkan orang yang membunuhnya, membayar hutang secara sembunyi dan membaca “qulhuwallahu ahad” sampai selesai sebanyak sepuluh kali setiap selesai mengerjakan salat wajib lima waktu.
Oleh karena itu, tidaklah patut membuat klasifikasi umat dalam beribadah semata hanya karena jumlah hafalan surat dan ayat serta membandingkan satu surat dengan surat yang lainnya tanpa memahami kandungan ayat tersebut dari perspektif ilmu lain sehingga melahirkan pemahaman yang luas dan akhirnya melahirkan rasa cinta padanya.[]
Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com
Antara “Pencemooh” Bacaan Surat Pendek dan Keutamaan Surat al-Ikhlas Antara “Pencemooh” Bacaan Surat Pendek dan Keutamaan Surat al-Ikhlas Antara “Pencemooh” Bacaan Surat Pendek dan Keutamaan Surat al-Ikhlas
Leave a Review