scentivaid mycapturer thelightindonesia

Professor Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih; Ulama Ahli Hadis dan Pimpinan Pesantren Darul Hadis Faqihiyyah Malang

Professor Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih; Ulama Ahli Hadis dan Pimpinan Pesantren Darul Hadis Faqihiyyah Malang
Foto: Professor Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih/ Dok. Penulis

Professor Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih

Beliau adalah ulama yang dikenal ahli dalam bidang hadis. Mampu menghafal puluhan ribu hadis dengan sanad-sanadnya. Sehingga tidak mengherankan atas penguasaan keilmuan mendalamnya dalam kajian hadis dan ilmu-ilmu keislaman, beliau dianugerahi Professor Hanoriscausa dari India, Pakistan, bahkan dari Al Azhar Mesir. Di antara hal yang maklum bahwa di India begitu banyak para ulama dan ahli dalam bidang hadis. Mereka juga pengarang Kitab-kitab hadis sebagai ulasan atas kitab-kitab induk hadis seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan lain-lain. Mereka umumnya bermarga; Al Mubarakfuri, Al ‘Azami, Al Sarhanpuri, Al Kandahlawi, Al Nadwi, Al Laknawi dan marga lainnya. Maka pengakuan ulama India terhadap keilmuan Habib Abdullah Bilfaqih adalah sebuah kebanggaan bagi Indonesia tentunya. Karena tidak banyak para ulama yang mendalami kajian hadis secara khusus dan spesifik.

Baca Juga: Apakah Ahli Fikih Itu Ahli Hadis Juga?

Professor Habib Abdullah merupakan pewaris tunggal keilmuan dari ayahnya yang juga seorang ulama besar dan pendiri Pesantren Darul Hadis Faqihiyyah Malang yaitu Al Habib Abdul Qadir Bilfaqih. Pesantren Darul Hadis Faqihiyyah dibangun oleh ayahnya pada tahun 1945 di antara lulusan Pesantren ini selain Habib Abdullah Bilfaqih adalah Professor Quraish Shihab pernah belajar beberapa tahun kepada Habib Abdul Qadir Bilfaqih di Pesantren Darul Hadis Faqihiyyah Malang, sebelum Prof Quraish Shihab berangkat ke Al Azhar Kairo Mesir. Ketika belajar disini Prof Quraish Shihab mulai terasah bakatnya dalam berpidato. Sehingga saking jagonya ceramah oleh adik-adiknya Prof Quraish dipanggil dengan “Bang Odes” demikian disebutkan dalam autobiografi Prof Quraish Shihab.

Semenjak kecil Habib Abdullah Bilfaqih telah ditempa oleh ayahnya dengan berbagai bekal keilmuan, beliau telah mampu menghafal Al Qur’an dibawah usia sepuluh tahun dan di usia dua puluh tahun beliau telah khatam mengaji dan menghafal kitab Sahih Bukhari Muslim dengan sanad-sanadnya. Pada dua ulama ahli bait ini berkumpul semangat ayah untuk mendidik anaknya agar menjadi ulama dan ilmuan, demikian pula semangat anak untuk bertekun belajar kepada sang ayah. Sehingga disebutkan pada masa belajarnya, Habib Abdullah Bilfaqih selalu membawa kitab dimanapun beliau berada. Setelah mewariskan berbagai cabang keilmuan kepada anaknya Habib Abdullah Bilfaqih, wafatlah Habib Abdul Qadir Bilfaqih pada tahun 1962. Pada saat wafatnya Habib Abdul Qadir Bilfaqih, Habib Abdullah masih berusia muda 26 tahun, karena beliau lahir di tahun 1936. Setelah wafat ayahnya, Habib Abdullah Bilfaqih lah yang melanjutkan kiprah keilmuan dan keulamaan sang ayah. Beliau melanjutkan pula kepemimpinan pesantren Darul Hadis Faqihiyyah Malang dan di antara santrinya yang berasal dari Aceh yang telah menjadi ulama adalah Waled Nuruzzahri Samalanga yang juga murid dari Abon Samalanga. Selain kepada Habib Abdul Qadir Bilfaqih, Habib Abdullah juga berguru kepada ulama besar Habib Ali Bungur yang juga guru dari para ulama dan habaib termasuk guru dari Kiyai Besar Mu’allim Syafi’i Hazami.

Baca JUga: Syekh Muhammad Yasin Padang: Tokoh Kunci Sanad Keilmuan Islam Kontemporer

Selain sebagai murabbi yang handal, Habib Abdullah Bilfaqih juga dikenal sebagai penulis berbagai kitab dan Pengarang hebat. Bahkan tulisannya bukan hanya dimuat dalam media nasional, bahkan sampai ke media massa Timur Tengah, karena beliau ahli dalam bahasa Arab. Habib Abdullah Bilfaqih juga pernah menjadi penasehat beberapa lembaga penting di Indonesia termasuk pernah menjadi penasehat Menkokesra. Setelah berbagai kiprah yang besar dengan kajian hadis yang mendalam, Wafatlah ulama ahli hadis tersebut pada tahun 1992.[] Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.

Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary
Ketua STAI al Washliyah Banda Aceh; Pengampu Pengajian Rutin TAFITAS Aceh; dan Penulis Buku Membumikan Fatwa Ulama