scentivaid mycapturer thelightindonesia

Pagi, Cinta di Bawah Kaki Bulan, Air Mata untuk Malam, Surat 31 Mei, Pesan Pubi, Rekapan, Km 5, Pangeran Bisu, Délusi dan Ab-ra-ka-dab-ra (Puisi Nuranisa Nabylla)

Pagi, Cinta di Bawah Kaki Bulan, Air Mata untuk Malam, Surat 31 Mei, Pesan Pubi, Rekapan, dan Km 5, Pangeran Bisu, Délusi dan Ab-ra-ka-dab-ra (Puisi Nuranisa Nabylla)
Ilustrasi Dok. https://unsplash.com/photos/eFbxYl9M_lc

Puisi Nuranisa Nabylla #2 Rasa Hujan, Menjadi Titik, Andai Tiada Api, Tak Buta Tapi Iya, Love Instagram, Status Kita dan Ps. Lla

Pagi

Untuk kamu yang terbangun dari heningnya kegelapan menuju cahaya yang meninggi, dengan mata sembab, hati yang lara, diri yang lemah.

Tahan sakitmu, tahan wajah sedihmu, tersenyumlah…
Kuatkan kamu, hingga bersua pada malam.

Cinta di Bawah Kaki Bulan

Tak ada yang dapat mendaki kedamaian, pada gelapnya ruang.
Ketika yang meninggi mulai turun meredup, terluaplah segala yang tertahan.
Jatuhlah segala air kesakitan, menuruni roman muka dan basahi rambut mata, layaknya enjambemen pada puisi duka.

Air Mata untuk Malam

Yang menitik tanpa suara
Untuk perempuan pesandiwara
‘baik-baik saja.’

Surat 31 Mei

Penuh doa yang berbaris pada garis
Kualunkan kata menenangkan
Kuhantarkan beberapa gambaran perasaan cinta

Kudapati sudah tulisan yang penuh
Kulipat kertas penuh hati-hati
Kulepas cincinku

Ku masukan surat dan cincin
Dalam kantong merah bertali hitam
Akan kukirim hari minggu.

Pesan Pubi

Dua kalimat balasan
Berbentuk pesan
Berisi maaf
Dan maksud meninggalkan

Bibir kelu kudapati
Pada diriku

Kubaca berulang-ulang
Terkurung dalam kebingungan
Sulit memahami yang terjadi
Di depanku

Mungkin air-air ini menjelaskan
Mereka bergulir dan mengalir
Begitu sopan dan tenang
Turun dari tengah

Mati sekali hatiku
Terlilit luka

Rekapan

Alenia ‘datang’ dan titik ‘pergi,’ menjadikan kisah pilu lagi.
Seperti memeluk butiran padi.
Sepokok itu kehadirannya
4 tahun 14 hari 10 jam 20 menit silam.

Km 5

Ada yang pernah datang, mengajakku berjalan… minum jus, waktu itu aku tidak begitu haus. Hampir dekat km 1, aku bertanya “sudah dekat?” katanya “sedikit lagi.”

Km 2, 3, 4,14 dia lupa, apa yang hendak kita capai.
Lalu kembali sendirian ke titik 0, tanpa aku dan tanpa suara.

Menghilang dalam hening…

Pangeran Bisu

Pangeran tahu siapa saya, latar belakang saya.
Pangeran jatuh cinta kepada saya, saya pun begitu.
Pangeran jenuh dengan keluh orang bawah tanah… pangeran pergi dengan mendengarkan.
Orang tanah gelisah lalu meninggal kedinginan, sikap pangeran.

Délusi

Cinta itu bukan gunungan, ia sesederhana butiran pasir.

Tak diterima akal, hal sekecil pasir bisa kuasai seluruh organ, mengubah pikiran, berbeda sikap, menyelimuti hati…

Menjadikan manusia pasir gila.

Ab-ra-ka-dab-ra

Ciri-ciri pasir keluar dari tubuh, adalah pendinginan sikap, menolak percakapan, kosongnya alasan.

Dan!

Melambai pada hati…
Bim! Bim bim bab
Putus tus tus tus
H i l a n g

Puisi Nuranisa Nabylla #4 Jatuhnya Mahkota Jelata, Kampanye Cinta, Ling-lung, Pergi, Kubus, Kantong Merah Bertali, Granat Luka, Kita Saat Ini, Linang, dan Delapam Kaki

Nuranisa Nabylla
Nuranisa Nabylla lahir di Muara Teweh, Kalimantan Tengah pada 27 November 1999. Sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Lambung Mangkurat sejak 2018 hingga sekarang. Membebaskan emosi melalui tulisan adalah cara terbaik bagi Nabylla untuk mengekspresikan dirinya. Nabylla juga hobi dalam memotret pemandangan, merajut, dan mendengarkan musik Twice. Media sosial seperti Instagram dapat dikunjungi @byllas__ dan @bybylabi. Channel Youtube, Nuranisa Nabylla.