Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Sebeleumnya Baca: Risalah Rihlah Minangkabau (1) Ziarah Makam dan Surau Syekh Sa’ad Mungka al-Naqsyabandi (w. 1922), Kawan Satu Thabaqat Syekh Mahfuzh Tremas (w. 1920)
Pada sore hari Selasa (17/11) tadi, kami berkesempatan untuk menziarahi makam Syekh Sulaiman Arrasuli (1871-1970) dan juga Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Canduang, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Syekh Sulaiman Arrasuli adalah tokoh besar Islam Sumatera Barat sekaligus ikon ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) di Ranah Minang.
Pada tahun 1928, Syekh Sulaiman Arrasuli bersama ulama-ulama besar Minangkabau lainnya mendirikan organisasi keislaman berhaluan tradisional dan berbasis ideologi Aswaja bernama Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI). Di masa yang bersamaan, Syekh Sulaiman Arrasuli juga mendirikan Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah sebagai basis utama bagi organisasi PERTI.
Hingga saat ini, Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang masih eksis berdiri. Di pesantren ini juga telah berdiri jenjang Ma’had Aly dengan concern kajian Ushul Fikih dan Bahasa Arab.
Tak jauh dari Pesantren Canduang, terdapat juga Pesantren Ashhabul Yamin yang didirikan oleh anak murid langsung dari Syekh Sulaiman Arrasuli, yaitu Buya Zamzami Yunus (saat ini berusia sekitar 74 tahun). Saat ini, Buya Zamzami Yunus terkenal sebagai ulama besar Minang yang masih mengajarkan kitab-kitab klasik “kelas berat”, seperti Jam’ul Jawami’’ (ushul fikih) karya al-Subki, Asybah wa Nazhoir (furu’) karya al-Suyuthi, Iqazh al-Himam Syarah al-Hikam (tasawuf) karya Ibn ‘Ajibah, Hasyiah al-Mahalli (fikih) karya al-Mahalli dan lain-lain.
Syekh Sulaiman Arrasuli masih tercatat sebagai murid langsung dari Syekh Sa’ad Mungka (1857-1922), seorang mursyid besar Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Selain belajar kepada Syekh Sa’ad Mungka, Syekh Sulaiman Arrasuli juga pernah tercatat belajar kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau di Makkah (w. 1916). Ketika di Makkah, Syekh Sulaiman Arrasuli satu guru dengan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari (w. 1947), pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Karena itulah, tidak mengherankan jika antara PERTI dan NU didapati banyak kesamaan dalam pelbagai aspeknya. Keduanya adalah organisasi keislaman yang berhaluan tradisional dan berideologi Aswaja. Pun demikian halnya dalam tradisi, sistem dan kurikulum pesantren-pesantren keduanya.
Syekh Sulaiman Arrasuli juga memiliki sejumlah karya tulis, di antaranya adalah “al-Qaul al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an” (dalam bidang tafsir), “Risalah al-Aqwal wa al-Washithah fi al-Dzikr wa al-Rabithah” (dalam bidang tarekat), “Tsamarah al-Ihsan fi Wiladah Sayyid al-Insan” (sejarah hidup Nabi Muhammad) dan lain-lain.
Alhamdulillah, ziarah ke makam Syekh Sulaiman Arrasuli dan Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Canduang sore ini bersama Kiai Idrus Ramli, Kiai Ma’ruf Khozin, Gus Najih Ramadhan, Para Buya dan Abna PERTI serta kawan-kawan NU Sumatera Barat.[]
Wallahu A’lam
Canduang, Rabi’ul Tsani 1442 Hijri
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban
Leave a Review