Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar I, AQUARIUM HIDUP, PUSTAKA HIDUP, duh, buku pengantar jenazah
AQUARIUM HIDUP
ikan-ikan di layar kaca, menarikan riak agar tubuh selalu bergolak ia memintamu untuk selalu bangun dari tidur panjangmu tapi kau mager pakai banget dan kau terus saja malas. ini Minggu katamu! dan salju sampai ke kamarmu kau ingin dipeluk? tidak, kau tak ingin dipeluk. tetapi sunyi selalu bunyi, dan ikan-ikan di layar kaca sudah terbang ke angkasa menarikan, menyanyikan hujan kau ingat kekasihmu yang jauh yang masih di tubuhmu. o, umur panjang o, dada lapang o, kepulangan, o sujud ibu o uang bapak? sejak kapan ikan-ikan, sampai lagi ke rumah? pulangkah ia ke dalam doa? atau doa-doa yang sudah amis seperti ikan-ikan |
2019 |
PUSTAKA HIDUP
setelah pulang memancing harap kau taruh jorang kesayanganmu, di atas lemari yang penuh dengan baju-baju kita baju kepalsuan, baju kekalahan, baju kematian bahagia? tiada lagi bahagia di garis tangan meski matahari pagi terus saja bersinergi memberi arti dan rasanya aku lebih baik mati saja hilang saja dari bumi sejak kau lempar kursi tepat ke arah muka muka jelek ini bertambah jelek, saja tapi di pustaka ada satu tulisan di kacanya “bagaimana pun, hidup harus terus digebuk” |
2019 |
DUH
duh, demi segala doa pending yang menggiring kepalaku untuk selalu miring demi tengadah merdu di malam ke seribu tepat, ketika Kau menemukan aku, menemukan, Kamu? |
duh, kugeser lagi penawaran seperti rayuan tengkulak di awal panen |
birahi dan segala mau pulangkah, ia nanti? segala tamak ini, Tuhanku pulangkah, ia nanti? |
pada-Mu, aku hanyalah sebiji ketombe di rambut Syahrini kasihmu jualah cintamu jualah |
yang akan selesaikan rumah ini tapi aduh, ya Rabbi aku ingin selalu ke jamban ketika ibadah |
2019 |
BUKU LENGKAP MENGURUS JENAZAH
sabtu kelabu, cantik wajahmu bisu yasinan, dan doa-doa di beranda kau, di sana, di samping kipas yang berputar berulang tiada lagi cantik wajahmu tiada lagi, gingsul gigi indahmu bisu, semuanya bisu termasuk semua orang yang yasinan, dan doa-doa di beranda kelabu, biru jiwaku tiada lagi kata ‘berdua’ kita dikebat polong dan sekat kau selamanya di sana dan segala cita-cita baal seketika tapi hidup harus terus berlanjut makanya aku terus siaran membacakan buku untuk selalu mengingatmu buku lengkap mengurus jenazah aduh! |
2019 |
Baca Juga: Mengunduh Video Dangdut Terkini, Puisi Maulidan Rahman Siregar
Leave a Review