Puisi-puisi Andre Yansyah
Andre Yansyah
———————–
Sepotong Senja di Pulauku
Sepotong senja di pulauku
Adalah kesetiaan paling sacral
Sebab, kesaksian mata silaunya
Menyimpan sebongkah perkasa diksi
Yang kerap melahirkan mozaik puisi tak kunjung usai
Hingga, majas-majas kerdil di tubuh kertas
Kembali mengembara ke jantung langit
Atas nama doa dan pengharapan
Aku mesti harus melangkah melampaui arah
Dimana tempatku mengeja duri-duri sakti
Dari segenap kesucian zikir yang hakiki
Barangkali, hidup adalah kematian
Ketika aku tak mampu bangkit dari keterpurukan
Sebab, rute-rute garis hidup
Tunggal tak kunjung tanggal di pekarangan nasib
Kali ini, aku masih getir, Tuhan
Melafal riwayat sekuntum daun
Sebab, bilamana sungai-sungai
Masihlah tak henti-henti mengalir ke hilir jiwa
Maka, cukuplah sepotong senja
Yang kan mewakili ranggas-riangnya kata-kata.
Annuqayah, 2019
Baca Juga: Sajak-sajak Tino Endang Satria
Andre Yansyah
————————–
Senandung Ombak
Seperti mutiara berkilauan di rongga-rongga mata
Matahari jatuh di permukaan laut
Menyulap ombak jadi warna pelangi
Di langit, bidadari-bidadari samudra berkejaran
Menjelma duyung jelita saat kaki menyentuh buih
Camar-camar beterbangan
Dengan keriangan bocah laut mengejar ikan
Di pantai, bulan menyelimuti bakau menyentuh pucuk-pucuk kelapa
Di cakrawala, gambar-gambar bintang menjelma mata angina
Wewangi hutan jadi sempurna bersama aroma cengkeh
Pohon-pohon dan ceruk goa rundu dalam baying
Rumah-rumah sempurna dari tengkorak-tengkorak beserta jejak
Riwayat-riwayat tersimpan di kebisuan karang
Sabar menunggu hempas gelombang
Seperti perempuan sabar menghitung purnama
Menunggu kekasih datang dari balik pasang lautan
Bersama bau tuna bakar dan keringat nelayan
Esok, fajar adalah leret-leret cahaya surga
Bocah-bocah riang berjalan menenteng gate-gate atau jupi
Berebut, mencebur ke laut yang menjelma warna kupu-kupu.
Annuqayah, 2019
Andre Yansyah
Andre Yansyah
————————
Perempuan Puisi
“teruslah tumbuh dalam anganku,
sebagaimana laut tak pernah lepas dari asinnya”
Engkau adalah perempuan
Yang tak kunjung usai menjelma bayang-bayang dalam benakku
Alir nadiku, sebongkah lumbung jiwa
Bahkan, di sepanjang percakapan mimpi-mimpi paling hakiki
Maka, tak perlu kau heran dan tercengang
Bilamana, sering kali ku sebut
Engkaulah puisiku yang sempurna
Sebab, dari sekujur tubuhmu diksi-diksi ku hadir
Dari nyalang matamu majasku tumpah
Juga dari bara batinmu
Khayalku bercakap-cakap dengan sunyi
Menuntaskan kisah dan peristiwa
Dalam segenap peradaban.
Annuqayah, 2019
Baca Juga: Puisi-puisi Raudal Tanjung Banua II
Andre Yansyah
————————-
Harokah Secangkir Kopi
Barangkali, akulah penikmat pahit dan manismu
Ketika malam bertandang di ujung mata
standan pekat dari hasrat
Kelam jua pada keruh paling sendu
Sebelumnya, ku ikat tali janji pada sunyi
Sebagaiman janji biji-biji kopi padaku
Maka, tak perlu lagi ku retas hirau
Sebab cemas di batinku
Sempurna ranggas di lumbung dada
Dari ampasnya, aku belajar kekar hidup
Menapaki beberapa jalan liku
Antara merdeka dan tumpah air mata.
Annuqayah, 2019
Andre Yansyah
————————-
Aku adalah Riak Gelombang di lautan
Asaku hempas gelombang
Dari kekar garang karang menghadang
Yang kerap bimbang menafakkuri siang
Telah ku tafsir berulang kali emosi laut
Asin garam mengembara di ceruk dada
Menerjemahkan resah langit
Pada kidung senandung mendung
Lalu, rinai hujan
Kembali menari-menari di pundak buih
Sauh-sauh yang menancap di kebisuan batu
Menenggelamkan nyinyir arus di ruas-ruas cendawan emas
Lantas, ikanpun ring jumpalitan
Bermain-main dengan harapan
Senja mulai susup di mataku
Gelora malam mulai hadir di jantung-jantung sunyi
Mencipta gerlap mata seribu bintang
Juga kesaksian riwayat hakiki di mata bulan.
Annuqayah, 2019
Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com
Puisi-puisi Andre Yansyah
Leave a Review