scentivaid mycapturer thelightindonesia

Negeri Syam, Negeri Penghasil Hafiz Tanpa Pesantren Tahfidz

Negeri Syam, Negeri Penghasil Hafiz Tanpa Pesantren Tahfidz
Foto/Dok. Penulis

Negeri Penghasil Hafiz Negeri Penghasil Hafiz

Oleh: Fauzan Inzaghi

Negeri Syam ini dikenal sebagai salah satu penghasil ulama al-Qur’an paling produktif di dunia. Bagaimana tidak, di sinilah salah satu majelis tertua dunia ada, majelis al-Qur’an Sahaby Jalil Sayidina Abu Darda radhiyallahu anhu. Metode yang kita lihat hari ini dalam mengajarkan al-Qur’an dan menghafalkannya berawal dari beliau. Salah satu buku legendaris dalam ilmu tajwid matan Jazariyah dan mungkin paling populer juga berasal dari sini, begitu juga dengan kitab legendaris yang sangat populer dalam ilmu qira’at, seperti Taibah dan Durrah. Ibnu Jazary Addimasyqy bisa dikatakan salah satu ulama paling penting dan berpengaruh dalam ilmu al-Qur’’an berasal dari Madrasah al-Qur’an Syamiyah.

Dan tradisi itu terus berlanjut sampai hari ini. Beberapa nama besar pakar al-Qur’an dan qira’atnya di dunia kontemporer tumbuh di sini, seperti keluarga Hilwani (salah satu keluarga Qura’ paling terkenal di dunia, karena ketinggian sanadnya), Syekh Abdul Aziz Uyun Sud, selain itu Damaskus juga dikenal dengan Syeikhul Qur’a yang tujuh: Syekh Kuraym Rajih (salah satu pentahqiq hampir separuh mushaf di dunia), Syekh Syukry Luhafy, Syekh Abdurazaq Halaby, Syekh Bakry Tarabisyi (pemilik sanad tertinggi pada masanya), Syekh Muhyiddin Kurdy, Syekh Muhammad Sukar, Syekh Khalil Hiba. Ada juga beberapa ulama al-Qur’an yang masih di usia emas seperti Syekh Samir Annash dan Syekh Aiman Suwaid (salah satu mujadid dalam ilmu tajwid, buku beliau mungkin salah satu buku tajwid era modern yang paling laris), dan masih banyak ulama al-Qur’an lainnya baik yang kita kenal atau tidak.

Baca Juga: Begini Tabi’in Menghafal al-Qur’an

Dan uniknya walau begitu banyak Qura’ besar lahir di negeri Syam, tapi sejauh pengetahuan saya, nyaris tidak ada ma’had/pondok khusus al-Qur’an di sini, bahkan tidak ada juga markas khusus al-Qur’an seperti di negara lainnya. Aneh? Iya, tidak biasa memang. Lalu bagaimana mereka melahirkan para Qura’? Masjid dan Masyaikh. Dari sinilah para hafiz al-Qur’an lahir. Memang bisa fokus? Ya gak tau, faktanya seperti itu. Jadi siapa saja yang ingin menghafal al-Qur’an gak perlu mondok, silahkan ke masjid terdekat yang ada tulisan Ma’had al-Asad, insyaallah dapat guru untuk menghafal al-Qur’an. Iya sih, di daerah lain juga ada yang seperti ini, hanya saja di Syam sama sekali gak ada mahad tahfidz sama sekali, jadi hanya semacam TPA.

Tanpa tempat penginapan. Jadi kesempatan menghafal al-Qur’an terbuka bagi semua, termasuk yang gak sempat mondok. Jadi mau kuliah apapun baik agama atau umum, atau kerja di manapun baik masuk siang ataupun malam, atau berapa pun umurnya baik balita atau sepuh, atau apapun jenisnya baik cewek atau cowok, semua punya kesempatan. Maka tak heran kita menemukan banyak hafiz lulusan agama, kedokteran, teknik, ekonomi, dll. Ada juga hafiz di usia tua, beberapa waktu lalu aku juga menemukan satu orang mulai hafal di usia 50-an dan khatam di usia 60-an, gak ada alasan terlambat karena memang gak dikejar waktu. Gak ada alasan juga gak ada waktu atau gak bisa mondok, baik lagi kuliah atau kerja semua punya kesempatan, karena banyak pilihan waktu, jadi fleksibel kapan saja memungkinkan.

Baca Juga: Menghafal vs Memaham Al-Qur’an: (Bukan) Kontradiksi

Hanya saja dalam beberapa puluh terakhir ulama bekerja sama dengan pemerintah membuat jaringan yang dinamakan Ma’had al-Asad untuk menghafal al-Qur’an, jangan dibayangkan ini seperti pesantren, dia tetap TPA masjid tanpa penginapan dan tanpa kelas, hanya saja jaringan Ma’had al-Asad dibuat untuk mengatur halaqahhalaqah al-Qur’an in agar para hafiz bisa tersebar gak numpuk di satu tempat, dengan begitu, bisa menyebar luas agar bisa sampai di seluruh pelosok negeri. Dan hasilnya, menakjubkan. Tapi dengan modal masjid setempat, negara ini bisa sangat produktif menghasilkan penghafal al-Qur’an. Semua gratis, tis, tis. Semoga bisa jadi pelajaran bagi kita. Intinya bukan di dana, tapi SDM dan keikhlasan, dan semua dimulai dari masjid. Masjid-masjid penghasil ulama al-Qur’an semoga makin banyak di dunia ini, terutama di negeriku (Indonesia). Itu semua hanya bisa dicapai dengan ilmu dan keikhlasan, sebagaimana keikhlasan Abu Darda memulai tradisi itu 14 abad lalu, dan tetap abadi hingga kini.[]

Fauzan Inzaghi
Mahasiswa Indonesia di Suriah