Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar II
KITAB SUCI
ke dalam sukma di malam sendumu Tuhan sedang bercanda dengan banyak suaka serta ayat-ayat yang lucu, ia mengelus ubun- ubunmu tubuh sufimu lantas kerdil begitu takut, kau takut dengan namanya mati? begadang, kau terus begadang di malam- malam panjang dan apa saja yang menuju sukma remuk bersama seluruh cahaya di tengah gelap hebat itu kau mabuk tanpa ampun seperti sopir yang kehilangan kepala ya, akhirnya kau selesai juga di sepanjang doa |
2019
STORY TO TELL
seekor kambing melewati mimpimu dan kau, seperti dikejar waria ingin lepas dari tidurmu keping demi keping kenangan menyentuh jantungmu kau dikepung bom waktu tepat di balik jantung itu, di wilayah paling sepimu si kambing menawarkan kembali pertanyan yang sama, “kau ingin hilang atau selamanya, kau ingin isi jantung atau darah belaka” kau terjengkang dari ranjang mungilmu susah payah mengumpulkan nafas dinding dan atap kamar mulai mengeluarkan aroma atmosfernya hingga ke dada kau pacu lagi detak jantungmu dan lagi, kau ingat lagi, seekor kambing yang melewati mimpimu |
2019
Baca Juga: Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar I
TEMPTATION
tomat remuk digiling batu, aku jagung rebus di mulut ibu, kamu kita, sungguhlah jauh-jauh berbeda di utara, di atas laju kota kau menari, setiap hari menari di atas doa-doa segala insan yang ingin lekas kaya membenam di selatan dipijak, selalu dipijak, aku aku tanah aku batu, aku debu? iya, debu elegi tiada henti setiap hari mengalir, menjadi nyawa setiap lagu di semedi inilah, kiranya kuhidupkan lagi jiwa yang pingsan dan kehilangan agama? dipijak membenam, aku disuruh patuh disuruh takut kecamuk, tidak, tidak akan mati aku meski nyawa lagi-lagi terhisap di insang kata-kata menari, aku menari tiada atau di dalam, kamu menari, aku menari meski hilang seluruh aku tenggelam di dalam kamu |
2019
BARA
di ruang jauh, di leburnya waktu doa seteduh empun pagi menyuruhmu untuk segera pulang didih, terbakal simpul ruhmu tangis, kau menangis lagi tubuhmu dikepung amuk kota kau bisa apa? selain mengirim kata peluk-cium-hangat- sayang lewat jantung telepon pintar ya, cuma tangis yang kau punya! |
2019
Baca Juga: Puisi-puisi Farid Merah
Leave a Review