Nurul Huda Sukaraja Jembatan Lirboyo
Bendera di atas ini bendera luhur. Bahwa tegaknya merah putih itu asli ditegakkan juga oleh dunia pesantren yang salah satu potretnya adalah Lirboyo.
Lirboyo bagi kami yang asli putera Sumatera telah menjadi tumpuan bagi pengembangan tradisi yang kami warisi dari leluhur kami. Dimana alumni Lirboyo yang menjadi guru-guru kami telah mendidik kami dasar agama yang dalam dan mekar.
Setelah pengajian al-Quran di kampung kami, Curup, Bengkulu, kami mendapatkan kesempatan untuk meneruskan pengajian kitab kuning yang diselenggarakan oleh majelis alumni Lirboyo di daerah Komering. Kami dihubungkan oleh almamater kami Arrahmah Islamic Boarding Club di Air Meles, filial Pesantren Darunnajah Jakarta, melalui guru kami yang alumni Pesantren Subulussalam Sriwangi, Komering.
Sriwangi adalah akar pesantren khas Jawa di Sumatera Selatan dan sekitarnya yang dari sinilah guru-guru kami dari Lirboyo berasal. Melalui transmigrasi, pesantren menjadi instrumen efektif bagi transmigran menggerakkan tradisi sebagai motivator transformasi basis menjadi modal sosial mereka.
Baca Juga: Dari Semangat Hijrah Menjadi Kiai Besar: Potret Kiai Affandi dalam 40 tahun PPNH Sukaraja
Meskipun saya termasuk murid yang koplak, yang pernah digrujuk, dita’zir dan lainnya, tapi sebuah kesadaran saya rasakan tumbuh, bahwa sesuatu yang paling spesial itulah yang membuat hidup ini berkesinambungan dari dunia hingga akhirat. Melalui Pesantren Nurul Huda Sukaraja, jembatan Lirboyo di Sumatera bagian Selatan terutama basis wilayah transmigran, saya merasa merdeka sebagai manusia Indonesia.
Semoga dunia pendidikan kita yang khas Indonesia baik yang fokus melestarikan tradisi maupun yang fokus dengan agenda modernisasi secara harmoni semakin berkembang. Salam hangat kopi. Salam berkah untuk kita semua.[]
Baca Juga: Ki Zaidin Burhany: Murid Inyiak Canduang Pejuang Provinsi Bengkulu
Leave a Review