Puisi Nuranisa Nabylla #1 Seorang Pumi, Cahaya Bukan Milikku, Luka Bertemu Hujan, Bela, Seutas Hati yang Mati, dan Pelukan Kedua (Puisi Nuranisa Nabylla)
Rasa Hujan
Kata orang pelangi ada setelah hujan
Kutunggu hujan reda
Kutunggu dalam diam
Kutunggu lagi
Kutunggu terus
Hingga aku marah
Namun, tetap kutunggu
Sebuah mitos
Pelangi tidak datang untukku
Tak ada pelangi untukku
Pelangi Lla
Tidak ada
Menjadi Titik
Awalnya seperti lingkaran
Terjatuh berwarna hitam
Pekat di akhir
Terjebak dalam rasa nyaman
Sudah merasa nyaman
Akhirnya terancam
Terpenjara dalam lingkaran
Terinjak dalam kubang
Berharap mendekat
Kembali melekat
Rasa yang dalam
Menjadikanku hitam
Di ujung catatan
Mengakhiri sebuah judul
Andai Tiada Api
Akan menjadi rumah
Penuh kasih
Bila ada pertukaran
Peran menjadi pemadam
Api dirimu
Diriku air
Aku api
Dan kau air
Aku meledak jika kutumpuk
Untuk memendam
Begitu pula dirimu
Akan terbakar jika kau berusaha
Bisakah cinta
Membuat negosiasi?
Sebelum kita menyaksikan abu
Tak Buta Tapi Iya
Dirimu tak buta dalam kegelapan
Dirimu tak buta pada cahaya
Dirimu tak buta pada mendung
Dirimu tak buta pada pelangi
Dirimu tak buta pada siang
Dirimu tak buta pada malam
Dirimu tak buta pada sujud
Dirimu tak buta pada Tuhan
Hanya saja…
Dirimu berjalan pada hujan
Di tempat orang berdongeng
Tentang kebahagiaan percintaan
Love Instagram
Setiap hari
Aku berikrar
AKU MENCINTAIMU
Dengan begitu jelas
Dan begitu terang
Namun, aku tak cukup
Membuatmu menetap
Penuh kesadaran
Aku berusaha penuh
Menyadarkan diriku
Lebih dari kemampuanku
Tak dapat kututupi
Aku terluka
Aku cemburu
Status Kita
Air mataku murah
Meski tak sebanyak air di cawan
Namun, cukup membuat isak menggema
Karena dirimu
Menjadi tulang pada gusi
Tertancap kasar
Begitu sakit
Ps. Lla
Aku benci diriku yang terlalu mencintaimu
Benci diriku yang tak punya malu
Selalu memperjuangkanmu
Benci diriku yang berharap pesanmu tiba
Benci tahu tanda baca sudah ada
Kosong… tak berbalas
Aku tak bisa berhenti
Mengisi papan ketik
Dan membiarkannya mendarat padamu
Tak punya muka
Sudah tak berharga
Tak terkendali
Tak bisa apa-apa
Ambillah langkah yang pasti
Untuk kuhadapi
Puisi Nuranisa Nabylla #3 Pagi, Cinta di Bawah Kaki Bulan, Air Mata untuk Malam, Surat 31 Mei, Pesan Pubi, Rekapan, Km 5, Pangeran Bisu, Délusi dan Ab-ra-ka-dab-ra
Leave a Review