Ma’ruf Khozin
17 November, selamat pagi. Kali ini Kiai Ma’ruf Khozin yang akan memberi kajian subuh di Masjid Kulliyatul Muslimin, Tanjuang Pati, Kab. 50 Kota. Sebelum memulai kajian di pagi hari ini, Kiai Ma’ruf mengajak para jamaah untuk berselawat bersama. Kurang lebih waktu dimulainya kajian subuh ini pukul 06.30.
Awalnya kajian subuh bersama Kiai Ma’ruf ini dijadwalkan sesudah salat subuh berjamaah. Entah bagaimana, adanya kesalahpahaman, misscommunication yang mengakibatkan Kiai Ma’ruf terlambat datang ke masjid. Hingga awal pengajian beliau kali ini, beliau meminta maaf kepada seluruh jamaah yang hadir dan mengucapkan rasa terima kasih karena telah senantiasa sabar menunggu keterlambatan beliau.
Kajian subuh ini masih tetap dengan tema yang diusung oleh penyelenggara ‘Seni Cerdas Mengenali dan Menangkal Ajaran Sesat’. Berikut saripati kajian beliau:
Sebagaimana yang kita pelajari dan kita peroleh di surau-surau dari guru-guru, buya-buya. Dalam sebuah hadis yang dikenal pula dengan hadis Jibril yang menjelaskan definisi dari Islam, Iman, dan Ihsan.
Diuraikan oleh Kiai Ma’ruf, Islam adalah bersyahadat kepada Allah dan nabi Muhammad SAW dan itu disebut dengan ilmu fikih karena berkaitan dengan cara ibadah. Iman adalah beriman kepada Allah dan seterusnya (rukun iman) ini kemudian menjadi ilmu yang kita sebut dengan ilmu akidah. Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah melihat dan mengawasi kita. Dalam ihsan kita belajar apa itu tasawuf sebagai tata cara untuk murakkabah kepada Allah dengan salah hal dilakukan yaitu bersuluk. Ada pula selain bersuluk seperti melakukan perbaikan hati, memuasabah diri, dan lain-lain.
Berada di Minangkabau Kiai Ma’ruf Khozin menekankan bahwa negeri ini sangat teguh memegang kajian tasawuf. Beliau mengungkapkan bahwa Minangkabau adalah negeri yang dikaruniai surau-surau yang bertebaran. Menurut beliau, banyaknya aktivitas surau di Minangkabau menandakan banyak mursyid yang membawakan ajaran tarekat. Salah satu ajarannya adalah bersuluk dan mengamalkan pelbagai zikir yang penuh dengan puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, Sang kiai meneruskan kembali kajian pagi ini.
Nah, Allah menciptakan manusia terdiri dari dua dimensi, ada zahir dan batin. Ibaratnya menurut beliau Allah menciptakan kita berbentuk fisik, ada mata, hidung, mulut dan lain-lainnya. Ada pula Allah menciptakan dalam bentuk non-fisik, seperti contohnya penglihatan, perasaan, dan hal-hal lain.
Maka dari itu, ada sedikit perbedaan antara dua dimensi ini menurut beliau. Dalam kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis Imam Ghazali, Kiai Ma’ruf menjelaskan:
“Allah ketika menciptakan zahir dan batin hingga keduanya pun tumbuh. Apabila zahir tumbuh dengan makan, minum, dan memenuhi gizi. Maka, bagian batin juga memerlukan hal demikian, yang mana asupan itu ada 2. Ada iman dan ilmu. Bagian dari iman itu apa? Adalah zikir yang kita pelajari dan didapati dari buya-buya dan mursyid-mursyid kita.” Jelas kiai.
Selama ini praktik zikir dan doa sudah jarang ditemukan, banyak sanadnya telah terputus dari masa ke masa. Tapi, menurut Kiai, di Minangkabau semua itu masih terawat dengan baik dan terjaga keasliannya. Siapa yang merawatnya? Mereka adalah para mursyid-mursyid tarekat.
Dalam perjumpaan kali ini, Kiai Ma’ruf merasa Minangkabau harus dijaga dan dirawat. Tapi, dalam menjaga hal itu tentu ada saja yang melawan dan ada yang berusaha untuk melenyapkannya. Sebut saja, salaf-wahabi. Mereka adalah orang-orang yang membidahkan amalan-amalan baik ini. Padahal semua itu adalah ilmu yang diturunkan oleh nabi SAW kepada umat-umatnya. Maka, patutlah dikatakan bahwa mereka tidak pengamal amalan zikir dan tidak mempercayai tarekat. Bisa dibilang tidak mempercayai hal itu sama saja dengan tidak percaya kepada ajaran ilmu tasawuf.
Lantas beliaupun menegaskan bahwa orang-orang demikian adalah orang-orang yang banyak memiliki penyakit hati. Kenapa? Karena obat dari penyakit hati adalah hanya ditemukan di Ahlus Sunnah wal Jamaah yang juga mengamalkan tarekat-tarekat sebagai medium mendekatkan diri kepada Allah.[]
Leave a Review