scentivaid mycapturer thelightindonesia

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar I

Puisi-Puisi Maulidan Rahman Siregar I
Ilustrasi/Dok. http://www.artnet.com/artists/imre-drocsay/aquatic-life-7Y-o_VwAKD8FLNaq_ufMow2

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar I, AQUARIUM HIDUP, PUSTAKA HIDUP, duh, buku pengantar jenazah

AQUARIUM HIDUP

ikan-ikan di layar kaca, menarikan riak
agar tubuh selalu bergolak
ia memintamu untuk selalu bangun
dari tidur panjangmu
tapi kau mager pakai banget
dan kau terus saja malas.
 
ini Minggu katamu!
dan salju sampai ke kamarmu
kau ingin dipeluk?
tidak, kau tak ingin dipeluk.
tetapi sunyi selalu bunyi, dan ikan-ikan
di layar kaca
sudah terbang ke angkasa
menarikan, menyanyikan hujan
kau ingat kekasihmu yang jauh
yang masih di tubuhmu.

o, umur panjang
o, dada lapang
o, kepulangan, o sujud ibu
o uang bapak?
sejak kapan ikan-ikan, sampai lagi ke rumah?
pulangkah ia ke dalam doa?
atau doa-doa yang sudah amis
seperti ikan-ikan
2019

PUSTAKA HIDUP

setelah pulang memancing harap
kau taruh jorang kesayanganmu, di atas
lemari
yang penuh dengan baju-baju kita
baju kepalsuan, baju kekalahan, baju
kematian
bahagia? tiada lagi bahagia di garis tangan
meski matahari pagi terus saja bersinergi
memberi arti
dan rasanya
aku lebih baik mati saja
hilang saja dari bumi
sejak kau lempar kursi tepat ke arah muka
muka jelek ini bertambah jelek, saja
tapi di pustaka
ada satu tulisan di kacanya
“bagaimana pun, hidup harus terus digebuk”
2019

DUH

duh, demi segala doa pending
yang menggiring kepalaku untuk
selalu miring
demi tengadah merdu di malam ke seribu
tepat, ketika Kau menemukan aku,
menemukan, Kamu?
duh, kugeser lagi penawaran
seperti rayuan tengkulak di awal panen
birahi dan  segala mau
pulangkah, ia nanti?
segala tamak ini, Tuhanku
pulangkah, ia nanti?
pada-Mu, aku hanyalah sebiji ketombe
di rambut Syahrini
kasihmu jualah
cintamu jualah
yang akan selesaikan rumah ini
tapi aduh, ya Rabbi
aku ingin selalu ke jamban
ketika ibadah
2019

BUKU LENGKAP MENGURUS JENAZAH

sabtu kelabu, cantik wajahmu bisu
yasinan, dan doa-doa di beranda
kau, di sana, di samping kipas yang berputar
berulang
tiada lagi cantik wajahmu
tiada lagi, gingsul gigi indahmu
bisu, semuanya bisu
termasuk semua orang yang yasinan, dan
doa-doa di beranda
kelabu, biru jiwaku
tiada lagi kata ‘berdua’
kita dikebat polong dan sekat
kau selamanya di sana
dan segala cita-cita
baal seketika
tapi hidup harus terus berlanjut
makanya aku terus siaran
membacakan buku untuk selalu
mengingatmu
buku lengkap mengurus jenazah
aduh!
2019

Baca Juga: Mengunduh Video Dangdut Terkini, Puisi Maulidan Rahman Siregar

Maulidan Rahman Siregar
Lahir di Padang 03 Februari 1991. Menulis puisi dan cerpen di berbagai media. Bukunya yang telah terbit, Tuhan Tidak Tidur Atas Doa Hamba-Nya yang Begadang (2018) dan Menyembah Lampu Jalan (2019)