scentivaid mycapturer thelightindonesia

Pembelaan Abuya Siraj terhadap Tawassul, Tahun 1930-an

Pembelaan Abuya Siraj terhadap Tawassul
Risalah Pembelaan Abuya Siraj terhadap tawassul, 1930-an.

Pembelaan Abuya Siraj terhadap Tawassul

Tahun 1930-an, sepulang dari Mekkah, beliau -Buya Sirajuddin Abbas- sudah mempertahankan amaliyah Ahlussunnah wal Jama’ah. Waktu itu belum lagi dikenal nama-nama seperti Albani, Ibnu Bazz, dan Utsaimin, tokoh-tokoh Wahhabi, yang menjadi rujukan Wahhabi masa kini, yang mempertanyakan amaliyah Ahlussunnah wal Jama’ah tersebut. Baru, sekitar 5 tahunan, Makkah dikuasai Ibnu Sa’ud.

Bagaimana beliau -Buya Sirajuddin Abbas- tidak disebut sebagai hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah di masa awal. Tulisan-tulisannya menjadi pegangan, dan penenang hati jama’ah di surau. Hati-hati yang pecah menjadi berpadu.

Beliau seorang ahli bahasa Arab, terutama Balaghah. Beliau faqih, terkhusus Mazhab Syafi’i. Beliau pun seorang yang organisator ulung, yang mampu mengembangkan PERTI melewati batas-batas Minangkabau.

Baca Juga: Buya H. Sirajuddin Abbas: Meninjau Universitas al-Azhar dari Dekat

Buku-buku beliau ialah rujukan awal saya. Ketika sekolah Madrasah Aliyah, senior-senior mengadakan kajian-kajian siswa sore hari, yang hampir semua diisi oleh ustazd Wahhabi di kampung saya, saya bantah mereka dengan argumentasi buku Buya Siraj. Apa tanggapan mereka? Mereka tidak membantah argumen, cuma menyerang pribadi Buya Siraj, na’uzubillah. Seingat saya, di kelas, waktu itu, hanya ada saya dan seorang kawan yang membela amaliah surau. Ada diantara kawan yang lain yang menganggap saya hanya pemakan “maco”, sebab orang suluk selama suluk tidak memakan daging (padahal “maco”-kan juga daging. Maksudnya kalimat ini olokan terhadap orang di surau).

Amal jariah mengalir untuk Buya Siraj, yang puluhan tahun menjadi suluh penenang urang-urang yang hendak bertaqarrub pada Allah.

Alfatihah….

al-‘Allamah al-Faqih Abuya Sirajuddin Abbas bin Syekh Abbas Qadhi al-Khalidi al-Naqsyabandi Ladang Laweh

Foto: Risalah Pembelaan Abuya Siraj terhadap tawassul, 1930-an.

Apria Putra
Alumni Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Pengampu Studi Naskah Pendidikan/Filologi Islam, IAIN Bukittinggi dan Pengajar pada beberapa pesantren di Lima Puluh Kota