nova
Karya : Syahida Aghnia
“semua yang terlihat baik dan terasa hangat bahkan bisa menjadi musuhmu, memang kenangan manis selalu bisa menghangatkan sebuah rindu yang tak sampai hingga bisa membuat rindu itu menjadi salah kaprah. Bahkan, mawar putih yang indah juga punyai duri, bukan?”
2 Januari 2010 adalah hari spesial Nova. Ia yang dikenal cengeng akan menjadi gadis dewasa dan berani seperti Ayahnya. Itulah yang dipikiran Nova sambil berjalan membawa kue dengan Ibu menuju rumah. Sesampai di rumah mereka berbenah untuk menyiapkan pesta pada malam itu.
“Doorrrr…” suara tembakan tepat menembus kepala Ayahnya. Ibunya langsung bergegas sambil merintih menangis keluar rumah sambil berteriak.
“Heii, tampakkan wajah pengecutmu itu… di mana kau bersembunyi hah?!!!”.
Nova yang masih berdiam diri dan kebingungan, rasa sedih, kesal, marah, takut menghantui pikirannya. Tepat di depan matanya, ia menyaksikan kematian Ayahnya sendiri, padahal bagi Nova Ayah orang baik, orang yang dermawan bahkan ia juga selalu membantu teman-temannya yang kesusahan dalam perekonomian di sekolah.
“Kenapa Ayah dibunuh? Apa salah Ayahku hingga ada orang yang tega membunuhnya?”
”Pahlawanku sudah tidak ada, hanya ada Ibu dan aku sekarang di rumah. Apa gunanya punya rumah besar dan mewah jika hanya berduaan saja” Nova berteriak dalam hati kecilnya.
Hari ulang tahun Nova yang genap ke-10 kini berubah menjadi hari duka. Rasa sepi mulai menghampiri hari-harinya. Biasanya setiap Ayah pulang bekerja, ia selalu menemaninya bermain, bercanda, membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah, hampir semua yang Nova lakukan selalu bersama Ayah.
Ayah adalah orang yang baik, suka menolong orang, bahkan hebat saat berkelahi. Sekarang, di rumah Nova ditemani Tante Berta jika Ibunya sedang sibuk bekerja. Setiap harinya rutinitas Ibunya hanya di depan meja kerja, kadang Nova merasa takut untuk minta bantuan mengerjakan pekerjaan rumah seperti dulu bersama Ayah. Ibu sangatlah berbeda ketika Ayah sudah tidak ada disampingnya. Sekarang, Ibunya hanya terobsesi dengan pekerjaannya untuk memenuhi segala kebutuhan Nova.
Sudah setahun semenjak Nova ditingalkan Ibu pergi bekerja menyelesaikan proyeknya ke Kanada. Sekarang ia tinggal bersama Tante Berta, untungnya Tante Berta sangat mempunyai kepedulian yang sama dengan Ayah, dia sangat mengerti keadaan Nova, keinginan Nova, kebutuhan Nova, dan selalu memberikan kehangatan untuknya. Nova sekarang dibesarkan oleh Tantenya dan sudah hampir menginjak umur 14 tahun.
“Nova, malam ini mau makan apa?”
“Apa saja Tan, asalkan yang berkuah-kuah seperti sop udang mungkin”
“Bilang saja kalo mau sop udang”
“Nah itu Tante peka hehe..Tan, kenapa Ibu tidak pernah telepon lagi? Tahun lalu Ibu juga tidak pulang, tahun ini belum ada kabarnya…”
“Hhmmm…Ibumu kan sibuk bekerja Nova, mengertilah dengannya. Nanti, tante coba telepon yaa!”
Malam itu juga mereka menerima kabar bahwa Ibu Nova telah dibunuh setahun yang lalu. Nova semakin penasaran siapa pelaku pembunuhan kedua orangtuanya, bahkan Nova kebingungan terhadap pihak polisi yang tidak ingin menyelesaikan kasus pembunuhan kedua orangtuanya ini. Nova yang sedari kecil hanya tahu Ayahnya adalah orang yang baik, dermawan, pekerjaannya adalah menolong orang, Ayahnya selalu membantu teman-teman Nova yang kesusahan dalam kondisi perekonomian. Ibunya juga seorang pekerja keras dan sangat sayang dengan keluarganya hingga rela bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan Nova. Nova selalu bertanya-tanya apa kesalahan kedua orangtuanya sehingga mereka dibunuh.
Menginjak umur 18 tahun Nova menekatkan dirinya untuk mencari pelaku dan sebenarnya apa kesalahan kedua orangtuanya sehingga dibunuh. Nova mulai mengandalkan kecerdasannya yang mempunyai IQ diatas rata-rata dan membulatkan niatnya untuk mencari tahu pelaku dibalik kematian Ayah dan Ibunya. Ia melanjutkan sekolah di badan intelijen rahasia di Inggris yang melatih anak – anak muda berkemampuan khusus untuk menggunakan otak dan tubuhnya sebagai senjata. Nova sangat yakin dengan mengandalkan kecerdasannya yang diatas rata-rata dan keberaniannya serta keahliannya dalam bela diri ia akan bisa menangkap dan membongkar motif dari pembunuhan keluarganya tersebut.
Sejak awal Nova memasuki tahun pertama ia dilatih oleh Mrs. Rose, ia adalah seorang pelatih yang mempunyai wajah yang berkharisma bahkan tidak banyak bicara, ia juga selalu menyilangkan tangannya kebelakang, sangatlah menakutkan bagi Nova saat pertama kali melihat Mrs. Rose yang menghampirinya.
Mrs. Rose terkagum-kagum dengan kepintaran Nova dalam menyelesaikan setiap ujiannya. Namun, Nova masih belum bisa mengendalikan emosinya sehingga selalu terlibat dalam perkelahian. Nova yang berparas cantik, dan mempunyai tubuh yang tinggi semampai bagai seorang model tak jarang membuat rekan prianya menggoda dan seperti biasa pria yang mengganggu Nova kadang-kadang ada yang hidung tergeser dan babak belur pastinya.
Nova menjalani masa pelatihannya dengan baik, bahkan Mr. Marko pemilik sekolah tersebut juga sangat mengagumi Nova. Mr. Marko selalu memperhatikan dari jauh segala aktivitas, dan ujian-ujian yang diberikan kepada Nova. Sesekali, Nova melihat Mr. Marko yang mengintip ketika ia ujian. Bahkan, ia merasa selalu ada yang mengikutinya ketika berjalan. Semakin hari, Nova merasakan keanehan terjadi di sekolah tersebut menurutnya orang – orang sekitar dan rekan – rekannya seperti selalu memperhatikan setiap gerak-gerik Nova.
Setelah menempuh pelatihan yang cukup lama, Nova sudah banyak menyelesaikan misimisinya dan selalu berhasil dengan cepat dan cerdik. Hingga salah satu kasus yang ia pegang mempertemukannya dengan seorang lelaki bernama Raka. Raka ternyata saudara tirinya, dan Raka sebenarnya sudah tahu bahwa Nova akan ke Inggris. Raka menceritakan segalanya tentang mengapa bisa Nova punya saudara tiri. Nova mulai menyadari bahwa Kakeknya lah yang sudah merencanakan segala sesuatu yang terjadi pada Nova, sama halnya dengan kematian Ayahnya.
Namun, Nova masih tidak tahu dimana Kakeknya.
“Bagaimana caranya agar bisa bertemu dengan Kakek?, banyak yang ingin kutanyakan kepadanya!”
“Ku juga tidak tau seperti apa Kakek kita, bagaimana rupanya. Ku hanya berhubungan melalui surat dengannya. Ia tidak pernah mau memberikan nomor teleponnya. Sepertinya kau harus mencari tau sendiri tentang kematian orang tuamu, ku hanya bisa sedikit membantu tentang masalah ini karena ku juga sudah punya keluarga dan tidak ingin menjerumuskan keluarga kecilku karena Ayah kita Nova…”
“Apa yang salah dengan Ayah?”
“Tidak, Ayah kita tidak salah. Tapi, Ibumu dan Ibuku yang salah dalam memilih…”
“Apa maksudmu Raka, bagaimana bisa Ibuku salah memilih sedangkan Ayahku adalah orang yang paling sangat baik bahkan ia sangat ramah dengan teman-teman masa kecilku dulu!?”
“Kau memang tidak bisa mengetahuinya hanya dengan kecerdasanmu itu, Nova.”
Raka tidak bisa memberitahu identitas kakeknya karena ia juga hanya berhubungan lewat surat dengan Kakek. Raka juga belum pernah bertemu, ia hanya tahu bahwa kematian Ayah mereka berkaitan dengan dendam Kakeknya.
Nova yang sedang berjalan-jalan penasaran ketika melihat pintu ruangan Mr.Marko terbuka. Ia tidak sengaja menemukan foto ibunya bersama Mr. Marko. Nova sekarang mengerti bahwa selama ini Mr. Marko adalah Kakeknya sendiri sekaligus pelaku dibalik kematian keluarganya dan memang sudah direncanakan sendiri agar Nova bersekolah di sana. Nova diamdiam mulai menyelidiki dendam apa yang dimiliki Mr.Marko dengan Ayahnya hingga membunuh menantunya sendiri dan anaknya.
Setiap ia berkunjung kesekolahnya ia selalu menelusuri setiap jalan bahkan setiap ruangan yang terlihat mencurigakan. Nova menemukan foto Ayahnya dan wanita lain dalam foto pernikahan, sepertinya itulah ibu tirinya ibu dari Raka. Nova masih bingung mengapa foto itu ada diruangan tersebut, dan Nova menemukan sebuah koran yang memberitakan bahwa Ayahnya adalah seorang pembunuh bayaran yang ditakuti setiap pejabat-pejabat tinggi hingga para aparat kepolisian juga menghindari kasus-kasus tentang Ayahnya.
Mr.Marko mempunyai dendam dengan Ayahnya dan membunuhnya. Ayahnya adalah seorang pembunuh bayaran dan menikahi seorang anak dari pemilik sekolah agen rahasia. Mr.Marko sudah memperingatkan Ibunya Nova sejak dulu untuk tidak menikah dengan Ayahnya. Mr.Marko takut akan keselamatan anaknya jika hidup bersama pembunuh bayaran.
Saat Mr. Marko mengetahui bahwa Ibunya Nova juga telah dibunuh seseorang, ia langsung membujuk Tante Berta agar Nova berkeinginan memlanjutkan sekolahnya di Inggris. Hanya begitulah cara yang aman untuk menjemput cucunya dan menjauhkan dari orang-orang yang bersangkutan dengan Ayahnya.
Koran yang masih dipegang erat itu sebagai penjelasan yang selama ini Nova cari. Betapa tidak disangkanya orang yang selama ini ia anggap sebagai pahlawan adalah musuhnya sendiri dan keluarganya. Namun, Nova tetap sangat merindukan Ayahnya, semua yang dilalui bersama Ayah adalah kenangan manis yang menghangatkan rindunya.[]
Baca Juga: Kenangan yang Hilang
Baca Juga: Kotak Kucing
Leave a Review