scentivaid mycapturer thelightindonesia

Salat Tarawih 4 4 dalam Perspektif Mazhab Fikih yang Empat

Salat Tarawih 4 4 dalam Perspektif Mazhab Fikih yang Empat
Ilustrasi Dok. https://br.pinterest.com/pin/304696731021085031/

salat tarawih 4 4

Secara asal salat tarawih itu dikerjakan 2 2. Tidak ada ulama yang mempermasalahkan jika dikerjakan 2 2. Lalu bagaimana hukumnya jika salat tarawih dikerjakan 4 4? Di sini ada masalah.

Dalam mazhab Syafi’i tidak boleh mengerjakannya 4 4, kalau dikerjakan juga maka ada rinciannya. Jika ia mengerjakannya padahal ia tahu itu tidak boleh maka shalatnya batal, tidak sah. Sementara kalau ia tidak tahu maka shalatnya sah tapi hanya terhitung sebagai salat sunat mutlak, bukan tarawih.

Dalam Tuhfah:

وَيَجِبُ التَّسْلِيمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ كَمَا مَرَّ، فَإِنْ زَادَ جَاهِلًا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا

Dalam Nihayah:

وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا، وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ

Berbeda dengan Syafiiyah, jumhur ulama mengatakan shalatnya tetap sah. Hanya saja rinciannya agak berbeda antar mazhab. Dalam mazhab Malik shalat 4-4 itu sah tetapi hukumnya makruh, tidak dianjurkan sama sekali.

PBaca Juga: angkal Perbedaan dalam Jumlah Rakaat Salat Tarawih

Dalam Hasyiah al-‘Adawi:

قَوْلُهُ : وَيُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ أَيْ يُنْدَبُ، وَيُكْرَهُ تَأْخِيرُ السَّلامِ بَعْدَ كُلِّ أَرْبَعٍ

Sementara dalam mazhab Hambali ada khilaf. Imam Ibnu Qudamah berpendapat shalat 4-4 itu tidak sah sama sekali, sebagaimana mazhab Syafi’i. Beliau berlandaskan pada Nash Imam Ahmad tentang orang yang berdiri ke rakaat ketiga dari tarawihnya bahwa ia harus kembali duduk untuk salam meskipun ia sudah mulai membaca al-Fatihah, mesti seperti itu. Namun yang masyhur dalam mazhab shalat 4-4 itu sah tetapi hukumnya makruh, sebagaimana mazhab Malik.

Dalam alInshaf:

وَقِيلَ: لَا يَصِحُّ إلَّا مَثْنَى فِي اللَّيْلِ فَقَطْ، وَهُوَ ظَاهِرُ كَلَامِ الْمُصَنِّفِ (ابن قدامة) هُنَا وَاخْتَارَهُ هُوَ وَابْنُ شِهَابٍ وَالشَّارِحُ وَقَدَّمَهُ فِي الرِّعَايَةِ الْكُبْرَى قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ فِيمَنْ قَامَ فِي التَّرَاوِيحِ إلَى ثَالِثَةٍ يَرْجِعُ وَإِنْ قَرَأَ؛ لِأَنَّ عَلَيْهِ تَسْلِيمًا، وَلَا بُدّ،َ فَعَلَى الْقَوْلِ (المعتمد) بِصِحَّةِ التَّطَوُّعِ بِزِيَادَةٍ عَلَى مَثْنَى لَيْلًا: لَوْ فَعَلَهُ كُرِهَ عَلَى الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ جَزَمَ بِهِ فِي الْمُحَرَّرِ، وَالْفَائِقِ، وَالزَّرْكَشِيِّ وَقَدَّمَهُ فِي الْفُرُوعِ

Dalam mazhab Hanafi kalau ia shalat tarawih 4 rakaat sekaligus tanpa tasyahud awal maka juga ada khilaf. Imam Muhammad bin Hasan, Zufar dan salah satu riwayat dari Imam Abu Hanifah menyatakan shalatnya batal, mesti diulang tarawihnya. Sementara Imam Abu Yusuf dan yang masyhur dari Imam Abu Hanifah mengatakan shalatnya sah tetapi hanya terhitung sebagai shalat 2 rakaat saja. Ini lah yang difatwakan dalam mazhab.

Dalam al-Bahrur Raiq:

فَلَوْ صَلَّى الْإِمَامُ أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ وَلَمْ يَقْعُدْ فِي الثَّانِيَةِ فَأَظْهَرُ الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ عَدَمُ الْفَسَادِ ثُمَّ اخْتَلَفُوا هَلْ تَنُوبُ عَنْ تَسْلِيمَةٍ أَوْ تَسْلِيمَتَيْنِ قَالَ أَبُو اللَّيْثِ تَنُوبُ عَنْ تَسْلِيمَتَيْنِ وَقَالَ أَبُو جَعْفَرٍ وَابْنُ الْفَضْلِ تَنُوبُ عَنْ وَاحِدَةٍ وَهُوَ الصَّحِيحُ كَذَا فِي الظَّهِيرِيَّةِ وَالْخَانِيَّةِ وَفِي الْمُجْتَبَى وَعَلَيْهِ الْفَتْوَى

Alasan ia hanya terhitung sebagai 2 rakaat, karena duduk tasyahud awal dalam salat sunat menurut mazhab Hanafi hukumnya adalah wajib. Dengan meninggalkan tasyahud awal maka secara qiyas 2 rakaat pertama itu sudah batal. Namun mereka mengatakan salatnya belum batal, takbiratul ihramnya yang pertama masih berlaku berlandaskan pada istihsan. Dan dengan berlakunya takbiratul ihram itu maka ia pun boleh melanjutkan syafa’ yang kedua (yaitu rakaat ketiga dan keempat), kemudian dengan tasyahud dan salam baru lah terhitung salatnya itu sebagai satu salam (terhitung seperti 2 rakaat). Rujuk al-Muhith al-Burhany.

Baca Juga: Berapakah Jumlah Rakaat Salat Tarawih yang Benar?

Jadi kesimpulannya kalau kita merujuk pada pemahaman ulama dari mazhab yang empat, salat 4 4 itu tidak ada keistimewaannya sama sekali. Memaksakan salat 4 4 ini malah hanya akan menyebabkan masalah. Karena kita cuma dihadapkan pada 2 kemungkinan, bisa jadi salatnya batal atau bisa jadi fadhilahnya yang berkurang. Terutama di masjid kota-kota besar yang masyarakatnya majemuk dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Jika dipaksakan 4 4, maka masyarakat yang sebelumnya sudah mempelajari bahwa salat 4 4 itu tidak sah sesuai dengan mazhab Syafi’i tentu akan kebingungan. Bagaimana caranya ia bisa salat di sana sementara dalam keyakinannya salat seperti itu batal. Masjid yang seharusnya bisa menjadi tempat pemersatu umat Islam malah tidak menjalankan fungsinya sebagai pengayom. Apa salahnya salat tarawih 2 2? Bukankah melaksanakan ibadah yang disepakati kesahannya oleh para ulama lebih baik dibandingkan melaksanakan ibadah yang diperselisihkan hukumnya.[]

Wallahu ta’ala a’la wa a’lam

Khalil Rahman
Alumni Parabek dan Mahasiswa Pascasarjana Al-Azhar Mesir