Sastra di Tangan Ulama Minangkabau Sastra dalam Masyarakat Minang dan Sastra di Tangan Ulama Minangkabau
Tulisan ini merupakan hasil notulen dari diskusi dari anaksiak yang berjudul “Sastra dan Anaksiak” yang diadakan pada 25 Juli 2020.
Bagaimana Sastra dalam Konteks Masyarakat Minangkabau?
Melihat sastra di masing-masing daerah secara umum tampaknya tidak terlalu spesifik, karena tiap wilayah memiliki klaim sastra tersendiri. Setiap daerah memiliki khazanah dan jenis sastra yang menjadi ciri khasnya. Di tengah masyarakat Minangkabau sastra sudah sangat melekat terutama terhadap kegiatan-kegiatan etnisitas. Sebelum sastra diartikan dengan istilah modern saat ini jauh terlebih dahulu masyarakat telah memiliki ciri khas sastranya masing-masing.
Dalam konteks wilayah Minangkabau secara geografik ada ekspresi-ekspresi puitik yang sudah tak asing lagi, seperti adanya pantun-pantun, petatah-petitih dan juga lantunan-lantunan syair yang kita dengar dalam acara adat perkawinan dan upacara adat lainnya. Terdapat juga sastra yang bernuansa islami yang sejak dahulu sudah lekat pada masing-masing etnik Minangkabau.
Ada suatu istilah bahwasanya sastrawan di Minangkabau lahir dari kebudayaan-kebudayaan kelisanan menuju keaksaraan. Mereka lahir dari kultur dan kebudayaan daerah masing-masing. Sastrawan awal Minangkabau juga lahir dari terbentuknya kaum intelektual terdidik, pada masa kolonial ada posisi-posisi yang harus diisi oleh orang pribumi dan kaum-kaum terdidik. Hal ini menandakan bahwa kelahiran sastra di Minangkabau tidak terlepas dari campur tangan kolonial.
Bagaimana Sastra di Tangan Ulama-ulama Minangkabau?
Minangkabau merupakan salah satu suku yang melahirkan banyak sastrawan diantaranya yaitu kalangan ulama. Ada beberapa hal yang membuat ulama Minangkabau sangat produktif dalam sastra, yaitu dari segi agama; agama Islam sangat menyukai keindahan, baik keindahan bertutur kata, berperilaku dan yang lainnya. Selanjutnya dari segi bahasa terutama bahasa Arab terdapat suatu ilmu dalam bahasa Arab yang sangat erat kaitannya dengan sastra yaitu ilmu balaghah. Tradisi dan budaya Minangkabau juga tidak terlepas untuk melahirkan sastra. Selain itu, kondisi alam Minangkabau juga sangat mendukung imajinasi seorang sastrawan untuk melahirkan karya sastra.
Kapan dan dalam kondisi apakah ulama-ulama Minangkabau melahirkan karya sastra? Kita bisa melihat melalui karangan-karangan dalam ilmu agama (manaqib ulama), ketika para ulama bersurah kaji seperti halnya tasawuf yang mesti dijelaskan dengan bahasa simbolik, sastra juga terlihat saat ulama berkirim surat dan juga saat menendangkan lantunan-lantunan syair.[]
Leave a Review