Pondok Pesantren al-Manaar adalah satu pondok pesantren tertua di Sumatra Barat. Ia sudah ada sejak abad ke-18 dan masih eksis hingga hari ini. Pondok ini terletak di Nagari Batuhampar, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Oleh: Anes Wari, Aisiah, dkk
Awalnya, Pondok Pesantren al-Manaar ini bermula dari sebuah surau kecil yang didirikan oleh Syekh Abdurrahman pada tahun 1824. Beliau menerapkan sistem pendidikan halaqah dalam mengajarkan qira’at al-Qur’an. Karena kepemimpinan beliau dalam pendidikan, surau ini menjadi terkemuka ke penjuru negeri. Ada banyak orang siak (santri/murid) datang ke Batuhampar untuk belajar padanya. Urang–urang siak ada yang berasal dari daerah Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, dan juga Sumatera di bagian Selatan datang ke Batuhampar untuk belajar al-Qur’an.
Kemudian, dengan banyaknya murid yang datang, Syekh Abdurrahman memiliki ide untuk membangun surau gadang yang ia kelola menjadi sebuah kompleks bernama ‘Kampung Dagang’. Selama masa kepemimpinannya Syekh Abdurrahman telah mendidik ribuan orang siak yang di antaranya berhasil menjadi ulama di berbagai daerah.
Syekh Abdurrahman wafat pada usia ke 122 tahun. Usia ini sungguh sangat langka ditemukan pada manusia zaman sekarang. Umur yang panjang ini menjadi berkah tersendiri baginya untuk mendidik lebih banyak orang siak semasa hidup beliau.
Sepeninggal syekh Abdurrahman, kepemimpinan taman pendidikan Al-Qur’an di kompleks Kampung Dagang dilanjutkan oleh keturunannya; anak-anak dan cucunya. Penerus pertama ialah Syekh Muhammad Arsyad. Ia memimpin surau gadang warisan ayahnya sejak tahun 1899 hingga 1924. Selama dua puluh lima tahun di tangan dinginnya taman perguruan Al-Qur’an surau gadang mengalami perkembangan pesat, ditandai dengan sangat banyaknya orang siak yang datang belajar ke surau Batuhampar.
Pada periode selanjutnya tampuk kepemimpinan surau Batuhampar diteruskan oleh cucu Syekh Abdurrahman (anak Syekh muhammad Asyad), yakni Syekh Muhammad Arifin Arsyadi dari tahun 1924 hingga 1938. Pada masanya taman perguruan Al-Qur’an Batuhampar juga banyak didatangi oleh orang-orang siak dan mulai dilakukan pembaharuan dengan memberikan pelajaran umum kepada murid-muridnya semenjak tahun 1931.
Periode 1938-1949 kepemimpinan Taman Perguruan al-Qur’an di nagari Batuhampar dilanjutkan oleh Syekh Ahmad. Sepeninggal beliau dilanjutkan oleh Syekh Darwisy Arsyadi (adik dari Syekh Arifin) dari tahun 1952 hingga 1964.
Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Syekh Damrah Arsyadi dari tahun 1964 sampai 1992. Pada masanya dilakukan reformasi kelembagaan dengan mendirikan pondok pesantren Al-Manaar pada 10 Juli 1943. Ia tidak banyak melakukan perubahan pada lembaga yang diasuhnya. Namun kiprah dan dedikasinya berandil besar dalam pembangunan Ponpes Al-Manaar yang memiliki arti menara atau mercusuar. Syekh Dhamrah Arsyadi memimpin Ponpes Al-Manaar selama 28 tahun. Beliau wafat tahun 1992.
Kepemimpinan Ponpes Al-Manaar dilanjutkan oleh buya H. Sya’rani Khalil Dt. Majo Reno. Beliau memimpin Ponpes Al-Manaar sejak 1992 hingga 2021. Kiprahnya terkenal dalam memimpin suluk di surau Batuhampar. Kepemimpinan Ponpes Al-Manaar saat ini dipegang oleh Drs. H. Mazmur Sya’rani semenjak tahun 2021 hingga kini (2023).
Demi mempertahankan eksistensi ponpes Al-Manaar, pemimpin Ponpes tetap terus berupaya mempertahankan kualitas pengajaran dan fasilitas belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya murid yang belajar di Ponpes Al-Manaar dan guru yang mengajar. Selain hal tersebut, fasilitas ponpes Al-Manaar tergolong lengkap mulai dari gedung sekolah berlantai dua, asrama, ruang belajar beserta isinya, fasilitas olahraga dan lainnya. Hingga hari ini Ponpes Al-Manaar tetap menampung banyak murid dari berbagai daerah.
Wisata Religi
Untuk melestarikan dan mempertahankan eksistensi Ponpes Al-Manaar, pihak Ponpes membuka wisata religus. Ada banya potensi wisata religius di kompleks surau dan Ponpes Al-Manaar Batuhampar. Sebenarnya dari dulu sudah ada kemegahan bangunan menara dan gobah meski pun usianya sudah tua.
Potensi wisata religius lainnya yang bisa diangkat adalah kegiatan ziarah kubur ke makam-makam para Syekh pemimpin Pondok Pesantren terdahulu. Banyak pendatang dari jauh berkunjung ke Batuhampar untuk berziarah ke makam. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung dalam hitungan ribuan peziarah dan biasanya mereka datang saat momen puasa, lebaran, ataupun hari-hari besar Islam lainnya. Banyaknya para peziarah yang datang sampai memenuhi jalan raya hanya untuk melakukan ziarah ke makam. Dengan demikian wisata religius tentu menjadi salah satu potensi yang besar untuk mempertahankan tradisi keislaman agar tidak lekang waktu.
Leave a Review