scentivaid mycapturer thelightindonesia

Ruwaq Melayu Mesir untuk Membantu Mahasiswa Kesulitan Memahami Turats Ilmiah

Ruwaq Melayu Mesir untuk Membantu Mahasiswa Kesulitan Memahami Turats Ilmiah

Ruwaq Melayu ini mungkin jadi salah satu solusi yang digagas para mahasiswa senior di Mesir dari Aceh, Sumbar, Sumut, dan Riau terhadap masalah yang sering dikeluhkan mahasiswa baru yang datang ke Timur Tengah adalah “aku sudah bisa bahasa Arab, tapi kenapa sulit memahami kitab-kitab Turats”. Ini masalah lama, makanya banyak pelajar seolah ketakutan membaca buku-buku Turats, karena memang kesulitan memahami ibarat para imam. Selain itu ada sebagian yang mengeluhkan, “aku udah hadir di pengajian Syekh fulan, kok gak kerasa ada perkembangan ya? Sebenarnya ada beberapa permasalahan untuk mengobati masalah ini. Jadi kita harus tahu permasalahan agar bisa mencari solusi yang tepat.

Pertama, kitab Turats terutama kitab madrasy yang muktamad rata-rata merupakan ringkasan dari ratusan kitab. Jadi khasaisnya itu adalah bahasanya itu ringkas dan padat dan ibaratnya juga kadang-kadang mughlaq, dan kunci untuk tafkik ibarat yang sepeti baru bisa dipahami jika kita menguasai ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah, adabul bahs, mantiq, maqulat, dll pada level tertentu. Masalah lain muncul, tapi saya udah pernah baca kitab-kitab nahwu-sharaf dan saya paham, kenapa masalahnya belum hilang? Ini yang sering dilupakan, kadang kita paham teorinya, bahkan bisa baca sendiri, tapi prakteknya akan sulit jika tidak dibimbing, karena nahwu-sharaf itu bukan sekadar paham teori, tapi tahtbiq lebih penting, seperti ruju dhamir, hukum i’rab, dll dan itu jelas butuh guru yang mau sabar membimbing kita mempraktekkannya.

Baca Juga: Peran Ushul Fiqh dalam Meruntuhkan Doktrinisasi; “Agama Itu Cuma Doktrin”

Kedua, kita ini orang ajam (bukan Arab), kadang kita akan kesulitan memahami terjemahan kata yang tepat dalam memahami kata-kata yang ada dalam turats, seperti imbuhan apa yang cocok dalam terjemahan pada huruf zaidah, hukum-hukum i’rab itu bagaimana kita terjemahkan, karena bentuk kalimat yang berbeda bagaimana tafkik yang benar agar kita pahami dengan semestinya, dll, dan untuk memahami itu kita butuh bimbingan orang yang lebih berpengalaman, makanya ulama kita sebagai ajam telah membuat metode yang membantu kita memahami turats. Di Jawa kita mengenal metode “Utawi iku iki”, di melayu mempunyai metode “bermula ini itu”, dst. Ini sering dianggap remeh para thalib (pelajar) yang datang ke Timur Tengah, karena dianggap kampungan, sudah ke Arab, masak baca kitab masih seperti itu, padahal ini sangat penting sampai tahap tertentu, dan ini membantu kita para ajam dalam tafkik kitab. Makanya, metode ini tidak cuma dipakai oleh kita saja, tapi juga hampir seluruh dunia ajam. Jujur saya tidak belajar dengan metode ajam, tapi metode Arab, karena saya bukan berasal dari pondok pesantren, saya belajar agama tiba-tiba terbang ke Arab, saya merasa bahwa ada beberapa masalah saya dalam belajar yang tidak bisa diselesaikan kecuali dengan metode ajam, karena saya itu ajam.

Ketiga, tidak tadaruj. Iya seringkali kita terlalu silau dengan nama-nama kitab besar seperti Mathali, Syamsiyah, Tashil, Kafiyah, Mahaly, dll tapi kita lupa bahwa untuk mempelajari itu kita butuh muqadimah sebagai pijakan tangga. Makanya seringkali, karena mengejar kitab besar akhirnya pulang dari Timur Tengah tidak ada kitab yang diselesaikan selain Muqarar atau kitab yang dibaca Sard. Adapun kitab Dirahah hampir tidak ada, bahkan jika adapun tidak maksimal. Ya kalau disuruh belajar lagi akan takut. Salah satu sebabnya ilmu tidak dipelajari secara bertahap, adapun jika kita naik tangga sedikit demi sedikit, tahu-tahu kita sudah memahami kitab besar dengan mudah.

Baca Juga: Mengapa Harus Belajar Banyak Kitab dan Kenapa Tidak Langsung Memahami dari al-Qur’an dan Hadis?

Nah, ada sebagian teman-teman senior di Mesir melalui Ruwaq Melayu Mesir mencoba untuk membantu pelajar-pelajar baru di Mesir menyelesaikan masalah ini. Masalah pertama akan dibantu dengan fokus awal dalam mempelajari ilmu alat, selain pengajian juga dibantu secara privat oleh para senior. Masalah ke dua akan coba dibantu dengan belajar memakai metode ajam dalam membaca kitab, disini karena Ruwaq Melayu Mesir maka akan dipakai metode Melayu, “bermula, ini itu, niscaya, dll”. Masalah ketiga akan dibantu dengan mempelajari kitab-kitab funun dari yang paling dasar, sampai menengah. Jadi tidak usah takut untuk dikatakan bahwa “sudah ke Mesir kok belajar sama oramg Indonesia”, toh ini dilakukan untuk membangun fondisi keilmuan untuk masuk ke jalsah para masyaikh. Jadi tujuannya ya nanti belajar sama Syeikh, senior cuma ngasih kunci biar tidak bingung ngaji sama para masyaikh. Jadi ibarat kata, senior membimbing dulu satu tahun lebih sampai kira-kira bisa mandiri, lalu mau ke syeikh (guru Senior) mana saja, gampang. Insyaallah saya kenal beberapa pengajar yang cukup mumpuni. Sok yang mau daftar kontak personnya ada dibrosur bawah ini.[]

Fauzan Inzaghi
Mahasiswa Indonesia di Suriah