scentivaid mycapturer thelightindonesia

Pondok Pesantren Syekh Muhammad Yatim: Masjelis Muzakarah Tertua di Padang Pariaman (Sebuah Catatan Perjalanan)

Pondok Pesantren Syekh Muhammad Yatim Masjelis Muzakarah Tertua di Padang Pariaman (Sebuah Catatan Perjalanan)
Foto Dok. http://adamanhuri.blogspot.com/

Pada hari kamis, 7 Januari lalu saya menghadiri majelis muzakarah di Pondok Pesantren Syekh Muhammad Yatim Ampalu Tinggi, Kec. VII Koto Sungai Sariak. Majelis muzakarah ini diadakan sebulan sekali setiap hari Kamis, minggu pertama kalender hijriah. Sebagai warga Padang Pariaman dan bagian dari kalangan surau (pesantren), saya sudah lama mendengar nama pesantren ini. Salah satu bahan tertulis tentang pesantren ini yang pernah saya baca adalah buku karya Armaidi Tanjung dengan judul “Tuanku Menggugat: Direktori Pondok Pesantren di Padang Pariaman”. Dari buku tersebut saya mengetahui bahwa pesantren ini adalah salah satu pesantren tua di Minangkabau yang regenerasi kepemimpinannya berjalan dengan baik sampai saat ini.

Sekitar setahun yang lalu saya juga sudah bergabung dengan grup Whatsapp yang digagas oleh ulama pimpinan majelis muzakarah di pesantren ini yang diberi nama “MUSYAMMI”. Grup ini adalah ruang majelis muzakarah virtual bagi alim ulama Minangkabau yang berpaham ahl sunnah waljama’ah dalam akidah, bermadzhab Syafi’i dalam fikih dan bertarekat Syathariyah dalam tasawuf. Tapi saya tidak begitu aktif dalam grup ini.

Baca Juga: Tiga Orang Ahmad Khatib dari Minangkabau

Kehadiran saya ke majelis muzakarah ini dimotivasi oleh pertemuan saya dengan salah seorang ulama muda yang aktif di grup MUSYAMMI, Hendra, Tuanku Bandaro Panjang, di daerah Koto Mambang beberapa hari sebelum acara. Majelis muzakarah ini mirip Bahtsul Matsa’il di organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Majelis muzakarah ini dipimpin oleh seorang moderator yang dipilih oleh majelis. Tokoh ulama yang hadir, selain panitia, adalah Shahibul Bait, Pimpinan Pesantren Syekh Muhammad Yatim, Buya Khaidir dan salah seorang pimpinan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Batang Kabung, Padang, Buya Mahyuddin, Tk Sutan.

Majelis muzakarah Pesantren M. Yatim adalah majelis muzakarah tertua di Padang Pariaman, dan salah satu yang tertua di Minangkabau. Menurut Tk Hendra, muzakarah ini didirikan oleh Syekh M. Yatim. Selain Syekh M. Yatim, tokoh ulama terkenal yang menonjol pada majelis muzakarah ini pada waktu itu ialah Syekh Ungku Sidi Talue. Pada era Syekh M. Yatim, majelis muzakarah ini pernah menarik perhatian dunia intelektual surau (pesantren) Minangkabau. Majelis ini tidak hanya dihadiri oleh ulama dari Kab. Padang Pariaman, tetapi juga menarik perhatian beberapa tokoh ulama daerah darek (dataran tinggi Minagkabau). Berdasarkan riwayat yang diterima Tk Hendra dari Buya Khaidir, Syekh Sulaiman Arrasuli (pendiri Perti dan MTI Canduang) dan Buya Hamka pernah datang ke majelis ini. Pada masa itu majelis muzakarah ini selalu ramai dihadiri oleh alim ulama dan masyarakat awam dari berbagai pelosok Minangkabau terutama daerah Kab. Padang Pariaman. Di era kontemporer ini pun, lanjut Tk. Hendra, majelis masih ramai jika masalah yang dibahas termasuk isu yang hangat dalam pandangan publik. Secara umum, masalah yang dibahas pada majelis muzakarah ini adalah isu-isu yang berkaitan dengan hukum fikih. Sebelum jadwal muzakarah para ulama melakukan penelitian tentang tema yang dibahas di kitab-kitab fikih baik yang klasik dan kontemporer. Di hari muzakarah, para ulama berdiskusi menyampaikan hasil penelitian, dan mengemukakan argumen masing-masing. Di akhir acara dicari kata sepakat tentang keputusan majelis tentang masalah yang dibahas.

Pesantren Syekh Muhammad Yatim adalah salah satu pesantren tua di Minangkabau yang cukup terkenal pada masa dulu. Selain disebabkan oleh adanya majelis muzakarah, keharuman nama pesantren ini juga berkat kealiman pimpinan dan para alumninya. Ramai di antara alumni pesantren ini yang menjadi ulama besar seperti Syekh Ungku Sidi Talue, Syekh Buya Ungku Saliah Kiramaik, Syekh Muhammad Yunus (Buya Tuanku Sasak, Pasaman). Bahkan ayah Buya Hamka, Haji Rasul atau Syekh Dr. Abdul Karim Amrullah, menurut Buya Khaidir, pernah belajar di pesantren ini. Memang di salah satu buku karangannya, Buya HAMKA pernah menulis bahwa ayahnya (Syekh Abdul Karim Amrullah) bercerita bahwa sang ayah pernah diantar oleh ayahnya (kakek Buya HAMKA) belajar ke salah satu pesantren di Sungai Rotan, Pariaman. Namun dalam buku tersebut beliau tidak menyebut nama pesantrennya. Dalam hal ini perlu penelitian lebih lanjut.

Setelah salat zuhur, sambil istirahat di serambi Masjid, saya mencoba menggali sejarah pendirian dan regenerasi kepemimpinan Pesantren Syekh M. Yatim kepada pimpinan pesantren saat ini, Buya khaidir. Buya Khaidir menceritakan bahwa pendiri pesantren ini ialah Syekh ‘Usman (w. 1715 M), yang hidup sezaman dengan Syekh Burhanuddin. Kemungkinan beliau adalah murid Syekh Burhanuddin atau murid dari murid Syekh Burhanuddin tapi masih sempat bertemu. Diriwayatkan oleh Buya Khaidir bahwa pemimpin pesantren ini sering menghadiri pertemuan alim ulama di Ulakan yang digagas oleh Syekh Burhanuddin. Syekh ini mengajar selama 82 tahun. Kemudian kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh Syekh Tuankuk Labai (w. 1807 M), mengajar selama 33 tahun; Syekh Talawi (w. 1880 M) mengajar selama 40 tahun; Syekh Sunda Katapiang (wafat di Mekkah pada 1840 M); Syekh Muhammad Yatim (w. 1950 M), mengajar selama 70 tahun; Syekh Ibrahim (w. 1988 M), mengajar selama 34 tahun. Semua ulama di atas, kecuali Syekh Sunda Katapiang dan Syekh M. Yatim, bermakam di sebuah bukit kecil masih dalam kompleks pesantren. Di dinding makam, tertulis nama ulama tersebut dan keterangan tentang tahun dan tempat wafatnya.

Baca Juga: Ulakan Situs Ziarah

Sampai saat ini pesantren masih eksis dan aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran walau tidak memiliki ramai santri. Proses belajar mengajar di pesantren ini masih menggunakan sistem tradisional (system halaqah) dan murni ilmu agama (takhashush kitab kuning). Di tengah-tengah kompleks pesantren berdiri sebuah masjid yang megah, yang merupakan bantuan dari TV One setelah musibah gempa yang melanda Kota Padang dan Kab. Padang Pariaman pada 2009 silam.

23 Jumadil Awal 1442
7 Januari 2021

Ridwan Arif
Ridwan Arif, M.I.S, Ph.D, Tk. Bandaro merupakan Dosen Universitas Paramadina ,Jakarta dan alumni International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), International Islamic University Malaysia (IIUM).