Puisi-puisi Khafifah Puisi-puisi Khafifah
Perihal Kuda (Kuliah Daring)
Oleh: Khafifah
———————-
Membicarakan tentang kuda
Saat ini jadi terpikir ternyata untuk menuntut ilmu kita harus ikut kuda
Bukan kuda yang laju itu, harusnya selayaknya kuda
Iya… yang dimaksud kecepatannya
Kuliah daring…
Yang kecepatannya tak sekencang kuda
Tiba-tiba suara orang menjadi gagap terbata-bata
Lalu, ada yang menjadi mirip robot bicaranya
Bahkan, berubah menjadi patung seketika
Lucu memang, harus beradaptasi dengan yang ada
Jaringan hadir seperti takdir yang hanya mampu diubah lewat doa
Tak lupa kuota juga harus tersedia
Memang sekarang membicarakan pandemi ini
Seakan hal yang tak pasti
Entah mentok atau mungkin tak bertepi
Namun, satu hal yang dapat dimengerti
Ini akan menjadi kisah yang menarik untuk anak cucu nanti
Kau Salah dan Benar
Oleh: Khafifah
———————-
Kau menyuruhku untuk tidak mengkhawatirkanmu
Kau salah…
Aku selalu menunggumu walau bunga yang lain mulai melayu
Tapi aku yakin kau pasti bahagia dengan angin
Kau benar…
Senja lebih luar biasa dibanding fajar
Kau berjanji untuk kembali saat matahari tergelincir
Kau salah lagi…
Aku berharap kau kembali saat fajar datang
Dan jangan tinggal di mimpiku di bawah sinar bulan
Kau benar lagi…
Saat pagi datang kau akan menghilang lagi
Namun, jika waktu memungkinkan
Kau akan kembali padaku seperti sebuah kebetulan
Berhenti berterima kasih atas semua kesan mendalam
Karena kau benar-benar dirindukan
Roman Jerawatan
Oleh: Khafifah
———————-
Mungkinkah?
Makhluk dunia bermulut gila tanpa rasa
Seakan dirinya berniaga di ujung perasa
Nyatanya mata tak guna untuk merasa
Bahkan jiwanya sudak tak terasa
Merasakan rasa yang tersisa
Seolah terjadi padanya
Bisakah?
Kejanggalan yang tersemai hampir disemua sudut ini
Tumbuh bersama rasa sabar yang dimiliki
Hingga menuai kemulusan abadi
Hanya dengan dibedaki kata basa yang keluar dari diri tak berbudi
Lalu, begitu saja tertutupi
Sempatkah?
Segala usaha menghunjam pemalut bergeronjal
Dari yang abal-abal sampai yang halal
Tampak tetapi berwujud nanar di sepasang mata bebal
Kiranya semua tak pakai modal
Ihwal tetap burik dan berwajah tebal
Salahkah?
Tidak ada yang pernah akan dan ingin
Berhadapan dengan rintangan beriring pengorbanan
Berhenti untuk semua cacian
Tak ada kata menyerah sebelum mencapai impian
Dari seseorang dengan roman jerawatan
Baca Juga: Puisi-puisi Moehammad Abdoe #I
Baca Juga: Lima Buah Puisi Achmad Zulkifli Altinus
Leave a Review