Revitalisasi Pendidikan Islam Surau
Surau di Minangkabau merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam pertama di Minangkabau. Dalam dunia pendidikan Islam dan penyebaran Islam surau adalah “pusek jalo kumpulan ikan”, dari surau Islam di ajarkan, dikembangkan dan melahirkan ulama-ulama besar sejak berkembangnya Islam di Minangkabau.
Bahkan, ulama-ulama modernis pun lahir dari produk surau seperti: Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA), H. Abdullah Ahmad, Syekh Jamil Jambek, Syekh Muhammad Taher dan lain sebagainya. Mereka semua adalah hasil produk surau. Perubahan ideologi mereka baru terjadi ketika belajar ke Makkah, karena Makkah merupakan pusat percampuran budaya dan ideologi, terutama pada musim haji yang didatangi berbagai lapisan masyarakat di belahan dunia.
Baca Juga: Ameh Alah Manjadi Loyang Potret Pendidikan di Ranah Minang sebuah Identifikasi
Dalam perubahan ideologi tersebut, dapat diklasifikasikan bahwa ulama produk surau ada yang bertahan dengan ideologi surau dan memegang erat tradisi surau di tengah percampuran budaya dan ideologi saat melanjutkan pendidikannya di Timur Tengah. Sebaliknya, ada juga yang terpengaruh oleh budaya dan ideologi selain surau, terutama dalam hal pembaharuan, karena kemajuan zaman.
Di Minangkabau, pembaharuan pendidikan Islam dibenturkan oleh ideologi pembaharuan dan kebijakan pemerintah yang saat itu dikuasai oleh Belanda. Misal Adabiah sekolah pertama yang mengajarkan pendidikan umum dalam sekolah Islam. Sekolah ini kemudian harus mengalah ketika dikuasai oleh Belanda, sehinga menjadi sekolah umum yang mempertahankan pendidikan Islam. Berdirinya sekolah-sekolah umum dan aturan-aturan yang terbentuk, membuat eksistensi surau mulai terkikis.
Melihat perkembangan pendidikan di era modern ini seperti abu-abu saja khususnya di Minangkabau, kegalauan terhadap pendidikan adalah hal yang pasti. Pendidikan umum yang berupaya menjawab tantangan kemajuan zaman justru mengikis pemahaman keagamaan. Namun sebaliknya pendidikan Islam surau, justru belum bisa memenuhi tuntutan masa global. Selain itu, sejatinya pendidikan surau juga mendidik karakter seperti sosialisasi dan kemandirian seperti “mamakiah”. Surau tidak saja mengajarkan kecerdasan berfikir, namun juga mengajarkan kecerdasan jiwa (spritual) dan ini yang tidak dimiliki pendidikan umum.
Meskipun demikian pada masa sekarang ini, masih ada pendidikan surau yang bertahan dengan bentuk aslinya yakni Surau Simaung, di sana anak-anak yang tidak memiliki kesempatan atau biaya untuk pendidikan. Meraka bisa belajar di Surau Simaung dengan modal kemaun saja. Kebutuhan sehari-hari mereka bisa dipenuhi dengan cara “mamakiah” pada hari Kamis dan Jumat dan di sinilah letak kemandirian peserta didiknya.
Baca Juga: Syekh Batu Hampar dan Jejak Tokoh Pendidikan Tradisional Surau di Pedalaman Minangkabau
Dirasa, pendidikan ideal yang membentuk karakter beragama dan mampu menjawab tantangan global dan mempertahankan hakikat pendidikan surau pada jalurnya adalah model pendidikan yang dipelopori oleh Abdullah Ahmad yakni konsep sekolah Adabiah yang mengisi pendidikan Agam dengan pendidikan umum. Kurikulum surau akan dapat dipertahankan dengan tujuan hakikinya dan juga akan dapat menghadapi tuntuan globalisasi.
Wallahu A’lam.
Pasaman, 9 Mei 2020.
Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima sumbangan tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com
Leave a Review