Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Kemarau di Wajahmu
Kemarau di wajahmu adalah kemarau berbalut rindu
Saat pucuk mayang menyerap embun
Kau peluk mentari hendak menyapa
Sebegitu eratnya, ku lukiskan gundah gulana
Inikah kemarau di wajahmu
Yang terselip di antara ribuan rengginang
Mabuk mandam sajak burung terkulai
Terbaring di tanah tandus menerpa
Tanpa hirauan, tanpa ocehan
Rayulah sabda alam di balik rembulan
Lantas bianglala memeluk tubuhmu yang mungil serta kerontang
Biar hujan rintik-rintik menyamar di antara mulut yang bisu
Sehingga tak ada lagi kemarau di wajahmu.
(Pamekasan, 2020)
Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Kerling Mata Ibu
Di matamu
Aku belum menemukan hikayat hujan
Yang ranggas berjatuhan
Saat rindu memeluk awan
Di matamu
Sukar aku dapatkan
Pagi yang basah
Pada titik embun menemui basah
Juga di matamu
Aku masih belum menemukan
Ranting-ranting pohon tanpa daun
Menghempas doamu tiada ujung
Tapi di matamu
Sungguh kutemukan burung-burung jingga
Berlutut pada langit penuh rona
Lalu meminta senyummu menjelang senja.
(Prenduan, 2020)
Baca Juga: Puisi-puisi Mahlil Bunaiya Bagian II
Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Hikayat Batu Kapur
Hanya batu-batu
Yang menggores titian kalbu
Reruntuhan menjadi beranak tangga
Untuk kita menculik senja dari ufuknya
Hanya batu-batu
Yang menggores titian kalbu
Reruntuhan menjadi beranak tangga
Untuk kita menculik senja dari ufuknya
Lir sa alir
Mari tembangkan riwayat seserpihan
Terbawa angin, parau gelombang
Selagi awan setia berlayar
Di tubuh Jaddih bumi Bangkalan*
(Kobhung, 2020)
*Bangkalan : kota ujung barat Pulau Madura.
Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Atma Luka
Setiap kali engkau bertanya
Kemana lagi luka-luka mesti berhijrah
Selagi hujan masih menggenang di tepi pasrah
Pada keranda telah ditimang
Bersama hening merekah kenang
Barangkali engkau selalu merapal
Bagaimana sukarnya kisah untuk ditinggal
Hingga ruh lebih suka mendesau selepas malam
Menyaksikan kamboja landai di pemakaman
Sungguh benar
Kembang kemenyan sebelum menyemerbak
Memahat kasih, meretas jarak
Menyaksikan rebahan rumpun doa
Yang membujur memeluk rela.
(Pamekasan, 2020)
Baca Juga: Puisi-puisi Wahyu Hidayat
Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Di Tubuh Waktu
Di tubuh waktu
Ricik kenangan tumpah di matamu
Sebelum daun mimba berhenti melambai
Kita adalah burung yang tidur memeluk gemintang
Di tubuh waktu
Peringatan terakhir mulai menderu
Bahwa kisah akan larut bersama resah
Seperti senja menyetubuhi ufuk ketika membuncah
Maka di tubuh waktu
Sering aku lantunkan
Ayat-ayat kerinduan bertelanjangan
Menelusuri sekat kesetiaan
Yang mulai hilang di balik kegelapan.
(Sumenep, 2020)
Leave a Review