Di antara sekolah-sekolah Perti yang ratusan banyaknya itu, MTI Putri Bengkaweh adalah permata: indah, berharga, sekaligus langka. Saking langkanya, nyaris tak dijumpai lagi pesantren atau sekolah Perti khusus putri di masa kini.
Sejak 1970-an, MTI yang didirikan oleh Ummi Hj. Syamsiah Abbas ini seakan terkubur begitu saja. Entah kapan kemilau sang permata ini kembali memancar. Di Tanah Minang ini, Perti kehilangan MTI Putri Bengkaweh itu tak ubahnya rumah gadang kehilangan perempuan terakhirnya. Perginya bundo kanduang terakhir, tanpa satupun anak perempuan.
Baca Juga: Hj. Syamsiyah Abbas Tokoh Perti dan Pendidikan Perempuan Minangabau #1
Nah, satu di antara banyak hal menarik dari sekolah ini adalah semboyannya: “Banjak Bitjara dan Banjak Bekerdja”. Semboyan ini seakan sebuah perlawanan terhadap narasi “sedikit bicara banyak bekerja” yang kerap disetir demi menundukkan orang-orang agar rajin bekerja tanpa banyak cincong.
Perempuan-perempuan Perti tak hanya harus terampil bekerja, tapi juga harus lantang bersuara. Begitu kira-kira isyarat yang dapat ditangkap. Itu dibuktikan sendiri oleh sang guru besar sekolah ini, Ummi Hj. Syamsiah Abbas, misalnya dengan menjadi anggota Konstituante (MPR sekarang), anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, dan penasehat Gubernur Sumatera Barat. Selain MTI Putri di Bengkaweh, beliau juga mendirikan STKIP Ahlussunnah Tarok dan STKIP Abdi Pembangunan Bengkaweh.
Hal menarik berikutnya, seperti dimuat dalam Majalah Soearti edisi 7 tahun 1937:
Pengadjaran sama tingginja dengan Tarbijah Islamijah bahagian laki-laki dan ditambah dengan…huis houding (tjara mengoeroes roemah tangga)”.
Baca Juga: Kartini dan Perjuangan Hak bagi Kaumnya
Ya, “tjara mengoeroes roemah tangga”, pelajaran amat berharga yang barangkali sering terluputkan oleh MTI-MTI masa kini jang beratoes-ratoes banjaknja itoe.[]
Leave a Review