scentivaid mycapturer thelightindonesia

Puisi-puisi Zainur Rahman

Puisi-puisi Zainur Rahman
Ilustrasi/Dok. https://www.ft.com/content/78bb819e-a822-11e9-b6ee-3cdf3174eb89

Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Kemarau di Wajahmu

Kemarau di wajahmu adalah kemarau berbalut rindu
Saat pucuk mayang menyerap embun
Kau peluk mentari hendak menyapa
Sebegitu eratnya, ku lukiskan gundah gulana

Inikah kemarau di wajahmu
Yang terselip di antara ribuan rengginang
Mabuk mandam sajak burung terkulai
Terbaring di tanah tandus menerpa
Tanpa hirauan, tanpa ocehan

Rayulah sabda alam di balik rembulan
Lantas bianglala memeluk tubuhmu yang mungil serta kerontang
Biar hujan rintik-rintik menyamar di antara mulut yang bisu
Sehingga tak ada lagi kemarau di wajahmu.
 
(Pamekasan, 2020)

Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Kerling Mata Ibu

Di matamu
Aku belum menemukan hikayat hujan
Yang ranggas berjatuhan
Saat rindu memeluk awan

Di matamu
Sukar aku dapatkan
Pagi yang basah
Pada titik embun menemui basah

Juga di matamu
Aku masih belum menemukan
Ranting-ranting pohon tanpa daun
Menghempas doamu tiada ujung

Tapi di matamu
Sungguh kutemukan burung-burung jingga
Berlutut pada langit penuh rona
Lalu meminta senyummu menjelang senja.

(Prenduan, 2020)

Baca Juga: Puisi-puisi Mahlil Bunaiya Bagian II

Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Hikayat Batu Kapur

Hanya batu-batu
Yang menggores titian kalbu
Reruntuhan menjadi beranak tangga
Untuk kita menculik senja dari ufuknya

Hanya batu-batu
Yang menggores titian kalbu
Reruntuhan menjadi beranak tangga
Untuk kita menculik senja dari ufuknya
Lir sa alir
Mari tembangkan riwayat seserpihan
Terbawa angin, parau gelombang
Selagi awan setia berlayar
Di tubuh Jaddih bumi Bangkalan*

(Kobhung, 2020)
*Bangkalan : kota ujung barat Pulau Madura.

Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Atma Luka

Setiap kali engkau bertanya
Kemana lagi luka-luka mesti berhijrah
Selagi hujan masih menggenang di tepi pasrah
Pada keranda telah ditimang
Bersama hening merekah kenang

Barangkali engkau selalu merapal
Bagaimana sukarnya kisah untuk ditinggal
Hingga ruh lebih suka mendesau selepas malam
Menyaksikan kamboja landai di pemakaman

Sungguh benar
Kembang kemenyan sebelum menyemerbak
Memahat kasih, meretas jarak
Menyaksikan rebahan rumpun doa
Yang membujur memeluk rela.

(Pamekasan, 2020)

Baca Juga: Puisi-puisi Wahyu Hidayat

Puisi-puisi Zainur Rahman
————
Di Tubuh Waktu

Di tubuh waktu
Ricik kenangan tumpah di matamu
Sebelum daun mimba berhenti melambai
Kita adalah burung yang tidur memeluk gemintang

Di tubuh waktu
Peringatan terakhir mulai menderu
Bahwa kisah akan larut bersama resah
Seperti senja menyetubuhi ufuk ketika membuncah

Maka di tubuh waktu
Sering aku lantunkan
Ayat-ayat kerinduan bertelanjangan
Menelusuri sekat kesetiaan
Yang mulai hilang di balik kegelapan.

(Sumenep, 2020)

Zainur Rahman
ZAINUR RAHMAN, pria yang akrab disapa ZEN ini lahir di Prenduan Sumenep Madura pada tanggal 26 Maret 2000. Telah menyelesaikan pendidikannya di MTs. Al-Manar Brungbung Prenduan Sumenep dan MA 1 Annuqayah Guluk-guluk Sumenep. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif semester II Fakultas Tarbiyah prodi Tadris Bahasa Inggris di Institut Agama Islam Negeri Madura (IAIN Madura). Bergiat di Komunitas Bengkel Sastra IAIN Madura. Puisinya telah termaktub dalam antologi bersama dan surat kabar. Di antaranya : Bangka Pos, Koran Merapi, Kabar Priangan, Radar Madura, Radar Mojokerto, Radar Cirebon, dan lain-lain.