Baca Sebelumnya: Suara yang Hilang dari Persatuan Tarbiyah
Michael S. Northcott, menyebutkan bahwa standar ukur mundurnya sebuah paham keagamaan/organisasi dalam kehidupan masyarakat adalah kurangnya peran sosial profesi keagamaan/organisasi. Dalam konteks Persatuan Tarbiyah, peran sosial ini peran guru/pendakwah/aktivis.
Selama ini Persatuan Tarbiyah terasa berjarak dengan jamaahnya dan pengurus Persatuan Tarbiyah merasa diri menjadi kelompok elite, demikian pula dengan individunya.
Sebagaimana hukumnya, kelompok elite adalah mereka yang hanya bersedia bertemu dengan mereka yang berdasi, pejabat tinggi pemerintahan, partai politik, dan penguasa.
Bila ada masalah organisasi penting untuk dibahas, maka tempatnya bukan madrasah, sekolah maupun pesantren, melainkan hotel berbintang. Dengan segala pelayanannya yang canggih dan modern.
Alih-alih bersikap memperjuangkan Persatuan Tarbiyah, ideologi, pesantren dan umat, pertemuan demi pertemuan di perhotelan itu lebih tepat disebut sebagai kesepakatan politik belaka.
Baca Juga: Persatuan Tarbiyah Ada atau Tidak?
Kita belum melihat Persatuan Tarbiyah melebur dengan jamaahnya, yang dekat dengan masyarakat dan umatnya. Dekat dengan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungannya, baik madrasah maupun universitas.
Saya sendiri tidak mengerti, bagaimana logikanya melihat persoalan umat dan agama dari puncak hotel mewah. Bukankah pusat peradaban umat, Persatuan Tarbiyah adalah masjid, madrasah dan surau. Lalu kenapa Persatuan Tarbiyah tidak pernah hadir di situ?
Saya tengah membayangkan misalnya, kelak rapat pergantian pengurus dilakukan di madrasah, pesantren atau surau-surau pusat peradaban Persatuan Tarbiyah itu sendiri. Sehingga para buya, para murid di madrasah, dan masyarakat merasa memiliki dengan Persatuan Tarbiyah.
Kalau ada banyak orang yang merasa memiliki dengan Persatuan Tarbiyah, apa yang tak bisa dilakukan. Persatuan Tarbiyah hanya perlu memasyarakat, dekat dengan umat dan para ulama yang mengasuh madrasah. Selebihnya, akan banyak warga Persatuan Tarbiyah yang ingin berbuat untuk agama dan umat.
Kurang memasyarakatnya Persatuan Tarbiyah, membuat Persatuan Tarbiyah seolah-olah milik pengurus sendiri untuk kepentingan politik dan pengembangan usahanya sendiri. Ini tentu akan merugikan organisasi, merugikan anak-anak muda Persatuan Tarbiyah.
Bahkan, para pemuka agama pun, kadang tak lagi merasa menjadi bagian dari Persatuan Tarbiyah meski madrasah yang dimiliki masih bernama Madrasah Tarbiyah. Rendahnya rasa memiliki Persatuan Tarbiyah, membuat kehadiran para buya di tengah masyarakat tak lain sebagai diri sendiri, sebagai individu, bukan ulama Persatuan Tarbiyah.
Kini, di tengah tingginya minat umat Islam terhadap kehadiran Persatuan Tarbiyah, harus disambut dengan tangan terbuka. Kiranya, kita tidak perlu meragukan niat baik dan tindakan setiap orang yang ingin berbuat untuk Islam dan umat melalui organisasi Persatuan Tarbiyah.
Tentu saja, selama niat baik dan tindakan itu dalam rangka mempertahankan keyakinan dan ideologi Persatuan Tarbiyah bukan mempertahankan sektarianisme dan golongan.
Kita juga harus mengapresiasi niat dan tindakan setiap orang, bila hal itu dalam rangka mengembangkan organisasi dan membuatnya dekat dengan masyarakat, bukan membuat Persatuan Tarbiyah menjadi elitis dan tertutup. Karena sektarianisme, elitis dan tertutup/eksklusif tak akan menguntungkan bagi Persatuan Tarbiyah. Sebaliknya, malah menghancurkan. Cara-cara seperti itu tak lain dari upaya pembusukan dan penghancuran Persatuan Tarbiyah dari dalam. Itu harus dilawan.
Baca Juga: Di Riau Persatuan Tarbiyah Bersinar
=======
Selain jauh dari umat, Persatuan Tarbiyah juga dirasakan sebagai hal yang penting bagi kehidupan umat. Kenapa? Karena Persatuan Tarbiyah tidak mampu memberi solusi terhadap hidup mereka, mulai dari kemiskinan, lapangan kerja dan kesehatan.
Selama ini Persatuan Tarbiyah hanya bermanfaat bagi pengurusnya sebagai penghubung dengan pejabat tinggi negara dan partai politik guna meniti karier politik dan usaha. Sehingga umat merasa tak perlu dengan kehadiran Persatuan Tarbiyah.
Kita berharap, tahun 1439 H ini menjadi saksi bagi kebangkitan Persatuan Tarbiyah. Semoga!
Ciputat, 19/10/2017
Muhammad Yusuf El-Badri
Leave a Review